Saya melakukan protes terhadap keputusan evaluator anggaran karena anggaran yang saya usulkan dipotong hampir 50%, ternyata protes ini justru malah semakin menurunkan dana yang diberikan. Saya sudah menyerah dan terpaksa menerima keputusan itu. Namun, justru di sinilah saya punya kesempatan untuk kembali minta tambahan dana. Akhirnya, dana yang disetujui kurang lebih lebih 80% dari yang saya usulkan.
Ceritanya saya presentasi di hari pertama jam ke dua. Presentasi berjalan sangat lancar dan bahkan evaluator banyak memberi masukan dan pujian terhadap proposal saya. Selesai presentasi saya diminta ke ruangan evalutor anggaran untuk mendapatkan hasil evaluasi anggaran dari panitia. Ruangan evaluator anggaran ada di lantai satu. Di ruangan ini ada beberapa meja dengan beberapa orang evaluator. kalau tidak salah ada 5 sampai 6 orang evaluator. Evaluatornya mayoritas ibu-ibu. Ketika datang ruangan masih sepi dan hanya ada beberapa peserta yang sedang konsultasi. Ketika saya menanyakan proposal saya, ternyata evalutor saya, seorang bapak-bapak, sedang melayani peserta lain. Akhirnya saya ‘dilempar’ ke evaluator ibu-ibu.
Awalnya semua berjalan lancar. Kemudian si ibu menjelaskan bagian-bagian yang dikurangi. Saya mencoba protes dan menunjukkan proposal yang sudah direvisi. Justru inilah bumerang bagi saya. Si Ibu ini rumpanya salah satu evaluator yang ‘kejal’. Dia mencorat-coret hampir sebagian besar dana yang saya usulkan, tanpa mau menerima protes saya. Di sini saya diskusi cukup lama. Akhirnya mau tidak mau saya menerima anggaran yang sudah diberikannya. Pemotongannya sebesar 45%. Gila.
Keesok harinya saya hadir lagi di tempat presentasi. Tapi hanya untuk mengikuti acara pembukaannya saja. Saya mengikuti beberapa presentasi. Di sini saya ketemu lagi dengan si ibu yang membantai anggaran saya. Saya coba melobi lagi. Hasilnya nihil. Si Ibu sama sekali tidak memberi kesempatan saya untuk merevisi anggaran. Sudah final katanya.
Terus terang, saya sudah menyerah. Mau tidak mau, daripada tidak dapat dana sama sekali untuk penelitian. Karena dana yang saya terima sedikit, tidak mungkin bagi saya untuk mendapatkan target seperti yang saya tulis. Di sela-sela istirahat evaluasi, saya konsultasi dengan ketua evaluator saya. Saya minta ke beliau agar target dan kegiatan saya dikurangi, karena dana yang saya terima hanya setengah dari dana yang saya usulkan.
Ternyata respon evaluator diluar dugaan saya. Beliau minta agar saya jangan mengurangi kegiatan maupun target saya. Salah seorang evaluator bahkan mengatakan jika evaluator anggaran saya memang punya reputasi memotogn-motong anggaran tanpa melihat urgensi penelitiannya. Akhirnya evaluator memberikan rekomendasi untuk penambahan anggaran dengan beberapa justifikasi. Evaluator juga memmberikan catatan usulan mereka.
Akhirnya saya kembali lagi ke ruangan evaluasi anggaran. Kali ini suasana ramai dan penuh. Saya mesti menunggu sampai lewat jam asar, sampai bisa bertemu dengan evaluator. Singkat cerita, usulan saya diterima dan saya mendapatkan dana tambahan lagi. Total dana yang saya terima kurang lebih 80% dari dana yang saya usulkan.
Hari ini saya mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga. Pertama untuk tidak mudah menyerah begitu saja, peluang selalu ada meski hanya kecil. Kedua, saya harus lebih cermat kembali dalam menyusun anggaran, terutama harus memperhatikan aturan-aturan yang ada. Sebagian besar dana yang dicoret karena salah tempat dan tidak sesuai dengan aturan pemerintah. Maklum, saya malas membaca aturan itu. Ketiga, saya harus lebih teliti lagi dalam menyusun dan mengkoreksi rincian anggaran itu.
Pelajaran yang sangat berharga dan akan selalu saya ingat, terutam ketika menyusun proposal penelitian untuk penelitian-penelitian kompetitif. Alhamdulillah.