Category Archives: MyStories

Guna-guna dari Rekan Kerja

######

Tulisan ini berdasarkan cerita yang disampaikan oleh salah seorang Mandor Besar perkebunan kepada saya. Cerita ini sengaja saya samarkan dan saya kasih bumbu2 sedikit. Silahkan diambil hikmahnya sendiri.

######

Sebut saja namanya Bang Komar. Dia adalah pekerja di sebuah perusahaan perkebunan. Dia mulai karir dari bawah, tenaga harian lepas. Karena dedikasi dan kemampuan Pak Komar, karirnya menanjak menjadi mandor kecil. Banyak mandor2 kecil yang bekerja di perkebunan ini, sebagian sudah senior dan bekerja cukup lama. Kerja Pak Komar dianggap cukup baik oleh Mandor Besar (MB) dan sinder kebun. Protasnya meningkat dan kebunnya juga bagus. Karena kinerjanya tersebut ada rencana dari manajemen kebun untuk mengangkat beliau menjadi Mandor Besar. Atasan dia, Mandor Besar dan Sinder, sepakat untuk mengusulkan Pak Komar menjadi salah satu kandidat Mandor Besar.

Desas desus ini rupanya terdengar oleh rekan-rekannya sesama Mandor Kecil. Ada Mandor Kecil yang tidak suka jika Pak Komar diangkat sebagai Mandor Besar, dia merasa kalau dia yang lebih berhak, karena sudah bekerja cukup lama. Rasa iri di hatinya berubah menjadi kebencian yang mendalam.

Posisi kebun garapan Pak Komar dan rekannya itu bersebelahan. Ada yang janggal terjadi. Kebun Pak Komar terserang hama penyakit. Cukup parah. Sudah disemprot berbagai macam obat tidak ada yang mempan. Kebun rekannya yang posisinya bersebelahan tidak kena penyakit dan protasnya bagus-bagus saja. Protas dan prestasi Pak Komar turun drastis dan dia sempat mendapatkan SP (Surat Peringatan). Pak Komar batal naik pangkat menjadi mandor besar.

Kebetulan rumah Pak Komar di komplek implasment kebun. Pososinya persis di bawah kebun. Posisi rumahnya di samping lerengan. Saat itu sedang musim penghujan, dan di kebun ini memang rawan terjadi longsor ketika hujan besar.

Sore itu sepulang kerja, ayah Pak Komar sedang kerja di kebunnya sendiri yang posisinya ada di sebelah atas rumah Pak Komar. Dari kejauhan dia melihat seorang wanita yang mondar-mandir mengelilingi rumah Pak Komar. Wanita ini adalah istri dari salah satu pekerja kebun. Wanita ini tidak masuk ke rumah, hanya mengelilingi saja dan seperti melambai atau melempar sesuatu.

Seperti hari-hari biasa, sore sepulang kerja dari kebun Pak Komar masuk ke rumah. Pak Komar melihat seperti ada tumpahan garam di dekat rumah. Dalam hati Pak Komar berfikir; kenapa garam dibuang-buang percuma seperti ini. Masuk ke dalam rumah, Pak Komar menanyakan ke istrinya kenapa garam2 dibuang ke luar rumah. Istrinya menjawab kalau dia tidak membuang2 garam apa2. Ya … sudah… Pak Komar berfikir kalau ada anak yang main2 garam.

Ayah Pak Komar pulang dari ladang. Ayah Pak Komar memberi tahu kalau tadi ada wanita yang mencari istri Pak Komar. Tapi, dia cuma sebentar dan segera balik lagi.

Hari jum’at, istri Pak Komar dan anaknya sakit. Pak Komar lebih banyak di rumah. Sore hari Pak Komar mendengar suara gemuruh dari atas kebun. Suranya seperti angin puting beliung. Pak Komar keluar rumah kalau2 terjadi sesuatu di atas kebun. Pak Komar perhatikan ke arah atas tidak ada apa2, pohon2 pelindung biasa2 saja. Memang terdengar suara gemuruh keras.

Tiba2 tanah di atas bergerak. Pak Komar berteriak dan keluarganya keluar rumah. Tanah longsor dari atas dan menimpa rumah Pak Komar. Hanya sebagian rumah yang kena. Ayah Pak Komar menuju rumah mencoba menyelamatkan barang2 yang ada, beliau masuk ke dapur. Tiba2 tanah bergerak lagi dan dinding dapur roboh.

“Abah…. Abah…..!!!!!!!”

Tidak ada jawaban. Pak Komar panik dan masuk ke rumah mengejar orang tuanya. Alhamdulillah, ayah Pak Komar selamat terlindung di balik lemari dapur yang roboh. Sehat tidak ada luka yang serius.

Namun, rumah Pak Komar rusak berat. Hanya sedikit barang2 dapur yang berhasil diselamatkan.

Singkat cerita, dengan bantuan temannya, Pak Komar membangun rumah lagi di tempat lain yg posisinya lebih aman.

Beberapa bulan kemudian, sore hari sepulang kerja dia pulang menuju rumahnya di komplek implasment kebun. Nama kampungnya agak serem; Pasirmeriam. Di ujung kampung dia dipanggil rekannya yang punya warung.

“Ndor … mampir ke sini. Ngopi-ngopi dulu,” panggilnya. Mandor biasanya dipanggil dengan sebutan Ndor atau Mandor.

Pak Komar mampir ke warung, rekannya membuatkan kopi hitam. Kebetulan warung sedang sepi, hanya ada mereka berdua saja. Setelah berbasa-basi sebentar rekannya itu bilang: “Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan, Mandor! Tapi… maaf sebelumnya. Aku ingin menceritakan yang sebenarnya.”

“Silahkan… santai aja…”

“Sebenarnya gini… ingatkan dulu waktu Pak Mandor kena musibah? Tanah longsor itu…?”

“Ya… ingat lah…, habis rumahku.”

“Maaf… ya … Mandor… bener2 maaf sebelumnya.”

“Iya… nggak apa2….!!!!! Maaf – maaf melulu.”

Akhirnya, rekannya itu menceritakan kembali tentang beberapa musibah yang Pak Komar alami beberapa bulan yang lalu. Rekannya ini adalah pekerja dan kepercayaan mandor kecil yang kebunnya di dekat kebun Pak Komar. Dia yang diberi kepercayaan dan diminta untuk melakukan hal2 banyak hal ke Pak Komar.

Dia mulai cerita tentang kebun Pak Komar yang banyak terserang penyakit dan gagal panen. Sampai kejadian rumah Pak Komar yang kena longsor.

Semua itu terjadi karena ada guna2 dari mandor kecil yang tidak suka dengan kenaikan jenjang karir Pak Komar. Dia yang disuruh pergi ke rumah dukun di sebuah desa di pesisir selatan. Dia yang membawa air dari Dukun dan disiramkan ke kebun Pak Komar agar hama dan penyakit berdatangan. Dia juga yang disuruh untuk menaburkan garam di sekeliling rumah Pak Komar. Karena khawatir ketahuan, dia minta istrinya yang menaburkan. Dia sendiri yang menaburkan garam di tanah di atas rumah pak Komar.

Dia sebenarnya tidak mau, tapi dia tidak bisa menolak. Akhirnya dia sudah tidak tahan dan dia menyesali perbuatannya. Hari ini ada kesempatan dia berbicara. Dia lihat Pak Komar yang baru pulang kerja, dan diajak minum kopi di warung.

Di sini saya salut dengan kebesaran hati Pak Komar. Dia tidak marah atau dendam. Kejadiannya sudah berlalu lama. Pak Komar sudah punya rumah lagi, kebunnya sudah sehat lagi dan Pak Komar sudah jadi Mandor Besar.

Konflik di tempat kerja adalah hal yang biasa. Tapi, kadang-kadang konflik bisa menjurus sampai ke hal-hal yang menyeramkan, termasuk dengan menggunakan jasa paranormal untuk mencelakai orang yang tidak disukainya. Bahkan sampai ke usaha untuk menghilangkan nyawa sekeluarga. Na’udzubillahimindzalik.

Kerasukan Jin Muslim

Pagi2 ada pesan singkatn masuk ke WA; “Pak ke Layung, Pak Irod kerasukan.”

Biasanya pagi hari saya lihat benih2 tanaman buah yang saya tanam. Kira2 satu jam baru saya ke kebun lihat tanaman yang sudah besar. Pagi ini saya memang mau ke kebun Layung, ada aplikasi pupuk di sana. Saya belum ‘ngeh’ dengan pesan WA itu. Pergilah saya ke Layung naik motor.

Sampai di saung 1 ada banyak orang yang berkumpul, saya pikir sedang ada ‘koordinasi’ sebelum kerja. Sengaja saya parkir agak jauh.

“Ada apa, Mang?”

“Pak Irod, Pak, kesurupan..”

Saya tidak segera melihat ke saung. Sudah ada yang menangani dan katanya sudah sadar.

Tidak tahunya, jin-nya masuk lagi. Lalu saya coba mendekat. Ada sekitar 5 orang yang memegangi Pak Irod. Pak Adur memeluk kepalanya dan membisikkan sesuatu. Kedua kaki dan tangan dipegangi masing2 satu orang. Lalu Pak Manager memegang dadanya dan menatap mata Pak Irod.

Pak Irod meronta, matanya mendelik marah ke arah manajer. Giginya bergeretak menahan amarah.

“Sok jagoan kamu ya…!!!!!”

Terus mengeram dan meronta, pandangannya tajam tidak berkedip.

Saya mulai kasihan, tapi saya masih hanya melihat saja dari dekat.

Lalu, saya coba membaca benerapa ayat ruqyah yang pernah diajarkan ustad Dr. Suhendi (Bogor). Saya baca dengan cukup keras sambil memijat beberapa bagian tubuhnya. Pandangan Pak Irod melemah dan mulutnya mengucapkan istigfar. Mulai sadar. Saya terus membaca ayat. Tiba jinnya masuk lagi. Saya tahu dari pandangan matanya dan suaranya yang berubah.

Dia menatapku dengan pandangan biasa, tidak ada amarah. Saya coba ajak komunikasi.

“Kamu siapa?”

Tidak menjawab.

“Tinggalmu di mana..?”

“Aku tinggal di sana…! Kamu tidak tahu.”

Dia menunjuk ke satu arah.

“Kamu tidak akan tahu!” Sahutnya lagi.

Lalu matanya melihat ke sekeliling. Sampai ke salah satu orang yang memegang kaki kanannya.

“Kamu.. ya kamu…! Kamu tahu tempat tinggalku…!”

Penasaran. Pikirku, jin ini berasal dari tempat sekitar sini.

“Kamu kenapa masuk ke tubuhnya Pak Irod…??”

“Dia jalan sembarangan, nggak tahu sopan santun.”

“Maafkan Pak Irod, dia tidak sengaja. Sekarang pualng sja, ya?”

“Aku minta diantar pulang.”

“Kamu bisa pulang sendiri.”

“Nggak mau…!!!!”

Kami coba bujuk untuk keluar. Tetap saja tidak mau. Lalu saya baca beberapa ayat lagi. Saya baca surat Al Mulk. Jin itu ikut menirukan bacaanku. Bahkan bacanya bersama2.

“Kamu bisa baca surat ini…?”

“Bisa…, kan aku muslim.”

“Kalau kamu muslim, maafkan Pak Irod, keluar saja.”

“Kamu jaga kebun ini saja…”

“Mana kebunnya…??”

“Kebun ini!”

“Di mana aku tinggal?”

“Ya.. di tempatmu sendiri lah.”

“Tempat yang mana…????!!!!”

Saya coba tanya ke orang yang diajak bicara sama jinnya tadi. Ternyata tempat yang dimaksud agak jauh dari sini, nama kampungnya Ciparai. Dekat dengan tempat tinggal Pak Irod. Ada satu tempat yang dikenal agak angker. Karena itu, jinnya minta tempat tinggal di kebun ini.

“Aku mau jaga kebun, tapi aku minta sesuatu.”

Saya tidak mau memenuhi permintaannya dan tetap minta jinnya untuk keluar.

“Kamu masuk lewat kaki, ya?”

“Kamu tahu ya…???? Kamu tahu ya…???”

Lalu saya baca surat Al Kahfi. Jin itu ikut membaca bareng saya. Saya pijak2 dan urut kakinya. Dia tetap tidak mau keluar. Saya terus membaca ayat2 yang saya hafal.

Tidak berselang lama, ada orang yang datang dengan memboncengkan bapak tua berkopiah. Ustad setempat yang biasa mengobati kerasukan.

Saya hentikan bacaan saya. Ustad itu mulai membaca sholawat dan ayat2 ruqyah. Jinnya tampak sedikit ketakutan, dia membalikkan badan.

Suasana mulai kondusif, Pak Irod sadar. Orang2 mulai meninggalkan saung untuk bekerja lagi. Pak Irod diantar Pak Heru dan saudara Pak Irod pulang ke Ciparai.

Saya pun pergi ke kebun untuk kemberi pengarahan ke orang2 yang mau aplikasi pupuk.

****

Siang hari saya diberitahu kalau Pak Irod masih kesurupan siang hari dan sore harinya.

Kerasukan Jin Muslim

Pagi2 ada pesan singkatn masuk ke WA; “Pak ke Layung, Pak Irod kerasukan.”

Biasanya pagi hari saya lihat benih2 tanaman buah yang saya tanam. Kira2 satu jam baru saya ke kebun lihat tanaman yang sudah besar. Pagi ini saya memang mau ke kebun Layung, ada aplikasi pupuk di sana. Saya belum ‘ngeh’ dengan pesan WA itu. Pergilah saya ke Layung naik motor.

Sampai di saung 1 ada banyak orang yang berkumpul, saya pikir sedang ada ‘koordinasi’ sebelum kerja. Sengaja saya parkir agak jauh.

“Ada apa, Mang?”

“Pak Irod, Pak, kesurupan..”

Saya tidak segera melihat ke saung. Sudah ada yang menangani dan katanya sudah sadar.

Tidak tahunya, jin-nya masuk lagi. Lalu saya coba mendekat. Ada sekitar 5 orang yang memegangi Pak Irod. Pak Adur memeluk kepalanya dan membisikkan sesuatu. Kedua kaki dan tangan dipegangi masing2 satu orang. Lalu Pak Manager memegang dadanya dan menatap mata Pak Irod.

Pak Irod meronta, matanya mendelik marah ke arah manajer. Giginya bergeretak menahan amarah.

“Sok jagoan kamu ya…!!!!!”

Terus mengeram dan meronta, pandangannya tajam tidak berkedip.

Saya mulai kasihan, tapi saya masih hanya melihat saja dari dekat.

Lalu, saya coba membaca benerapa ayat ruqyah yang pernah diajarkan ustad Dr. Suhendi (Bogor). Saya baca dengan cukup keras sambil memijat beberapa bagian tubuhnya. Pandangan Pak Irod melemah dan mulutnya mengucapkan istigfar. Mulai sadar. Saya terus membaca ayat. Tiba jinnya masuk lagi. Saya tahu dari pandangan matanya dan suaranya yang berubah.

Dia menatapku dengan pandangan biasa, tidak ada amarah. Saya coba ajak komunikasi.

“Kamu siapa?”

Tidak menjawab.

“Tinggalmu di mana..?”

“Aku tinggal di sana…! Kamu tidak tahu.”

Dia menunjuk ke satu arah.

“Kamu tidak akan tahu!” Sahutnya lagi.

Lalu matanya melihat ke sekeliling. Sampai ke salah satu orang yang memegang kaki kanannya.

“Kamu.. ya kamu…! Kamu tahu tempat tinggalku…!”

Penasaran. Pikirku, jin ini berasal dari tempat sekitar sini.

“Kamu kenapa masuk ke tubuhnya Pak Irod…??”

“Dia jalan sembarangan, nggak tahu sopan santun.”

“Maafkan Pak Irod, dia tidak sengaja. Sekarang pualng sja, ya?”

“Aku minta diantar pulang.”

“Kamu bisa pulang sendiri.”

“Nggak mau…!!!!”

Kami coba bujuk untuk keluar. Tetap saja tidak mau. Lalu saya baca beberapa ayat lagi. Saya baca surat Al Mulk. Jin itu ikut menirukan bacaanku. Bahkan bacanya bersama2.

“Kamu bisa baca surat ini…?”

“Bisa…, kan aku muslim.”

“Kalau kamu muslim, maafkan Pak Irod, keluar saja.”

“Kamu jaga kebun ini saja…”

“Mana kebunnya…??”

“Kebun ini!”

“Di mana aku tinggal?”

“Ya.. di tempatmu sendiri lah.”

“Tempat yang mana…????!!!!”

Saya coba tanya ke orang yang diajak bicara sama jinnya tadi. Ternyata tempat yang dimaksud agak jauh dari sini, nama kampungnya Ciparai. Dekat dengan tempat tinggal Pak Irod. Ada satu tempat yang dikenal agak angker. Karena itu, jinnya minta tempat tinggal di kebun ini.

“Aku mau jaga kebun, tapi aku minta sesuatu.”

Saya tidak mau memenuhi permintaannya dan tetap minta jinnya untuk keluar.

“Kamu masuk lewat kaki, ya?”

“Kamu tahu ya…???? Kamu tahu ya…???”

Lalu saya baca surat Al Kahfi. Jin itu ikut membaca bareng saya. Saya pijak2 dan urut kakinya. Dia tetap tidak mau keluar. Saya terus membaca ayat2 yang saya hafal.

Tidak berselang lama, ada orang yang datang dengan memboncengkan bapak tua berkopiah. Ustad setempat yang biasa mengobati kerasukan.

Saya hentikan bacaan saya. Ustad itu mulai membaca sholawat dan ayat2 ruqyah. Jinnya tampak sedikit ketakutan, dia membalikkan badan.

Suasana mulai kondusif, Pak Irod sadar. Orang2 mulai meninggalkan saung untuk bekerja lagi. Pak Irod diantar Pak Heru dan saudara Pak Irod pulang ke Ciparai.

Saya pun pergi ke kebun untuk kemberi pengarahan ke orang2 yang mau aplikasi pupuk.

****

Siang hari saya diberitahu kalau Pak Irod masih kesurupan siang hari dan sore harinya. Beliau sudah dibawa pulang oleh anaknya.

Kisah-kisah di ArasoE: Meninggalnya Imam Masjid ArasoE

Meninggalnya Imam Masjid ArasoE

Pagi ini saya ke kebun ArasoE. Di ujung komplek dekat timbangan ada keramaian dan bendera kuning. Siapa yang meninggal. Biasanya kalau di Bogor, kalau ada orang meninggal diumumkan lewat speaker masjid. Di sini tidak seperti itu. Karena saya tidak tahu, saya lewati saja.

Pak Mapesangka, mandor Arasoe IV, menceritakan kalau yang meninggal adalah Pak Haji Imam. Usianya di atas 110 tahun. Subhanallah. Beliau adalah tokoh desa. Jabatannya imam masjid. Tapi di sini imam masjid tidak hanya sekedar mengimani sholat fardu di masjid saja. Tugasnya juga sebagai penghulu pernikahan dan memimpin acara2 keagamaan yang dilaksanakan warga.

Beliau sudah tua, tapi badannya masih sehat dan kuat. Bahkan katanya masih bisa membawa mobil sendiri. Beberapa hari ini beliau jatuh sakit. Mungkin beliau merasa ajalnya sudah dekat. Sebelum meninggal beliau kumpulkan keluarganya. Beliau ambil simpanan uangnya. Jumlahnya tidak sedikit, ratusan juta. Beliau minta kepada anaknya untuk mensedeqahkan uang itu untuk masjid2 di sekitar desa ArasoE. Dua masjid yang di dekat rumahnya mendapat bagian 50jt. Masjid yang agak jauh mendapat 25jt. Masjid komplek PG mendapat bagian 10jt. Masjid2 lain mendapat 10jt. Tidak kurang uang yang disedeqahkan malam itu lebih dari 300jt. Beliau berpesan, jika uangnya masih ada sisa, dikasihkan ke anak yatim. Subhanallah.

Hari jumpat dini hari tadi, menjelang subuh beliau menghembuskan nafas terakhir.

Innalilahi wainnailaihi roji’un. Husnul khotiman, insya Allah.

Kenapa kita perlu berdo’a ketika masuk kamar mandi dan WC..??

Dalam agama Islam ada banyak sekali sunnah-sunnah berdoa ketika memulai aktivitas tertentu. Salah satunya ketika mau masuk ke kamar mandi, kamar kecil atau WC. Do’anya sederhana, setelah membaca Basmallah (Bismillahirrohmanirrohim), lalu membaca do’a di atas.

اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَآئِثِ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan kotoran”

Waktu saya masih kecil, saya mikir-mikir kenapa kalau masuk kamar mandi membaca do’a perlindungan dari syathon. Memangnya di kamar mandi ada jin..? Masih belum masuk di pikiran saya yang masih kecil waktu itu.

Bahkan Yusuf, ketika diajari membaca doa masuk kamar mandi dan tahu artinya malah jadi nggak mau masuk, karena dia pikir di kamar mandi ada ‘hantu’-nya. Bahkan, kadang-kadang jadi minta ditemeni kalau mau ke kamar mandi. Walah…

Jin dan Syaitan Suka Tinggal di Kamar Mandi

Saya bukan orang indigo, tidak punya kemampuan untuk melihat ‘mahluk-mahluk’ ghoib, mahluk astral, jin, setan, demit, pocong, gendruwo dan sebangsanya. Agak sulit bagi saya untuk menerima fakta bahwa mahluk-mahluk itu berdiam di kamar mandi. Lha wong nggak sensitif sama sekali.

Tapi kini, mulai marak acara-acara yang menampilkan cerita-cerita mistis. Sekaligus juga membawa dukun, paranormal, paratidaknormal dan orang-orang indigo yang bisa melihat mahluk-mahluk tidak kasat mata itu. Youtuber-youtuber yang mengkhususkan diri pada hal-hal mistik juga banyak. Kehidupan makhluk-mahluk dunia lain ini pun mulai banyak terkuak. Salah satunya tentang kesukaan jin ini tinggal atau menempati kamar mandi dan WC. Bahkan, temen saya waktu umroh, juga melihat ‘nenek-nenek’ di atas kamar mandi hotel di Negeri Sembilan yang kami singgahi.

Ada beberapa tayangan di YouTube yang menceritakan tentang dukun ‘ghoshbaster’ yang menunjukkan tempat tinggal jin di sebuah kamar mandi. Di tayangan lain, artis indigo yang menunjukkan tempat tinggal jin di kamar mandi. Atau ada selebgram indigo yang menceritakan tentang kepala jin yang nonggol ketika sedang berada di WC. WC yang jadi tempat tinggal jin bukan hanya WC yang sudah kuno dan nggak pernah dipakai. Bahkan, WC rumah mewah dan hotel mewah pun konon ada jin yang tinggal di situ.

Ustad-ustad di pengajian pun pernah menceritakan tentang WC dan kamar mandi yang jadi tempat tinggal jin. Hanya saja, kalau yang ngomong ustad yang mempercayai hanya orang mukmin (punya keimanan) saja. Orang awam, apalagi abangan akan sulit menerimanya. Justru, orang-orang awam dan abangan ini lebih percaya kepada dukun dan orang ‘indigo’. Apalagi orang yang dipercaya memiliki ‘kesaktian’ dan ‘mata batin’. Apa pun yang dikatakan dukun ini, meski pun ada ‘bohong-nya’, banyak orang yang manggut-manggut percaya.

Kata orang-orang indigo ini, WC dan kamar mandi memang menjadi salah satu tempat favorit jin untuk berdiam diri dan menetap. Semakin kotor dan bau semakin suka mereka tinggal di situ. Katanya ada gendruwo, kunti, atau pocong. Jin dan setan ini bisa melihat manusia, sedangkan manusia secara alami tidak bisa melihat jin dan setan. Jin ini juga punya ‘napsu birahi’ seperti manusia, bahkan pada manusia pun mereka bisa ‘birahi’. Terutama ‘gendruwo’ yang katanya matanya keranjang dan suka mengoda perempuan. Bahnyak kan cerita-cerita tentang wanita yang ‘digauli’ oleh gendruwo, bahkan ada yang sampai punya anak dari gendruwo. Gendurwo ini bisa menyerupai orang yang kita kenal. Hiiii….. menyeramkan.

Jadi, intinya, kalaua kita masuk ke WC dan kebetulan ada yang tinggal di situ, mereka bisa melihat kita sedangkan kita tidak bisa. Coba bayangkan, pas kita mandi dan telanjang bulat, tanpa sepengetahuan kita, ada ‘mata’ gendruwo yang sedang menikmati kemolekan tubuh kita. hiiii……

Nah, bagaimana caranya agar tidak dilihat oleh gendruwo atau jin penghuni kamar mandi? Caranya adalah dengan membaca ‘Basmallah’ sebelum masuk ke kamar mandi. Lalu membaca do’a perlindungan di atas. Bacaan ini, meskipun terdengar sepele, akan menjadi tabir antara dunia kita dengan dunia lain. Mereka, para jin, setan, demit dan gendruwo ini, tidak akan bisa melihat kita. Bahkan, mereka akan pergi ‘kepanasan’ karena kita meyebut Asma Allah.

Dukun-dukun dan orang-orang indigo ini pun mengakui, jika bacaan-bacaan tertentu bisa mengusir mereka dan membuat jin-jin ini tidak berkutik.

Salah satu adab masuk ke WC dan kamar mandi adalah mendahulukan yang kiri. Cebok pun pakai tangan kiri. Nah, waktu keluarnya baru mendahulukan kaki kanan dan membaca doa keluar kamar mandi. Adab ini tidak disukai jin. Mereka akan merasa terganggu dan minggat dari lokasi itu.

Saya jadi semakin sadar dan bisa memahami akan ajaran sunnah Rasulullah ini. Do’a sederhana yang bisa melindungi kita dari godaan dan gangguan jin penghuni WC dan kamar mandi. Bahkan; do’a sederhana ini juga bisa mengusir mereka.

Wallahu a’lam.

Kisah-kisah di ArasoE: Pak Bledek meninggal di sambar petir

ArasoE sudah masuk musim penghujan. Di cuacanya mirip dengan di Bogor, kalau sedang musim hujan, hujan bisa turun kapan saja. Kadang-kadang pagi, siang, malam, bahkan bisa setiap hari. Banyak pekerjaan kebun sedikit terhambat karena turun hujan. Cuma di ArasoE tidak seperti di Bogor yang petirnya menggelegar cetar. Petirnya biasa-biasa saja, jarang bahkan.

Hari ini saya berboncengan dengan Pak Mundakir ke kota untuk mencari garpu mata empat. Kita sudah cari di pedagang yang kita beli minggu lalu. Garpu mata empatnya habis. Cari-cari di tempat lain sama saja. Nihil. Akhirnya kami pulang. Setengah perjalanan tiba-tiba langit mulai mendung. Beneran, pas masuk desa Walenreng hujan turun.

Kami berteduh di sebuah masjid di pinggir jalan. Kebetulan pas sholat dhuhur, jadi berteduh sekalian sholat berjamaan di masjid. Sambil menyelam minum aqua. Selesai sholat hujan masih belum reda. Terdengar suara petir meyambar di kejauhan. Biasa-biasa saja. Setelah hujan reda, kami melanjutkan pulang ke mess untuk makan siang.

Esok harinya kami ke kebun. Saya ke Sumaling dan Pak Mundakir ke Rayon Barat, Tanete Harapan. Ternyata, kawan-kawan mandor dan sinder kebun banyak yang melayat di Bulu 2. Ada pensiunan karyawan PG dan sekarang jadi kontraktor angkutan tebu meninggal. Kebun kosong. Singkat cerita, kami pulang siang ke mess, biasa untuk makan siang.

Di situlah kita ngobrol-ngobrol kegiaan kebun hari ini. Ibu mess dan orang kebun menceritakan tentang pensiunan PG yang meninggal. Ceritanya tragis.

Tiga hari sebelumnya, hari senin, Pak Bledek (bukan nama sebenarnya) datang ke koperasi. Kantor koperasi tepat di samping mess; S10. Namanya Pak Bledek, bukan nama sebenarnya. Nama sebenarnya kalau diartikan sama dengan ‘petir’ atau ‘bledek’, suara mengelegar ketika turun hujan. Pak Bledek ini menaggih biaya angkutan tebu yang belum dibayarkan. Nilainya sampai ratusan juta. Beliau minta dibayarkan sebagian dulu, karena ada beberapa tanggungan yang harus dibayarkan segera. Petugas koperasi bilang kalau tidak ada uang dan belum bisa membayarkan tagihan itu. Pak Bledek terus mendesak, karena memang sedang perlu uang. Saking jengkelnya, sampai beliau berkata:

“Kalau tidak dibayarkan, tiga hari lagi saya meninggal.”

Petugas koperasi tidak bisa memenuhi keinginan Pak Bledek. Beliau pulang.

Saat ini sudah tidak musim giling. Kegiatan angkutan tebu tidak banyak. Kegiatan Pak Bledek mengangkut tebu pun praktis vacum. Tiga hari kemudian, hari rabu siang, Pak Bledek naik motor menuju ke kebun rumput gajahnya. Sampai siang belum pulang. Karena sore belum pulang juga, keluarganya mulai mencari-cari. Ada tetangga yang melihat motor pak Bledek ada di pinggir kebun rumput gajah.

Dicarilah Pak Bledek ke kebun. Namanya dipanggil-panggil tidak menyahut. Lalu di cari ke dalam kebun. Pak Bledek ditemukan sudah tergeletak di kebun. Di bagian dadanya ada bekas luka bakar. Tubuhnya basah karena kehujanan. Beliau sudah tidak bernyawa lagi. Hebohlah kampung Bulu2. Jenazah Pak Bledek di bawa ke rumahnya dan mulai prosesi pemakaman. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Semoga beliau khusnul khotimah.

Di saat yang bersamaan. Sehari setelahnya ketika saya ngobrol di pondok kebun Sumaling. Mandor kebun juga menceritakan kalau kemarin siang ada kuda yang tersambar petir di kebun. Orang Bone biasa memelihara kuda dan sapi. Kuda ini digembalakan di kebun, di pinggir kebun atau di kebun-kebun ‘bero’. Pada saat itu di kebun sebelahnya juga ada tenaga yang sedang tanam tebu. Ketika petir meyambar kuda itu, tenaga-tenaga kaget semua dan berlarian menuju ke tempat yang lebih aman. Hujan hanya gerimis sebentar saja di kebun ini. Setelah itu reda. Tapi, kuda ini sudah gorong mati terbakar tersambar petir.

Kebun tebu di ‘low land’ tempatnya datar. Tidak ada pohon yang tinggi. Jadi kalau musim hujan dan petir sangat berbahaya. Karena bisa tersambar petir. Kejadian ini bukan yang pertama, sudah beberapa kali.

Semoga Pak Bledek diampuni semua dosa-dosanya, diterima semua amal-amalnya dan dilapangkan kuburnya. Aamiin.

Kisah-kisah di ArasoE: Meningalkan Motor di Kebun dengan Kuncinya

Meninggalkan Motor di Kebun dengan Kuncinya

Salah satu yang menarik di Arasoe adalah aman meningalkan motor dengan kuncinya atau barang2 di kebun. Meskipun motor ini ditinggal tanpa pengawasan tetap aman. Bahkan sampai berhari2 pun tetap aman. Barang2 ditinggal begitu saja juga aman. Sapi ditinggal di kebun tanpa ada yang menungguin tetap aman. Yang seperti ini tidak bisa dilakukan di Jakarta, Jadebotabek atau di kota besar lainnya di Indonesia. Jangankan ditinggal, dibawa saja dibegal orang.

Kisah-kisah di ArasoE: Musim Durian

Durian lokal di Ujung Tanah, Bone

King of Fruit, itu julukan untuk buah durian. Dan saat ini lagi mulai musim durian. Di ArasoE mulai musim durian sekitar awal bulan Januari 2020 ini. Di pinggir-pinggir jalan mulai banyak yang menjajakan durian lokal. Harganya pun cukup murah, masih dikisaran Rp. 5000 sampai Rp. 50.000 perbutir. Tergantung ukuran dan kualitas buahnya. Saya dan teman-teman tim berburu durian local bone sampai ke kebunnya.

Kebun Durian di Pattiro Riolo, Sibulue

Ternyata Kec. Cina, Kab. Bone adalah salah satu sentra durian di Sulawesi Selatan ini. Informasi pertama yang kami dapat ada sentra durian di dekat kebun Sibulue. Ketika ke kebun Polewali, sampingnya kebun Sibulue, kami minta diantarkan oleh mandor Polewali. Kami jalan menyusuri kebun ke arah Sibulue. Sibulue ini nama desa dan kecamatan. Di pasar Sibulue sudah banyak orang yang menjajakan durian di pinggir jalan. Tapi bukan di situ sentralnya. Kebun duriannya ada di desa Pattiro Riolo. Kami diajak ke desa Pattiro Riolo. 

Durian di desa ini memang murah-murah bingit. Ukurannya sih nggak terlalu besar. Cenderung kecil-kecil. Harganya murah banget, satu ikat isi3 biji cuma RP. 15rb. Yang ukurannya agak gede cuma Rp. 35rb per ikat. Meskipun kecil, tapi duriannya enak, manis dan creammy. Mantap. Kami berlima habis 5 ikat durian. Pulangnya bawa durian lagi.

Ukuran Buah Durian Lokal Bone




Kebun Durian di Ujung Tanah

Sentra durian tidak hanya di desa Pattiro Riolo saja. Ada banyak lokasi-lokasi lain. Informasi dari sinder dan mandor kebun juga. Salah satunya ada di dekat kebun Ujung Tanah. Dari kebun Ujung Tanah kita lewati sungai lalu naik ke Sanrego, trus ke atas ke arah gunung. Jalan tanah dan licin. Kami melewati kebun-kebun cengkeh. Masih naik lagi. Semakin ke atas semakin banyak kebun cengkeh yang ada pohon duriannya.

Kami berhenti di salah satu rumah pondok yang banyak pohon duriannya. Pondok itu diisi satu keluarga. Salah satu anak perempuannya menggantar kami keliling kebun mencari buah durian yang jatuh. Ada cukup lumayan banyak.

Kami makan sepuasnya. Nggak keitung lah berapa butir yang sudah kami buka. Setelah habis, ternyata penjaga kebun itu tidak mau dibayar atas buah durian yang sudah kami santap. Binggung juga kami. Tapi meskipun begitu, kami tetap menitipkan uang ke penjaga itu. 

Yogo, di antara durian-durian di kebun durian Ujung Tanah

Durian lokal di Ujung Tanah, Bone

Kisah-kisah di ArasoE: Pohon Kelapa Lagi

Masih melanjutkan kisah pohon kelapa yang kemarin. Hari ini saya coba mendekat ke pohon kelapa itu dan melihat lebih dekat kondisinya.

Pohon kelapa itu posisinya di tengah kebun, jarak dari jalan poros sekitar 50 meter dan pas di got malang. Memang, dengan posisi seperti itu akan sangat mengganggu kegiatan kultivasi tanaman tebu, terutama yang menggunakan traktor.

Tingginya kurang lebih 30 meter. Mungkin umurnya sudah cukup tua. Daunnya agak jarang, seperti dimakan kumbang. Dan tidak ada buahnya.

Bagian pangkal batang bawahnya memang ada bekas seperti kena doser. Mungkin ini bekas luka ketika ditumbangkan dulu. Bagian pangkal batangnya juga ada bekas terbakar. Setelah tebang memang ada kegiatan bakar daduk. Mungkin ini bekasnya.

Pohon kelapa ini masih berdiri kokoh. Entah sampai kapan, dan akan tetap menyimpan misteri kebun Tempeh ini.

Kisah-kisah di ArasoE: Dikerjain Pohon Kelapa

Pohon Kelapa Sendirian di Tengah Kebun Tebu

Masih ingat dengan kisah pohon kelapa yang ada di tengah-tengah kebun Tempeh (baca di sini: Kisah Horor Pohon Kelapa)? Ternyata memang horor.

Saat ini mulai musim durian. Saya dapat informasi dari mandor kalau ada sentra durian di dekat desa Sibulue, nama desanya kalau tidak salah Pattiro Riolo. Kami berlima; saya, Yogo, Andi, Ai dan Elsam, berencana mencari lokasi sentra durian ini. Kami berangkat selepas sholat asar. Kami mengambil jalan mutar lewat desa Kaju baru Sibulue dan ke Pattiro. Lumayan jauh juga. (Cerita duriannya lain kali saja).

Pulangnya sudah agak sore. Kami ingin mengejar sholat magrib di rumah. Kami putuskan untuk lewat jalan tengah kebun, jalan tanah berbatu. Pas kebetulan ada perbaikan jalan. Jalan sepanjang beberapa kilo meter penuh dengan tumpukan-tumpukan pasir dan kerikil. Apalagi lagi musim hujan seperti ini, jalan sempit dan licin. Kami mesti super hati-hati.

Setelah lewat jembatan, kami masuk ke kebun Sibulue, belok kanan memutari bukit Cinnong (kalau nggak salah namanya Cinnong). Jalan kebun tanah berbatu yang sepi. Setelah lewat pondok kebun Polewali, kami mendekat ke belokan pertigaan kebun Tempeh. Letak pohon kelapa itu. Matahari sudah tenggelam, adzan magrib sudah berkumandang. Jalanan sedikit gelap. Mendung lagi.

Agak dekat dengan pertigaan, tiba-tiba gigi motor saya masuk ke gigi satu. Motor mengerang agak keras, tapi motor tidak mau melaju. Saya coba pindah-pindah gigi. Tetap saja tidak mau pindah gigi. Saya naik motor sendirian, yang lain berboncengan. Mereka menyalip saya. Saya coba kejar. Motor tidak mau melaju. Setelah lewat belokan, mereka semakin menjauh dan saya tertinggal agak jauh di belakang. Saya kasih tanda pakai lampu.

Mereka menunggu di belokan batas antara kebun Kasimpureng dan kebun Tempeh.

“Ada apa, Pak?”

“Ini motor saya tidak mau pindah gigi.”

Lalu saya turun untuk melihat kondisi motor. Tetap saja tidak mau hidup dan tidak mau pindah gigi. Yogo coba menghidupkan motor dengan cara dibawa lari. Nggak bisa juga. Posisi kita sudah agak menjauh dari pohon kelapa itu.

Setelah dicoba-coba agak lama, akhirnya motorku bisa hidup juga. Yogo bawa motor saya dan saya membonceng Elsam. Sambil di jalan Elsam bilang ke saya:

“Di sini memang biasa seperti itu, Pak.”

“Nanti saya ceritakan.” katanya sambil terus melaju.

Setelah agak jauh dan mulai dekat dengan komplek PG. Elsam mulai menceritakan kisah tentang pohon kelapa itu. Sedikit dibumbui cerita-cerita horor dan dramatisasi. Mirip dengan cerita yang disampaikan oleh mandor dan sinder.

Dikerjain juga akhirnya.

Pohon Kelapa di Tengah Kebun Tempe