Manajemen Keuangan Personal/Pribadiku – Bagian 1

Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 3

Manajemen keuangan personal/pribadi adalah salah satu dari kecerdasan finansial. Kemampuan mengatur keuangan tidak hanya penting untuk perusahaan atau badan usaha, kemampuan ini juga sangat penting sampai di level personal, pribadi dan keluarga. Keuangan yang terkelola dengan baik akan membantu kita untuk bisa ‘merdeka finansial’, terhindar dari ‘kemiskinan’ dan ‘hutang’, sekaligus bisa mengantarkan kita dan keluarga kita menjadi orang ‘kaya’ dan berkecukupan.

Saya belum menjadi orang ‘kaya’ yang uangnya bermilyar-milyar, bukan juga ‘sultan’ yang binggung mau buang uang ke mana. Saya orang biasa-biasa saja, kekayaan saya tidak banyak, tetapi cukup untuk hidup secara layak. Apa yang saya tulis di sini adalah hasil belajar dari orang lain, diskusi-diskusi dan ngobrol dengan orang yang sudah lebih sukses dan kaya, seminar/workshop, baca buku, dan pengaplikasiannya dalam kehidupan pribadi. Tulisan ini adalah sharing pengalaman pribadi. Uraiannya adalah modifikasi dan penerapan dari apa yang saya pelajari. Silahkan bagi pembaca dan pengujung blog ini untuk mengambil yang baik dan kalau ada kekurangan-kekurangannya bisa dibuang dan diperbaiki lagi.

Menurut Pak William Tanuwijaya (dari salah satu buku kecilnya, pendiri Tokopedia), Bung Safir Senduk, dan Pak Tung Dasem Waringin, kecerdasan finansial diawali dari pemahaman dan pengetahuan kita terhadap PENDAPATAN dan PENGELUARAN. Manajemen keuangan personal/pribadi pada dasarnya adalah manajemen atau pengatur PENDAPATAN dan PENGELUARAN keuangan pribadi. Ada sebuah pepatah mengatakan “Besar Pasak daripada Tiang” artinya “Lebih besar pengeluaran daripada pendapatan”. Tiang adalah penyangga dalam sebuah bagunan rumah, sedangkan pasak adalah kayu yang menumpang di atas tiang tersebut. Jika pasak lebih besar daripada tiang, tiang bisa roboh karena tidak kuat menahan beban pasak. Manajemen keuangan pribadi mengatur bagaimana agar pasak (PENGELUARAN) tidak lebih besar daripada tiang (PENDAPATAN). Jika memungkinkan kita memperbesar tiang (PENDAPATAN), atau bisa juga memperbanyak tiang-nya dan memperkecil pasak (PENGELUARAN).

PENGELUARAN

Saya mulai dari PENGELUARAN dulu ya, karena bagi saya lebih mudah untuk diruaikan dan dipahami. Aktivitas pengeluaran ini yang paling sering kita lakukan. Kalau pendapatan biasanya hanya sebulan sekali, pengeluaran bisa setiap hari. Pengeluaran ini saya kelompokkan dan saya urutkan sendiri. Pertimbangannya adalah pertimbangan pribadi ya. Saya akan jelaskan di bawah ini. Urutan pengeluaran pribadi saya adalah sebagai berikut:

  1. Investasi Akhirat alias Sedeqah,
  2. Investasi Dunia,
  3. Bayar Cicilan dan hutang,
  4. Saving (Tabungan),
  5. Bayar Sekolah Anak/Pendidikan,
  6. Bayar Tagihan-tagihan (Listrik, Air, Internet, dll),
  7. Bayar Pengeluaran Rutin Bulanan,
  8. Pengeluaran Rutin Keluarga,
  9. Pengeluaran Rutin Pribadi.

1. Sedeqah (Investasi Akhirat)

Saya pribadi selalu menyisihan rizqi untuk investasi akhirat, yaitu bersedeqh. Saya berusaha untuk selalu menyisihkan sedeqah dalam daftar pertama pengeluaran saya. Banyak orang yang lupa atau mengesampingkan tentang investasi akhirat ini. Sebagai orang muslim saya berkeyakinan bahwa sedeqah adalah sebuah keharusan. Alasannya, pertama, keinginan orang yang sudah mati, sudah di alam barzah/alam kubur, ingin sekali dikembalikan ke dunia walau sebentar saja hanya untuk bersedeqah. (QS. Al Munafiquun: 10; Ibrahim: 44; Assajdah). Harta yang kita kumpulkan di dunia tidak akan dibawa sampai di akhirat, kecuali yang kita sedeqahkan karena Allah.

Saya berusaha untuk bersedeqah meskipun hanya sedikit. Dulu waktu penghasilan saya masih kecil, kecil banget waktu itu, sedeqah saya juga mengikuti kemampuan gaji saya. Ibaratnya, seribu dua ribu tetap kita keluarkan untuk sedeqah. Semakin besar gaji, seyogyanya juga akan semakin bertambah juga nilai sedeqah kita. Sedeqah tidak akan mengurangi rizqi yang kita terima, justru akan semakin memperbanyak rizqi itu. Selain itu rizqi juga akan membersihkan rizki yang kita terima, menambah barokah dari rizqi yang kita terima.

Sedeqah ini bisa kita berikan ke fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang tidak mampu yang membutuhkan bantuan. Jika ada saudara atau famili kita yang fakir atau yatim, lebih baik diberikan kepada mereka. Sedeqah bisa diberikan langsung, misalnya ke orang2 gelandangan yang ada di pinggir jalan. Sedeqah juga bisa disalurkan ke lembaga-lembaga atau yayasan sosial. Bisa juga ke keropak masjid.

2. Investasi di Dunia

Investasi menurut saya juga sangat penting. Investasi ini beda dengan menabung ya. Kalau menabung itu hanya sekedar menumpuk dan menyimpan uang. Sedangkan investasi itu membuat agar uang yang kita sisihkan bisa ‘bekerja’ menghasilkan uang/keuntungan yang lebih besar lagi. Meskipun investasi bisa diawali dengan menabung dulu sampai jumlah tertentu baru diinvestasikan. Investasi yang saya maksud di sini juga bukan investasi yang besar dan membutuhkan uang yang banyak, tetapi investasi skala kecil yang bisa dilakukan oleh siapa saja meskipun penghasilannya tidak banyak seperti saya ini.

Investasi skala kecil yang saya lakukan adalah investasi pada logam mulia; emas. Emas yang saya maksud ini adalah emas batangan ya atau dalam bentuk tabungan emas, bukan emas untuk perhiasan. Saat ini ada banyak pilihan untuk berinvestasi emas, secara umum ada emas fisik dan emas yang fisiknya tidak kita simpan di rumah. Kenapa emas saya masukkan dalam kategori investasi, karena nilainya cenderung naik sejalan dengan waktu. Selisih antara nilai jual saat ini dengan harga pada saat pembelian itu lah keutungan dari investasi emas ini.

Saya mulai dari yang emas fisik dulu ya. Saat ini ada beberapa pilihan emas fisik yang ada di pasaran, antara lain: emas LM (Logam Mulia) produksi ANTAM, emas UBS, koin emas, dinar emas dll. Pecahannya pun bervariasi mulai dari 0,5 gr s/d 1000 gr. Bahkan ada mini gold yang ukurannya kecil-kecil. Pembelian bisa dilakukan secara bertahap.

Investasi emas juga bisa dilakukan tanpa harus menyimpan emas fisiknya. Prinsipnya mirip dengan emas batangan, hanya saja fisik emasnya tidak kita simpan di rumah, tetapi disimpan oleh penyedia jasanya. Pilihan investasi emas ini juga banyak, misalnya saja Tabungan Emas dari PT Pegadaian, investasi emas di marketplace (Tokopedia, Bukalapak, dll), Tabungan emas di bank-bank syariah, produk cicil emas dari bank. Sebagai contoh Tabungan Emas dari Pegadaian. Ini mirip dengan tabungan di bank. Kita membeli dan emasnya disimpan di gudang Pengadaian. Kita mendapatkan buku Tabungan Emas. Di situ ada catatan tgl pembelian/penjulan, jml emas yang kita beli/jual dan saldo emasnya. Sekarang juga sudah tersedia apliaksi Tabungan Emas yang lebih memudahkan untuk investasi maupun transaksi emas. Pembelian bisa dilakukan bertahap dan rutin.

Investasi juga bisa dilakukan melalui saham atau reksadana. Memang investasi saham/reksadana ini lebih beresiko daripada investasi emas. Perlu belajar khusus agar kita bisa berhasil dalam investasi saham/reksadana. Keuntungan dari investasi saham/reksanada ini adalah deviden/bagi hasil dan capital gain, atau peningkatan nilai saham/reksadana. Resikonya adalah nilai saham/reksadana bisa lebih rendah daripada harga pada saat pembelian. Jadi keuntungannya adalan negatif atau rugi.

Investasi juga bisa dilakukan dengan menaruh uang pada usaha yang sedang dijalankan oleh orang lain. Investasi ini juga resikonya lebih besar, tetapi potensi keuntunganya juga besar.

Investasi lainnya adalah membeli aset, seperti tanah, rumah, bangunan, barang koleksi seni, dll. Nilai dari barang-barang ini bisa naik sejalan dengan waktu.

Lanjut baca ke

Bagian 1 | Bagian 2 | Bagian 3

Leave a comment