Catatan tentang buku Babad Tanah Jawi.
Waktu kecil dulu saya kadang2 diajak Bapak nonton wayang kulit atau pagelaran ketoprak di alun2. Dulu ada acara ketoprak di Tvri Jogja yang sering saya lihat, yaitu ketroprak Gito-Gati. Jadi dikit2 saya tahu cetita2 babad tanah jawa.
Ketika membaca buku ini pikiran saya serasa kembali ke masa2 lalu. Cerita2 ketoprak itu seperti hadir kembali. Ceritanya Ario Penangsang, Joko Tingkir, Breh Wijaya, dan Kanjeng Sunan Gunung Jati.
Buku ini ditulis oleh orang Belanda W.L.Olthof, di Leiden tahun 1941 dalam bahasa jawa. Lalu diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Saya tidak tahu cerita ini asli atau campur aduk dengan cerita fiksi. Mungkin ada fakta2 sejarah yang dituliskan di sini, tapi sepertinya juga ada ‘bunga2’ fiksinya. Namun, Disitulah menariknya buku ini.
Ada keterkaitan antara sejarah2 kerajaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa, Sumatera sampai ke Champa dan China. Beberapa waktu yang lalu sempat ramai dengan adanya fakta sejarah koin jaman Majapahit yang bertuliskan arab/Islam. Mungkin juga ada benarnya. Di dalam buku ini disebutkan bahwa jaman Majapahit dulu sudah ada hubungan dengan kerajaan Champa yang sudah masuk Islam. Bahkan sunan2 jaman dulu datang dari Makkah ke Kerajaan Majapahit.
Menariknya di dalam buku ini banyak cerita2 tentang masuknya Islam di Nusantara, asmara, perselingkuhan dan pengkhianatan, intrik2 perebutan kekuasaan, cerita2 kesaktian tokoh2 jaman dulu, kesaktian Kanjeng Sunan Walisongo, Ki Ageng Selo, Aria Penangsang, Ki Ageng Pemanahan, Raden Patah, Kisahnya Joko Tingkir yang terkenal, dan kisah2 keturunan raja2 yang akan berkuasa di tanah jawa ini.
Sejak jaman dulu sebenarnya agama Islam dan politik (pemerintahan) tidak pernah dipisahkan dalam sejarah tanah jawa. Tokoh agama, Para Sunan, juga merupakan tokoh politik atau pimpinan politik kerajaan. Yang menjadi raja2 di tanah jawa punya garis keturunan dengan para Sunan.
Jarang saya tahan membaca buku sejarah dan cerita yang tebalnya sampai 800 halaman. Tidak ada gambarnya sama sekali. Isinya tulisan semua. Justru ‘gambar2’ itu muncul di dalam kepala.
Buku ini menjadi teman bacaan yang menarik, di sela-sela bacaan ‘keras’ sehari2. Menambah wawasan tentang sejarah dan budaya Islam di tanah Jawa ini. Andaikan saya bisa baca langsung yang berbahasa Jawa atau yang ditulis oleh orang jawa asli akan lebih menarik lagi.
Membaca buku sejarah selalu ketagihan akan masa lalu.