
Kupu-kupu serangga terbang yang cantik dan gesit. Perlu kesabaran ekstra untuk bisa memotretnya. Apalagi memotret kupu-kupu di habitatnya; kerajaan kupu-kupu Indonesia, air terjun Bantimurung, Bulusaraung, Kab. Maros, Sulawesi Selatan.
Mendapatkan surat tugas di salah satu tempat di Sulawesi Selatan adalah tantangan tersendiri. Lokasinya jauh secara geografis, daerah yang sama sekali baru, dan masalahnya sedikit ‘berat. Bismillah saja. Saya mencari cara untuk bisa ‘menikmati’ penugasan ini.
Suatu hari saya pergi ke Makassar bersama Pak Arifin. Beliau cerita tempat-tempat menarik yang ditemui di jalur perjalanan ini. Ceritalah Beliau tentang Bantimurung. Kalau dari arah Bone, posisinya sebelum masuk kota Maros.
“Nanti kita lewati. Kita mampir sebentar, ” katanya.
Bantimurung adalah nama air terjun yang berada di salah satu lembah gunung Bulusaraung. Pegunungan karst yang mirip dengan landscape film Avatar. Cantik.
Yang paling unik dan terkenal dari tempat ini adalah kupu-kupu. Bantimurung adalah ‘kerajaan’ kupu2 di Indonesia. Di Bantimurung ada 200 spesies yang sudah diketahui. Ukurannya bervariasi dan corak warnanya cantik2.
Saya datang pertama kali ketika musik kemarau. Bukan musim kupu-kupu. Saya hanya menikmati kupu2 yang diawetkan dan dijajakan di kios2 sepanjang area parkir Bantimurung. Nggak asik lah.
Saya tanya ke guide yang menemani kami, kapan musim kupu2. Katanya; tergantung musim hujan. Kalau hujan sudah mulai turun, tanaman-tanaman akan mulai tumbuh. Kupu2 pun mulai bertelur dan menetas.
Kalau ada waktu luang, dan kebetulan lewat Maros, saya sempatkan untuk main ke Bantimurung. Pingin melanjutkan hobiku dulu, motret2, khususnya motret kupu2.
Suatu hari ada pesan WA masuk, dari salah satu guide di Bantimurung. Dia mengirimkan video kupu2 yang sedang berkerumun di pinggir danau. Jadi pingin ke Bantimurung lagi nih.
Saya cari-cari waktu agar bisa main ke Bantimurung dan memotret kupu2 di sana. Suatu hari saya perjalanan ke Makassar. Saya sempatkan untuk mampir ke Bantimurung. Saya dapat pagi hari sekitar jam 8. Saya coba kontak Udin dan Amir, penduduk setempat. Udin yang merespon telpon saya. Dia yang memandu saya mencari tempat2 di mana kupu2 biasa berkumpul. Sekaligus memberi informasi nama2 kupu2 itu.
Saya sengaja pakai kaos kuning cerah, celana nuansa cerah dan pakai topi yang cerah juga. Kupu2 suka warna yang cerah dan mencolok, seperti: kuning, merah, biru dan putih. Kupu2 akan mengira warna kaos yang merip dengan warna bunga. Warna2 ini juga yang dipakai untuk warna jaring kupu2. Kupu akan mudah ditangkap ketika menggunakan jaring berwarna cerah, merah misalnya.
Kami berjalan menyusuri jalan utama. Udin menunjuk kupu2 warna hitam bercorak biru yang berkumpul pinggir jalan. Kupu2 ini menghisap air di air yang mengenang di plesteran semen. Saya siapkan kamera dan mencoba mendekati kupu2 itu dengan hati2. Saya mencoba untuk tidak membuat gerakan tiba2 yang bisa menakuti kupu2. Bergerak pelan dan mencoba sedekat mungkin dengan kupu2 itu.
Kebetulan saya hanya ‘bersenjata’ kamera mirror less dengan lensa standard 35-70 mm. Artinya, kalau saya pingin memotret close-up, objeknya harus sedekat mungkin; 5-15 cm. Ini tantangan bagi saya, bagaimana saya bisa mendekatkan lensa sedemikian dekat tanpa menakuti kupu2 itu.
Percobaan pertama gagal total. Kupu2 itu terbang barhampuran.
“Di atas lebih banyak, Pak,” kata Udin.
Saya ikuti sarannya. Di sini memang terlihat kurang alami. Karena alasnya semen dan backgroundnya ‘tidak alami’. Kami berjalan ke arah danau di atas air terjun Bantimurung. Jaraknya lumayan, mungkin 1 km dengan jalan mendaki.
Bener juga. Di pinggir danau dari kejauhan sudah terlihat kerumujan kupu2. Kali ini saya mencoba lebih berhati2. Saya mendekat sangat pelan. Akhirnya bisa juga saya memotret kupu2 itu.
Alhamdulillah.







