“Unyil Kucing….!!!!!”
Kata-kata itu sangat familier di telinga kami ketika masih anak-anak dulu. Duluuu sekali tahun 80an. Waktu itu stasiun televisi hanya satu: TVRI. Pesawat televisi juga masih jarang. Hanya orang-orang kaya di desa saya yang punya televisi. Itu saja masih hitam putih.
Keluarga kami yang pas-pasan belum punya tv. Kalau mau nonton TV, ngintip dari jendela nako-nya tetangga depan rumah yang orang kaya. Kami ngintip ramai-ramai dari luar rumah. Itu saja sudah seneng benget kalau sudah lihat Si Unyil dan Pak Raden.
Bagi kami, anak-anak, setiap hari minggu acara yang selalu ditunggu-tunggu adalah “Si Unyil”. Cerita boneka dengan tokoh utama: Unyil, Ucrit, Usrok, Pak Raden, dan Pak Ogah. Ada juga orang gila yang selalu bernyanyi: “Di mana anakku? Di mana istriku?”. Ceritanya macam-macam, khas anak-anak jaman dulu. Main layangan, nyuri buah mangganya Pak Raden. Pak Raden adalah sosok orang jawa dengan kumis tebal dan galak. Pak Raden sering digoda dan diganggu oleh anak-anak. Meski pak Raden tokoh yang galak, tetapi anak-anak suka dengan tokoh Pak Raden ini.
Pak Raden selalu berpakaian jawa dan memakai blankon. Suaranya mengelegar, “Raden Mas Singgo menggolo jalmo wono…”””””. Acara Si Unyil terus menjadi acara favorit kami sampai televisi-televisi swasta bermunculan dan acara-acara karton dari luar menyerbu negeri kita ini.
Meski sudah lama berlalu dan Si Unyil sudah tidak tayang lagi, karena kalah pamor dengan film animasi import, kharisma Pak Raden dan Si Unyil tidak pernah pudar. Bagi saya dan temen-temen yang seumuran saya, pasti setuju dengan pendapat ini. Pak Raden dan Si Unyil tetap hidup di hati kami.
Beberapa hari yang lalu, ketika saya sedang mengisi acara pengomposan di Banyumas, jum’at 30 Oktober 2015, ada kabar jika Pak Raden telah tiada. Pak Raden telah kembali ke pangkuan Ilahi. Saya bukan anak atau cucu pak Raden, saudara juga bukan, tapi kepergian Pak Raden begitu menyedihkan. Kalau tidak malu dengan umur yang sudah kepala empat, sudah saya tumpahkan air mata ini. Saya ingin berteriak keras memanggil namanya …..Pak Radeeennnn……!!!!!!!! Dan berlari kepelukannya, seperti Si Unyil yang memeluk Pak Raden itu.
Selamat jalan Pak Raden….!!!!!
Dirimu akan selalu kami kenang di hati kami, anak-anak yang selalu mengagumimu.
Dan gambar ini yang paling membuat sedih dari yang saya lihat.
Gambar ini mewakili perasaaan jutaan anak pencinta Si Unyil yang kini sudah tua-tua semua.