
Saya dengan Pak Yusianto di Rumah Kopi Rannin, jl. Bangbarung. Saya banyak belajar dengan beliau bagaimana cara menikmati kopi. Beliau adalah ahli kopi, tapi bukan peminum kopi.
“Ada peminum kopi dan ada penikmat kopi,” kata pak Yusianto, salah satu tester kopi yang bersertifikat Internasional. Beliau menyampaikan itu waktu kami minum kopi di Rumah Kopi Rannin, jl. Bangbarung Bogor.
Tiga hari ini di kantor diselenggarakan acara pelatihan peningkatan citarasa kopi dengan teknik bioteknologi. Pembicara utamanya antara lain adalah Pak Dr. Surip Mawardi dan Pak Ir. Yusianto, peneliti senior di Puslit Koka. Mereka adalah para ahli perkopian. Mereka menyampaikan materi tentang citarasa kopi, pengenalan dan faktor2 yang mempengaruhi citarasa kopi.
Pak Yus dan saya diajak mampir ke rumah Kopi Rannin. Pak Yusianto diminta untuk mencicipi minuman kopi2 yang disuguhkan di sini dan memberikan komentarnya. Saya senang sekali, karena bisa dapat tambahan ilmu dari beliau.

Biji kopi sangrai
Secara umum memang ada dua tipe orang minum kopi, yang pertama peminum kopi dan penikmat kopi. Sebagian besar orang Indonesia adalah peminum kopi dan minum kopi untuk mendapatkan manfaat ‘melek’-nya. Sehari bisa minum dua sampai tiga gelas kopi. Kopi yang umum di pasaran lokal Indonesia adalah kopi robusta yang kandungan kafeinnya tinggi dan rasanya lebih pahit. Minumnya ditambah banyak gula biar rssanya manis. Sekali minum bisa langsung satu cangkir. Saya punya teman yang kalau tidak minum kopi rasanya lemes dan males.
Tipe kedua adalah penikmat kopi. Mereka meminum kopi untuk menikmati citarasa kopinya itu. Penikmat kopi biasanya minum kopi tanpa gula. Kopi yang dipilih kopi arabika atau kopi2 yang sudah terkenal citarasanya seperti kopi luwak, kopi gayo, kopi flores dan lain2. Saya belajar dari Pak Yusi bagaimana menikmati kopi dan mengenali citarasanya.
Kopi yang enak adalah kopi yang baru disangrai. Citarasanya belum banyak berubah. Kopi yang baru disangrai dan dihaluskan akan mengeluarkan bau yang khas. Bau ini namanya fragrance. Jika dicium, kopi akan mengeluarkan bau yang bermacam2. Baunya bisa seperti ada bau gulanya, madu, rempah2, kacang2an, atau bau jagung manis. Kopi yang enak akan berbau segar dan menyenangkan. Tapi kopi yang jelek akan berbau tanah, bau gosong, bau jamur/tengik dan lain2.
Setelah itu kopi baru diseduh tanpa diaduk. Kopi yang baru diseduh akan mengeluarkan aroma segar. Penikmat kopi pertama kali akan menikmati aroma ini. Aromanya juga bermacam-macam. Ada aroma seperti aroma buah, kacang2an atau rempah2. Selain itu ada juga aroma seperti gula/karamel dan coklat.
Setelah dinikmati aromanya baru diminum kopinya. Ketika diminum kopi yang enak akan meninggalkan citarasa di lidah. Rasanya tidak hanya pahit, ada rasa sedikit asam, sedikit manis dan sedikit sepat. Kopi robusta terasa lebih pahit dan tidak masam. Sedangkan kopi arabika terasa lebih masam dan tidak terlalu pahit. Kopi arabika lebih enak diminum dalam kondisi hangat.
Pak Tedjo, pemilik kopi Rannin, menyugguhkan beberapa kopi dengan berbagai cara penyeduhan/penyajian. Saya mencoba menikmati kopi2 ini. Memang terasa bedanya. Setiap kopi memiliki citarasanya sendiri2.
Sampai dirumah saya coba menyeduh kopi yang biasa kami beli di warung. Beda banget rasanya. Terasa sekali ada bau tanahnya, ada bau tengiknya, dan pahit banget. Minum kopi warung tidak enak kalau tidak pakai gula. Aroma dan citarasa yang kurang tadi akan tertutup dengan rasa gula yang manis.
Terima kasih, Pak Yus. Sekarang kalau minum kopi saya akan coba untuk menikmatinya.

Pak Yusianto, ahli citarasa kopi Indonesia.
Like this:
Like Loading...