Tantangan memotret dalam kondisi low light

Fotografi asik dengan kamera saku

Tip dan trik memotret dengan kamera saku.

Fotografi sering diibaratkan melukis dengan cahaya. Cahaya sebagai media, seperti halnya cat minyak, atau cat air. Nah, kalau cahayanya kurang, ibarat pelukit kehabisan cat. Seperti dalam kondisi pencahayaan yang ‘low light’, fotografer harus bisa ‘melukis’ dengan cahaya seadanya. Inilah tantangannya.

Kondisi ‘low light’ bisa dibuat, seperti di ruangan yang gelap dengan hanya diterangi lilin atau lampu kecil. Kadang-kadang fotografer menemukan objek foto yang memang berada di tempat yang low light. Saya lebih banyak berada dalam kondisi yang kedua. Sangat jarang saya sengaja memotret di tempat yang gelap. Memang ada beberapa foto seperti itu, ketika saya sedang belajar memotret low light. Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu, ketika jamannnya masih pakai film selluloid. Saya pingin banget memotret lilin. Habis satu rol film, hanya satu foto yang jadi. Bisa dibayangkan kan, jaman dulu memotret pakai film. Apes deh……

Cahaya Lilin

Cahaya Lilin

Pengalaman itu membuat saya jadi agak malas menciptakan kondisi low light untuk memotret. Selain itu foto-foto seperti itu terkesan ‘klise’. Kalau saya tidak menemuka ide yang cukup menarik, saya malas memotret seperti itu.


Bara Api

Bara Api

Namun, seringkali saya menemukan objek yang menarik untuk difoto dalam kondisi ‘low light’. Kondisi ini tidak selalu di dalam ruangan. Bisa di mana saja. Terutama di malam hari. Bisa di taman, di apartemen, di danau, di hutan, di kota atau di mana saja. Kondisi pencahayaannya sangat kurang, meskipun ada lampu-lampu penerang. Kalau saya foto dengan menggunakan lampu flash hasilnya kurang memuaskan (saya sangat jarang sekali menggunakan lampu flash). Saya jadi merasa tertantang untuk memotret objek-objek ini.

Misalnya saja foto lorong sebuah apartemen ini. Lorong yang panjang dengan cahaya remang-remang menciptakan suasana mistis. Kebetulan saya hanya membawa kamera saku Kodak saja. Jadi saya abadikan suasana mistis ini dengan kamera mungil ini. Saya pasang iso yang tinggi (1000), lampu flash saya matikan, dan saya berusaha untuk tidak bergerak pada saat memotret. Hasilnya, cukup memuaskan saya.

Lorong

Lorong

Pemakaian ISO yang tinggi juga meningkatkan ‘noise’ pada foto. Kadang-kadang ‘noise’ ini bisa menambah kesan ‘artistik’ sebuah foto. Namun, kadang-kadang juga mengganggu. Foto berikut ini juga saya foto ketika dalam kondisi low light. Istri & saudara ipar saya sedang berada di dapur nenek di desa. Dari tempat saya berdiri, pemandangan ini ‘fotogenik’, jadi saya buru-buru mengambil foto mereka. Saya hanya menggunakan kamera saku Kodak biasa. Saya pasang iso tertinggi (1600). Hasilnya adalah foto yang sangat ‘noise’, tapi saya suka dengan hasilnya.

Di depan tungku kayu

Di depan tungku kayu

Ketika memotret dalam kondisi low light, setting pertama yang saya atur adalah f-stop. Saya coba pada f-stop terendah yang ada di lensa. Lensa tercepat yang saya punya memiliki f-stop 1.8. Lensa yang lain f-stopnya di atas 2. Setelah itu baru saya coba untuk mengatur ISO-nya. Tergantung kondisi, saya selalu memilih ISO terendah yang paling memungkinkan. Misalnya, untuk percobaan awal saya pilih di ISO 400. Shutter speed saya buat auto. Kalau shutter-nya masih terlalu lambat untuk dipegang tangan, saya naikkan pelan-pelan. Saya jarang menggunakan ISO 3200, lebih suka bermain di sekitar ISO 1000.

Sendiri

Sendiri

Vasakronan pa natten

Vasakronan pa natten

Menunggumu

Menunggumu

Saya belajar untuk bisa memotret dengan tangan (hand held) tanpa bergerak hingga kecepatan rana yang cukup rendah. Misalnya sampai 1/8 sec. Jadi jika dengan kombinasi f-stop dan ISO tinggi ‘exposure’ yang tepat bisa saya dapatkan dengan shutter speed di atas 1/8, saya masih bisa menggunakan tangan tanpa bantuan tripod. Caranya adalah dengan menekankan kedua siku di dada se-stabil mungkin. Kemudian pada saat memotret tahan napas. Untuk mengurangi goyangan pada saat memencet tombol, kadang-kadang saya gunakan timer 2 detik. Jadi pada saat memotret tahan napas dan tidak bergerak selama 2 detik.

Playing ground at night

Playing ground at night

Lelaki di bawah lampu

Lelaki di bawah lampu

Dalam kondisi tertentu memerlukan shutter-speed yang sangat lambat, bahkan di atas 1 menit. Seperti ketika saya memoter Svartemosse di malam hari. Malam-malam sekitar jam 11 malam saya keluar rumah pingin mengabadikan danau hitam di malam hari. Saya bawa lensa tercepat dan tripod. Malam ini cukup gelap, di tempat saya berdiri saya tidak bisa melihat tangan saya sendiri karena gelapnya. Di sisi danau yang lain ada tempat parkir yang ada lampunya. Tepat ini dikelilingi oleh pepohonan yang cukup rimbun. Di mata saya, suasana ini terlihat artistik sekali. Setelah mencoba beberapa kombinasi, saya dapatkan foto ini.

Night at Svartemosse

Night at Svartemosse

Foto di bawah ini cukup spesial bagi saya, karena saya foto sekitar jam 12 malam di Svartemosse ketika puncak musim panas. Langit Svartemosse tidak benar-benar gelap di tengah malam itu. Masih ada semburat cahaya di ufuk.

Midnight summer at Svartemosse

Midnight summer at Svartemosse

Midnight Summber at Svartemosse

Midnight Summber at Svartemosse

Memotret dalam kondisi low light selalu memberi tantangan tersendiri bagi saya. Saya masih terus belajar agar bisa mendapatkan foto yang enak dipandang mata.

*****
Jika Anda tertarik dengan foto-foto Low Light saya, silahkan kunjungi link berikut ini:

Malam di Godvadersgatan dan Svartemosse
Pa Natten
Isroi’s Photography
500px.com/isroi2003

****
Lihat juga karya foto low light teman-teman Kampretos di:
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/10/27/weekly-photography-challenge-26-in-a-darkened-room-498729.html

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s