Ding-dong……!!!!
Suara bel dipencet seseorang. Hari ini hari sabtu, saya sedang santai di rumah dan tidak sedang menunggu tamu. Aneh. Siapa yang memencet bel , tanya saya dalam hati.
Ding-dong….!!!!
Bel dipencet lagi.
Dengan sedikit malas saya menuju ruang depan. Saya intip dari balik gorden jendela. Seseorang sedang menunggu di depan pintu pagar, pakai motor dan seragam biru. Saya menuju pintu dan segera menemuinya tanpa membuka pintu pagar.
“Ada apa, Mas?”
“Saya dari TIKIL, Titipan Kilat, Ada paket untuk Bapak.”
Anak muda itu menyerahkan kotak kecil yang dibungkus plastik. Lalu dia meminta saya menandatangani kolom penerima.
Kiriman dari siapa ya? Saya sedikit penasaran. Di halaman depan memang tertulis kepadanya untuk saya. Di balik bungkusnya hanya tertulis kode angka dan huruf. Entah dari siapa.
Paket itu hanya seukuran kotak mungkus rokok, tapi lebih tebal sedikit. Lalu saya buka kertas pembungkusnya. Di dalamnya ada kemasan kotak berwarna biru tua metalik. Di bagian depan kotak itu ada logo buah mangga yang sedang di makan ulat. Logo perusahaan gadget paling top saat ini.
Saya coba ingat-ingat apa yang pernah saya lakukan beberapa waktu yang lalu. Saya pakai kartu Telkomsel dan Telkomsel sedang gencar-gencarnya menyebar undian berhadiah. Mungkin saya pernah ikut lotre atau ikut quiz berhadiah itu. Seingat saya tidak. Lalu kenapa saya mendapatkan paket ini? Atau mungkin paketnya salah kirim? Banyak pertanyaan muncul di kepala. Entahlah.
Nama dan alamat penerimanya benar saya. Jadi mungkin memang benar paket ini untuk saya. Apa salahnya dapat rejeki nomplok.
Saya buka pelindung plastiknya dengan ujung kuku. Desain kotak ini unik. Beda dengan kotak kemasan produk lain. Seperti tidak ada jepitan atau lem penguncinya. Perlu waktu cukup lama bagi saya untuk menemukan pembukanya. Ternyata untuk membuka kotak ini ada tombol kecil di sisi kanan kotak. Tombolnya hampir-hampir tidak dikenali, semua rata seperti bukan tombol. Saya baru meyadarinya setelah terlihat ada seperti celah berbentuk kotak.
Saya pencet tombol itu. Whoola…. tiba-tiba bagian atas dan sisi kotak terbuka sedikit. Lalu ketika saya tarik, semua sisi kotak terbuka seperti bunga yang sedang merekah. Menajubkan. Desain kotak yang unik.
Keheranan saya tidak berhenti di situ. Di bagian tengah kotak ada tabung kecil berwarna putih. Panjangnya sekitar 5 cm dan diameternya kurang dari 5 mm. Tabung itu diletakkan di tempat plastik berwarna merah metalik. Tidak ada barang lain. Di bawah kotak itu ada buku-buku kecil. Buku panduan; instruction manual. Tidak ada barang lain: tidak ada baterai, tidak ada kabel, tidak ada cassing. Hanya tabung kecil itu saja.
Saya belum yakin ini sebuah gadget.
Saya buka buku manual itu. Saya cari buku yang berbahasa Indonesia, sayangnya tidak ada. Bahasa lain yang agak saya mengerti adalah bahasa Inggris. Saya baca manual ini saja.
Buku manual itu cukup sederhana dan banyak gambarnya. Jadi mudah diikuti tanpa perlu tahu bener bahasanya. Saya ikuti saja petunjuk gambar-gambarnya.
Di salah satu sisi ujung tabung ada lubang berbentuk memanjang seukuran kartu SIM. Oke. Saya ikuti petunjuknya. Kartu SIM AS dari Telkomsel saya masukkan ke dalam lubang itu.
Saya kebingunggan kok tidak ada baterai dan kabel2, apalagi charger. Bagaimana gadget ini bisa hidup. Lebih aneh lagi tidak terlihat ada tombol dan layarnya. Bagaimana cara memakainya?
Saya buka lagi buku manualnya.
Petunjuk berikutnya adalah membuka layar. Di tabung itu ada sedikit tonjolan di kedua ujungnya. Tombol ini ditarik. Layarnya setipis kertas, transparan, tapi kuat dan permukaannya mengkilat. Ketika ditarik lurus, layarnya akan tegak lurus. Sampai langkah ini layarnya masih kosong.
Buka lagi buku manual.
Di buku manual tertulis kalau gadget ini memanfaatkan energi dari panas tubuh manusia, cahaya, dan gerakan. Jadi kalau gadget kena tubuh manusia, maka panas dari kulit manusia akan diubah menjadi energi listrik. Begitu juga jika terkena sinar matahari, gadget akan merubah energi sinar menjadi energi listrik. Sumber energi berikutnya adalah energi gerak. Jika tabung itu digerakkan, gadget akan merubah energi gerak menjadi energi listrik. Energi yang dibutuhkan untuk menghidupkan gadget sangat kecil. Energi yang dikumpulkan dari panas tubuh, sinar, dan gerak sudah mencukupi. Pantas saja tidak ada kabel dan charger.
Untuk menghidupkan gadget, langkah pertama adalah mengisi energi. Salah satunya adalah dengan menjemur atau mengerak-gerakkan gadget. Ketika energinya cukup. Di sisi tabung akan muncul cahaya merah kecil. Jika energinya banyak, sinarnya berubah menjadi hijau. Tidak ada tombol on-off. Gadget akan menyala sendiri ketika energinya cukup. Hebat.
Waktu booting cukup cepat. Layarnya terlihat cukup terang dan tajam. Ada tampilan ikon yang sudah saya kenal: telepon, pesan, internet, kamera. Ada juga beberapa ikon yang masih asing.
Buka lagi buku manual. Cara menelpon. Gadget ini bisa diperintah dengan suara untuk melakukan panggilan. Untuk menelpon tinggal bilang “Call!”.
“Call!” perintah saya.
Gadget itu merespon singkat; “Who or enter number.”
Suaranya perempuan, merdu dan jelas.
Meski tidak pinter bahasa Inggris tapi saya tahu maksudnya.
Saya lanjutkan pakai bahasa Indonesia; “Tiga Nol Tiga Nol.”
Di layar muncul angka 3030. Hebat, bisa ngerti bahasa Indonesia. Saya diam beberapa detik. Gadget itu melakukan panggilan. Saya segera matikan. Saya tidak menelpon siapa-siapa. Nomor itu entah nomor siapa.
Saya buka lagi buku manualnya.
Ternyata gadget ini bisa ditekuk dan dibuat seperti gelang. Ujung layarnya bisa diselipkan ke sisi lain tabung. Saya coba tekuk layarnya. Luar biasa. Layarnya bisa digulung tanpa rusak. Saya coba pakai gelang gadget itu. Keren. Sekarang ada tampilan jam digital dan tanggal saat ini.
Dalam posisi ini untuk melakukan panggilan bisa dilakukan dengan cara unik. Posisi tangan seperti isyarat untuk menelpon; jempol di dekat telingga dan jari kelingking di dekat mulut. Saya coba. Ternyata bisa. Suaranya juga jernih.
Saya masih penasaran bagaimana caranya memainkan multimedia, seperti melihat film atau mendengarkan musik/audio secara on-line. Saya pakai paket internet Telkomsel yang kualitasnya lumayan untuk melihat video on-line. Buka-buka lagi buku manual.
Ternyata cukup mudah, tinggal bilang: “Music!” Gadget menampilkan daftar file audio yang ada. Saya pilih salah satu. Di layar terlihat jika file audio sedang dimainkan. Sayangnya saya tidak mendengar apa-apa. Ada suara tapi pelan. Pasti ada yang salah nih, pikir saya.
Buka-buka lagi buku manual. Rupanya speaker belum diaktifkan. Penutup salah satu ujung tabung di tarik sedikit. Hanya keluar sekitar 1 mm. Suara mulai ada, terdengar jernih dan lumayan keras.
Masih ada cara lain untuk mendengarkan audio. Tutup tabung yang tadi saya lepaskan. Tutup itu terikat dengan benang kecil. Tutup ini ditempelkan ke kulit di dekat nadi tangan. Saya tempelkan sesuai instruksi. Bener. Saya jadi mendengar suara audio itu. Cara ini bisa juga digunakan untuk menelpon.
Buka-buka lagi buku manual. Gadget ini gadget hebat. Gadget ini bisa digunakan untuk macam-macam. Bisa disinkronisasi dengan alat-alat elektronik yang ada di rumah sehingga bisa menjadi remote control. Semua bisa dikontrol. Termasuk saklar lampu pun bisa dihidupkan dengan gadget ini.
Saya coba singkronisasi sesuai instruksi. Kebetulan di rumah ada home theater, jadi bisa jadi ajang ujicoba. Saya suka sport, khususnya naik sepeda. Saya ingin coba multimedia sport. Lampu ruangan saya gelapkan. Lalu saya pilih sport>bike>cross country.
Gadget langsung terhubung dengan home theather. Suasana tiba-tiba berubah menjadi seperti di hutan. Saya naik sepeda gunung yang ringan dengan 10 speed di gir belakang dan 1 speed di gir depan. Sepeda fullsus. Mantap.
Saya naiki sepeda itu dan mencoba trak di depannya. Saya ikuti jalan setapak yang menuruni bukit. Tanpa saya sadari jalannya berubah menjadi berbatu-batu terjal. Saya coba jaga keseimbangan dan terus mengayuh. Keringat mulai keluar. Kaos saya basah kuyup oleh keringat.
Di turunan yang terjal saya kehilangan keseimbangan. Roda depan tergelincir dan saya terjauh. Brrukkk…..!!!!
Aduh…..saya meringis kesakitan. Lutut saya yang kena batu-batu. Berdarah. Saya pegangi lutut saya kuat-kuat untuk mengurangi rasa sakitnya. Mata terpejam dan mulut meringgis. Kepala saya terasa sakit dan berkunang-kunang. Saya meringkuk dan mengulingkan badan mencari posisi. Tanah berbatu itu terasa lebih dingin dan datar.
Saya buka mata pelan-pelan. Cahaya terlihat remang-remang. Di atas plafon triplek terlihat lampu lima watt menggantung. Di sebelah lampu ada cicak yang sedang mengintai mangsanya. Mata saya menjelajah di sekeliling plafon dan kamar. Di sudut ada bekas hitam selebar piring dan berjamur. Aku kenal bekas bocor ini. Dinding kamar dari papan. Ada kalender dari toko bangunan pinggir jalan. Ada poster pemandangan alam. Ini kamarku.
Aku mencoba bangkit sambil menahan sakit di lutut. Aku duduk di pinggir ranjang. Lututku benar-benar bengkak. Aku menengok ke lengan kiri tanganku, ke jam tangan G-Force yang aku beli di kali lima dekat stasion. Jam dua, 25 menit.
Semprul…..!!!!
Aku rebahkan badan di dipan papanku dan berharap agar mimpi indah itu berlanjut lagi.