Masih tentang perbatuan, oleh-oleh dari mudik tahun 2015 (1436H) ini.
Pulang mudik ke kampung halaman. Saya agak telat mudik ke Magelang, kampung kelahiran saya sendiri. Sampai di rumah, ternyata saudara saya dan teman-temannya juga penghobi batu, bahkan dia merubah mesin parut istrinya menjadi mesin gosok batu. Karena juga punya ‘profesi sampingan’ jadi tukang gosok batu akik, ada banyak koleksi batu sisa-sisa dari orang yang mengosok batu. Saya ‘barter’ dengan batu-batu akik yang saya miliki. Salah satu batu hasil barter tersebut adalah batu Brajad Api.
Batu akik Brajad api yang saya terima kondisinya kurang bagus, belum digosok licin dan masih belum sempurna bentuknya. Tidak mengapa, batu basi bisa digosok lagi sampia licin.

Batu Brajad Api, kalau disinari baik dari depan atau belakang akan membiasakan cahaya yang berwarna kuning kemerahan seperti lindah api.
Batu ini unik, karena saya balum memilikinya. Ada teman saya yang memamerkan batu ini ke saya ketika bulan puasa kemarin. Dia mendapatkannya dari Kalimantan.
Batu ini berwarna putih susu jernih dan tembus. Di dalamnya ada gelembung-gelembung kecil, mirip batu ‘ruang angkasanya’ si Abim. Uniknya, kalau kena sinar batu ini akan membiaskan warna kuning kemerahan seperti lidah api. Karena itu batu ini diberi naman Brajad Api.
Alhamdulillah, nambah satu lagi koleksi batu yang saya peroleh dengan cara ‘barter’. Kapan-kapan kalau ada rizqi pingin menganti ’embannya’ dengan ’emban’ yang lebi cocok untuk batu ini.
Pingback: Lambrador Papua | Berbagi Tak Pernah Rugi