Kabut Tebal

“Itu bulan”, katamu
“Bukan, itu matahari”, sahutku
“Itu bulan…!!!”, katamu ngeyel
“Bukan, itu matahari.
Bulan sudah dimakan Betara Kala kemarin”, sahutku
“Itu bulan…!!!!”, katamu dengan suara tinggi
“Itu matahari, cuma karena sekarang banyak kabut jadi seperti bulan”, jelasku
“Itu bulan…..!!!!!!”, teriakmu

Matamu yang bening terpaku menatapnya
Tak berkedip
Dan kau tetap pada pendirianmu
Bahwa itu bulan
“Matahari tak pernah keluar malam, kan ?” gumanmu

Kabut makin tebal
Kita sama-sama ragu, apakah itu bulan atau matahari,
Karena tak lagi jelas perbedaan
Siang atau malam

[Pringamba, Purwokerto, 21-9-97]

4 responses to “Kabut Tebal

  1. ..bagus mas puisi ini, sederhana, tapi asyik…terus berkarya ya.. 🙂

  2. jebule agi dadi pasulayan neng kene, mulane esuk kiye ora nana srengenge katon neng desane iyong..

    betul, sederhana, gampang dituntaskan, dan asik..

    salam berbagi..

  3. Matur nuwun ya…wis mampir…

Leave a comment