The King of Mask, film yang sangat menarik.

Film dari negeri tirai bambu ini menceritakan tentang kondisi sosial budaya orang Tiongkok jaman dulu. Film ini menceritakan tentang seorang kakek tua yang berprofesi sebagai penari aktraksi topeng. Dia memiliki keahlian berganti topeng secara cepat. Cepat sekali. jadi seperti sulapan saja. Namun, sayangnya sang kakek tidak memiliki anak. Dia pingin punya anak laki-laki yang kelak akan menggantikannya sebagai Master Topeng.

Di Tiongkok anak laki-laki lebih dihargai daripada anak perempuan. Kadang-kadang anak perempuan akan ditelantarkan, dibuang, dijual, atau bahkan dibunuh….hiiii…mengerikan.

Nah, suatu ketika sang kakek datang ke pasar yang menjual anak. Dia tertarik dengan seorang anak laki-laki yang tampan. Akhirnya, sang kakek membelinya dan membawanya pulang. Tempat tinggal kakek ini adalah sebuah sampan kecil. Di dalam sampan ini sang kakek melakukan aktivitas kesehariannya, makan, tidur, masak, dan menyimpan perlengkapan pertunjukannya.

Mulailah kehidupan baru sang kakek dengan anak angkatnya ini. Hidupnya berubah menjadi lebih berwarna. Sang kakek tampah bahagia.

Namun, anak yang sedikit aneh dari kelakuan sang anak. Anak angkat itu selalu kencing sembunyi-sembunyi dan kalau kencing selalu jongkok. Gaya kecing anak perempuan. Ternyata memang, sang anak itu bukan anak laki-laki, tetapi anak perempuan yang berpakaian dan meyamar sebagai anak laki-laki agar laku dijual.

Sang anak bisa menyembunyikan rahasianya itu sampai beberapa lama. Hingga akhirnya sang kakek tahu, bahwa anak itu adalah anak perempuan. Dia sangat kecewa dan marah. Anak itu ditinggalkannya sendiri di tepi sungai. Sang kakek pergi kembali ke desanya dengan hati hancur.

Anak itu akhirnya menjadi anak gelandangan. Mencari makan dari sisa-sisa makanan orang dan kadang-kadang mencuri untuk mengisi perutnya. Sedih sekali.

Daripada baca tulisan saya, mendingan lihat sendiri saja filmnya. Dijamin menguras air mata. Banyak pesan sosial dan moral dari film ini. Saya merekomendasikan Anda untuk menyaksikannya, karena film ini belum pernah diputar di televisi di Indonesia.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s