Semua berawal karena rasa kebosanan, kejengkelan dan ketidakpuasan saya (dan keluarga) dengan acara-acara televisi. Perasaan siaran-siaran televisi isinya sampah semua. Sinetron-sinetron yang tidak bermutu, musik-musik yang sangat mengganggu, dan berita-berita tendensius penuh propaganda, maupun acara-acara debat yang memuakkan. Terus terang saja. Belum lagi dengan banyaknya iklan-iklan yang tidak kalah menjengkelkannya.
Kami jadi sangat jarang-jarang sekali melihat acara televisi. Kami merasa dijajah oleh pemilik media televisi. Sebagai pemirsa, kita tidak bisa bebas memilih acara/tayangan apa yang ingin kita tonton. Kebebasan kita terbatas, acara televisi diatur oleh produsernya. Misalnya saja, kalau di malah hari sangat sulit sekali bisa menonton acara masak-memasak, karena acara itu umumnya ditayangkan pagi atau siang hari.
Sebagai pelampiasannya, kita beralih ke media on-line. Terus terang, kami lebih banyak melihat tayangan-tayangan video di YouTube.com. Sebagai penonton kita diberi kebebasan untuk memilih video mana yang ingin kita lihat. YouTube.com dan Google raksasa jagad maya yang luar biasa. Hampir semua ada di YouTube.com atau di Google. Bahkan teman Swedia saya berseloroh, “Kalau di YouTube.com tidak ada, berarti tidak ada di dunia nyata.” Ada benarnya juga, kata saya dalam hati.
Mau belajar memasak ada, mau belajar bahasa inggris ada, mau belajar mengaji ada, mau mendengarkan kajian Ust. Abdul Somad, Lc.MA juga ada. Memang akhir-akhir ini saya sering mendengarkan kajian Ust. Abdul Somad di FB maupuan di YouTube.com. Kami melihat video YouTube.com di smartphone atau di iPad. Ukurannya kecil, bisa nonton sambil tiduran atau bisa disambi mengerjakan yang lain.
Tanpa kami sadari, kami mulai beralih ke media on-line seperti YouTube.com atau media lain yang lebih memberikan kebebasan pada kita sebagai penonton untuk memilih tayangan yang kita inginkan. Selain itu, di jagad maya tersedia ribuan video yang diupload oleh ribuan, mungkin jutaan orang. Sebagian besar free alias gratis tis…..
Ini yang tidak dimilili oleh station-stasion televisi saat ini, yaitu kebebasan memilih. Dalam jangka panjang, dugaan saya orang-orang akan beralih ke media on-line dan meninggalkan televisi konvensional. Saya memperkirakan dalam beberapa tahun ke depan televisi akan digilas oleh media on-line. Yakin sekali.
Setelah itu saya mulai berfikir, apakah sudah ada atau kita bisa melihat YouTube di dengan menggunakan layar televisi. Setahun atau dua tahun yang lalu, saya pernah mau membeli Apple TV, tapi karena harganya yang cukup mahal dan koneksi internet masih buruk waktu itu, saya membatalkan rencana untuk membelinya.
Waktu terus berlalu, koneksi internet semakin cepat. Apalagi di perumahan kami sudah masuk fiber optik oleh dua perusahaan telekomunikasi terkemuka. Internet jadi semakin lancar jaya. Saya juga sempat melihat di sebuah Mall besar sudah ada televisi yang bisa menonton youTube langsung secara on-line. Setelah saya perhatikan televisi ini menggunakan sistem operasi android. Menarik sekali, tapi harga televisinya muahal dan hanya televisi berlayar gede saja.
Continue reading