Tag Archives: China

Ulat Hongkong, ulat pemakan sampah plastik styrofoam

Ulat hongkong yang bisa memakan sampah plastik styrofoam

Ulat hongkong (Tenebrio molitor) yang bisa memakan sampah plastik styrofoam

Ulat ini sangat dikenal oleh para pencinta burung, karena ulat ini biasanya digunakan sebagai pakan burung. Nama dagangnya adalah ‘Ulat Hongkong’. Siapa sangka ternyata ulat ini bisa menjadi solusi bagi masalah sampah plastik styrofoam.

Dua jurnal ilmiah yang diterbitkan baru-baru ini mengungkapkan kehebatan ulat kecil ini dalam memakan sampah plastik styrofoam. Silahkan dilihat di link berikut ini:

  1. Biodegradation and Mineralization of Polystyrene by Plastic-Eating Mealworms: Part 1. Chemical and Physical Characterization and Isotopic Tests
  2. Biodegradation and Mineralization of Polystyrene by Plastic-Eating Mealworms: Part 2. Role of Gut Microorganisms

Penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari China itu membuktikan bahwa ulat hongkong yang mempunyai nama ilmiah Tenebrio molitor memakan sampah plastik styrofoam. Mikroba-mikroba yang ada di dalam usus ulat ini mampu memecah styrofoam menjadi karbon dioksida (CO2). Hebat sekali. Selama ini sampah plastik dikenal sebagai sampah yang tidak bisa didegradasi.

Penemuan ini membuka peluang untuk menangani masalah sampah plastik, khususunya sampah plastik styrofoam. Apalagi ulat hongkong sangat mudah diternakkan.

ulat hongkong tenebrio molitor sampah plastik styrofoam

Ulat hongkong pemakan sampah plastik styrofoam

Penggunaan Pupuk Organik Bisa Menghasilkan Produktivitas Jahe yang Tinggi, Asal…….

produksi jahe gajah 88 ton/ha

Penelitian intensif tentang jahe di China bisa menghasilkan produksi hingga 88 ton/ha

Sebuah penelitian di China oleh Dong et al. (2009) dari Horticulture Science and Engineering,Shandong Agricultural University menemukan bahwa penggunaan kompos dari jerami jagung (corn straw) ternyata dapat menghasilkan produktivitas jahe yang tinggi, 82,5 ton/ha. Berbagai macam kompos bisa digunakan, termasuk kompos dari kotoran ternak atau pupuk kandang, dan kompos daun-daunan. Faktor terpenting dari kompos yang menentukan produktivitas tanaman jahe adalah ketersediaan NPK-nya.

Hara utama tanaman jahe adalan N (Nitrogen), P (fosfat) dan K (kalium). Umumnya ketersediaan NPK di tanah adalah sangat rendah, hanya beberapa mg per kg tanah. Sebagian besar hara mineral yang terdapat di dalam kompos juga terikan secara organik, sehingga tidak mudah tersedia bagi tanaman. Agar aplikasi kompos bisa menghasilkan produktivitas yang tinggi, menurut Dong et al (2009) yang paling penting adalah ketersediaan NPK-nya ini. Ketersediaan NPK yang bagus menurut Dong et al (2009) adalah 2588 dan 1468 mg/kg. Ketersediaan ini lebih dari seribu kali tanah biasa.
Continue reading

The King of Mask, film yang sangat menarik.

Film dari negeri tirai bambu ini menceritakan tentang kondisi sosial budaya orang Tiongkok jaman dulu. Film ini menceritakan tentang seorang kakek tua yang berprofesi sebagai penari aktraksi topeng. Dia memiliki keahlian berganti topeng secara cepat. Cepat sekali. jadi seperti sulapan saja. Namun, sayangnya sang kakek tidak memiliki anak. Dia pingin punya anak laki-laki yang kelak akan menggantikannya sebagai Master Topeng.

Di Tiongkok anak laki-laki lebih dihargai daripada anak perempuan. Kadang-kadang anak perempuan akan ditelantarkan, dibuang, dijual, atau bahkan dibunuh….hiiii…mengerikan.

Nah, suatu ketika sang kakek datang ke pasar yang menjual anak. Dia tertarik dengan seorang anak laki-laki yang tampan. Akhirnya, sang kakek membelinya dan membawanya pulang. Tempat tinggal kakek ini adalah sebuah sampan kecil. Di dalam sampan ini sang kakek melakukan aktivitas kesehariannya, makan, tidur, masak, dan menyimpan perlengkapan pertunjukannya.

Mulailah kehidupan baru sang kakek dengan anak angkatnya ini. Hidupnya berubah menjadi lebih berwarna. Sang kakek tampah bahagia.

Namun, anak yang sedikit aneh dari kelakuan sang anak. Anak angkat itu selalu kencing sembunyi-sembunyi dan kalau kencing selalu jongkok. Gaya kecing anak perempuan. Ternyata memang, sang anak itu bukan anak laki-laki, tetapi anak perempuan yang berpakaian dan meyamar sebagai anak laki-laki agar laku dijual.

Sang anak bisa menyembunyikan rahasianya itu sampai beberapa lama. Hingga akhirnya sang kakek tahu, bahwa anak itu adalah anak perempuan. Dia sangat kecewa dan marah. Anak itu ditinggalkannya sendiri di tepi sungai. Sang kakek pergi kembali ke desanya dengan hati hancur.

Anak itu akhirnya menjadi anak gelandangan. Mencari makan dari sisa-sisa makanan orang dan kadang-kadang mencuri untuk mengisi perutnya. Sedih sekali.

Daripada baca tulisan saya, mendingan lihat sendiri saja filmnya. Dijamin menguras air mata. Banyak pesan sosial dan moral dari film ini. Saya merekomendasikan Anda untuk menyaksikannya, karena film ini belum pernah diputar di televisi di Indonesia.