Pengalaman konyol: Salah naik bis

Bis umum di kota Gothenburg Swedia

Maklum orang udik. Biasanya naik bis omprengan. Naik berebutan, dan tidak ada nomor kursi. Nunggu bus di pinggir jalan adalah hal biasa.

Ini pertama kalinya saya ke luar negeri. Agak gagab dan kelihatan bloonnya. Saya mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian di kota Göteborg (baca Yotebori), kota terbesar kedua di Swedia. Di sini angkutan umum sudah maju. Bisnya besar2 dan bersih. Bisnya ada wifinya. Pesan tiket bis bisa dilakukan via online dan waktu naik bis tinggal menunjukkkan kode bookingnya saja.

Suatu hari saya janjian saya Prof. Mohammad yang mengajar di Borås University, di kota Borås. Jaraknya sekitar 60 km dari Gtb. Biasanya kalau ke Borås saya numpang Prof. Mohammad, kebetulan beliau tinggal di Gtb. Ngirit ongkos. Tapi kali ini saya ada pekerjaan lab, dan saya janjian dengan beliau pukul 1 siang setelah makan siang. Atas saran temen2 saya naik bis Bus4U. Tiketnya beli on line.

Setelah menyelesaikan pekerjaan lab, saya segera ke stasion. Bis Bus4U ada di gate 32 dan berangkat pukul 11.15. Pukul 10.30 saya sudah ada di stasion. Saya segera cari gate 32. Di atas gate tertulia jurusannya “Stockholm”. Bis yang akan saya tumpangi memang jurusannya ke Stockholm, tapi saya turun di centrum, stasion Borås.

Pukul 10.50 terlihat ada bis yang mendekati gate dan pintu gate terbuka. Di bagian atas kaca depan bis tertulis Stockholm, di sisi bis tertulis besar sekali Bus4U. Mungkin ini bis yang akan saya naiki, pikir saya. Sopir bis kemudian membuka pintu, penumpang2 segera naik ke bis. Mereka menunjukkan tiket dan sopir menscan barcode yang ada di tiket itu. Ada juga yang menunjukkan sms berisi nomor kode booking. Saya menunjukkan catatan booking online saya. Sopir pun menyusuh saya naik.

Bismillah, saya pun naik ke bis dan mencari tempat duduk saya. Hanya sekitar 10 menit bis sudah siap diberangkatkan. Tidak ada kernet. Ketika bis mulai berjalan sopir berbicara via microphone. Pakai bahasa swedia. Isinya kira2 ucapan selamat datang dan perkenalan.

Gtb – Borås memerlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Saya biasanya mainin HP Motorola Droid kesayangan saya: nulis. Bis segera masuk tol dan saya mulai asik dengan HP saya. Saya duduk di kursi depan, jadi bisa melihat jalan depan dengan leluasa. Saya lihat pemandangan hutan di kiri kanan jalan tol. Di Swedia hutan dan pemukiman lebih luas hutannya.

Awalnya saya masih asik dengan keyboard HP. Sesekali saya melihat ke jalan. Saya lihat ke papan penunjuk jalan, tulisan paling bawah memang Stockholm, tetapi tulisan atasnya bukan Borås. Seingat saya kalau saya pergi ke Borås dengan Prof. Mohammad tulisan di papan petunjuk jalan ada kata-kata Borås. Apa bis ini lewat jalur lain ya? Saya mulai ragu2.

Bis terus melaju kira2 30an menit dan saya tetap tidak melihat tulisan Borås. Saya sedikit panik, jangan2 bis ini tidak ke Borås. Saya memberanikan diri bertanya ke sopir. Sebenarnya hal ini di larang, ada tulisannya.

“I will go to Borås. Do you go to there?” tanya saya.
“Nej” (no)
“What??? So…!.. tanya saya lagi seakan tidan percaya.
Sopir itu menjelaskan kalau bis ini tidak melalui Boras. Memang ada bis Bu4U yang ke Borås tapi bisnya berangkat pukul 11.15, klo bis ini berangkat pukul 11.00.
Astagfirrulllah…..kata saya dalam hati.
Sopir menyarankan saya turun di kota terdekat dan naik bis lagi kembali ke Gtb. Jaraknya kira2 40 menit perjalanan.
Tidak mungkin pikir saya, karena saya ada janji jam 1. Saya tahu kebiasaan orang swedia dan prof Mohammad, dia selalu on time.
Akhirnya saya minta diturunkan di tempat pemberhentian terdekat. Sopir menurunkan saya di tempat pengisian bahan bakar, semacam rest area kalau di Indonesia. Ada toko makanan kecil seperti Indomart atau Alfamart.

Jalanan di Swedia tidak seperti jalanan di Indonesia. Di sini tidak ada angkutan/bis yang berhenti di sembarang tempat. Bis selalu berhenti di halte. Saya coba mencari2 halte, tapi tidak ada satupun halte yang terlihat. Saya mulai sedikit panik. Lalu saya masuk ke toko. Dengan bahasa swedia ala kadarnya saya coba bertanya ke penjaga toko, di mana saya bisa naik bis ke Gtb. Dia bilang, tidak ada bis ke gtb yang lewat sini.
Blaik….saya tambah panik.
Saya mau tanya lagi, dengan cara apa saya bisa ke Gtb ke penjual itu. Sayang dia sibuk melayani pelanggan.

Saya semakin panik. Saya coba keluar. Sisi kiri kanan rest area ini hutan. Tidak terlihat ada bis yang melintas. Jalur jalan tol yang ke arah Gtb di seberang jalan. Tidak bisa melintas begitu saja. Tapi dari kejauhan saya melihat ada jembatan penyeberangan. Tapi jauh. Saya tidak tahu bagaimana caranya saya bisa ke sana.

Tiga puluh menit sudah saya di tempat itu dan belum mendapatkan cara untuk sampai ke Gtb. Terus terang, kali ini saya benar2 panik. Saya hanya bisa berdoa saja.

Ada mobil volvo masuk ke tempat itu. Mobilnya sedikit jelek. Sopirnya orang swedia yang sudah berumur. Di mobilnya ada penunpang lain, seorang anak, kulitnya hitam (bukan orang swedia). Mungkin dari afrika. Sopir itu masuk ke toko. Entah apa yang dia beli.
Ketika keluar toko saya cegat dia, saya bertanya padanya bagaimana saya bisa ke Gtb.

Dia menjawab singkat: “there is no bus go to Gtb”. Rupanya dia tidak begitu lancar bahasa inggris. Bicaranya campur2 antara bahasa swedia dan bahasa inggris. Kalau melihat pakaian dan perawakannya sepertinya dia petani.
Saya ceritakan kalau saya salah naik bis, dan saya ingin kembali ke Gtb.
Dia bilang kalau dia mau ke desa di dekat Gtb, kalau mau, saya boleh ikut dan naik mobilnya.
Awalnya saya sedikit ragu, apakah orang ini bener2 mau membantu?
Pandangannya tulus, saya pikir dia orang baik dan bukan orang jahat. Saya tidak punya alternatif yang lebih baik. Ini satu2nya cara saya bisa sampai ke Gtb lagi.
Akhirnya saya naik ke mobilnya. Rupanya si sopir orang yang ramah. Kami saling berkenalan. Saya lupa namanya, sayang. Kami ngobrol macam2 sepanjang perjalanan. Dia memang seorang petani. Dia punya lahan yang luas. Sebagian besar ditanami kayu. Sebagian kecil ditanami kentang. Dia juga punya beberapa binatang ternak. Perlu diketahui, lahan petani di swedia luas sampai beberapa puluh ha. Anak kecil berkulit hitam ini ternyata memang anak afrika. Dia mengambilnya sebagai anak asuh, sekaligus membantu kerja di hutan dan ladang.

Si sopir akan mengantar sesuatu ke saudaranya di pinggiran kota Gtb. Entah apa yang di bawa saya tidak tahu, dan saya juga tidak menanyakannya. Dia bilang kalau dia mau mengantar saya sampai central stationen Gtb, tapi setelah dia menyelesaikan urusannya. Saya setuju.

Dia benar2 mengantar saya sampai stasion. Saya senang sekali dan mengucapkan terima kasih berkali2.

Saya segera membeli tiket lagi ke Borås, tp kali ini bukan Bus4U. Saya naik bis nomor 100 yang jelas2 ke Borås. Meskipun terlambat saya sampai juga ke Borås. Saya pulang naik mobil Prof. Mohammad lagi sampai Gtb. Saya tidak cerita ke beliau kalau saya sempat salah naik bis. Memalukan.

Baca juga: Pengalaman Konyol

2 responses to “Pengalaman konyol: Salah naik bis

  1. wah aku gak tau cerita yang ini 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s