Setiap orang punya pengalaman yang memalukan, tapi mungkin tidak banyak yang punya pengalaman memalukan sekaligus menjijikkan. Berat dan malu sebenarnya saya ketika akan menuliskan cerita ini. Biarlah. Saya manusia normal dan biasa saja. Ada sisi-sisi kelam dalam hidup saya.
PERINGATAN KERAS:
KALAU ANDA SEDANG MAKAN ATAU MAU MAKAN. JANGAN TERUSKAN MEMBACA. KALAU ANDA JIJIK. JANGAN TERUSKAN MEMBACA.
1. SERANGAN “BOM ATOM”
Belakang rumah saya ada sungai irigasi. Kali Bening namanya. Persis di belakang rumah adalah DAM kali bening. Dulu kali ini jernih sekali. Ikan2 terlihat jelas. Batu-batu kerikil di dasar kali terlihat. Banyak tumbuh ganggang/tanaman air di kali bening.
Seperti halnya sungai2 lain di Indonesia. Kali adalah jamban raksasa. Hampir semua penduduk sepanjang kali kalau buang hajat di kali. Dan, dam adalah tempat favorit untuk ‘buang hajat’. Kami sering menyebutnya juga kali “Mekong” (meme bokong = menjemur pantat). Di beberapa tempat kali bening juga jadi tempat untuk mandi dan mencuci.
Ketika masih kecil, usia SD, saya dan teman2 biasa “mekong” di dam. Maklumlah anak kecil, di mana saja selalu bercanda. Bahkan, buang hajat saja sambil bercanda. Sampai keterlaluan bercandanya. Suatu hari ketika main dengan temen2, salah seorang temenku mengajak ‘buang hajat’ bareng di dam kali bening.
“Wetengku meles he … kepingin ng***ng,” katanya.
“Nang kali yuk…..,” ajaknya.
“Wegah ah….ora arep ng***ng aku,” jawabku dan temen yang lain.
“Alah….ayo lah….wis kebelet ki, ” rengeknya sambil menahan sakit perutnya.
Karena merengek terus dan demi solidaritas antar teman, akhirnya kami berempat pergi ke dam. Sampai di dam kami ambil posisi masing2. Dua orang jongkok menghadap barat dan dua orang menghadap timur. Kami “buang hajat” berhadap-hadapan di jembatan dam yang lebarnya cuma 1 meter.
Seperti biasa kami jongkok sambil bercanda2. Kami taruhan siapa yang keluar BABnya duluan. (Terlalu ng***ng aja taruhan). Rupanya temen saya yang mengajak tadi sudah beberapa hari tidak buang hajat. BABnya mungkin keras dan susah keluar. Saya dan teman2 yang memang tidak ada rencana buang hajat juga tidak keluar2 BABnya.
Kami ‘ngeden’ (mengejan) agar isi perut segera keluar. Tiba2:
“Breeettttt…..bessss…., ” keluar suara serak2 sember dari salah seorang temen. Vibrasinya jelas2 kurang lancar, tanda ada ‘benda’ yang menghambat jalannya udara.
Kami semua tertawa semua….
“Bom atom…bom atom…..” teriak temen2 sambil menutup hidung dan ketawa.
“Dudu….iki dudu bom atom. Bom atome durung metu,” kata temen yang baru saja buang angin.
Kami pun mengolok2 temen tadi. Wajahnya lucu dan mengemaskan ketika ‘ngeden’. Dia tidak terima diolok2 seperti itu. Lalu dia mengancam.
“Etheni wae bom atomku. Nek metu tak bom kowe,” ancamnya.
Kami pun ketawa-ketawa lagi. Kembali taruhan, kalau ada “bom” yang duluan keluar akan di-bom. Kami jadi balapan ‘ngeden’.
‘Eeeggggghhhhhh….’
Tiba-tiba temenku tadi meletakkan telapak tangannta di bawah d***rnya.
“Meh ngopo kowe…meng ngopo kowe,” teriak temen2 yang lain.
Temenku diam saja, bahkan semakin menngeraskan ‘edennanya’.
‘Hhhhgggghhh…”
Perlahan tapi pasti keluar benda coklat hitam dari d***rnya. Sepertinya keras jadi susah keluar. Aroma tidak sedap mulai merayapi hidung2 kami. Bisa dibayangkan bagaimana bau *A* yang sudah beberapa hari tidak keluar dari perut.
Kami pun mulai riuh dan berteriak2…
“He…heh….bomme metu..bomme metu,”
Temenku benar2 ‘kurang waras’, *A*nya bener2 ditangkap dengan tangannya. Benda yang lunak2 anget itu sudah ada di tangannya.
“Hhhhaaaaaa……..”, dia menyeringai penuh ancaman.
Kami pun serempak berdiri tanpa menaikkan celana kolor kami. Tanpa diberi aba-aba kami lari menuju sawah2 di samping dam. Kami lari sambil tertawa.
Rupanya temen saya tadi terus mengejar kami sambil membawa “bom atomnya”. Kami kejar2an di parit sawah tanpa pakai celana.
Sekian lama kami kejar-kejaran akhirnya temenku melempar “bom”nya. Dan salah seorang temenku beruntung kena lemparan bom itu.
“Haaaa…..hoek…..njelehi….” teriaknya setengah menangis.
“Bom Atom” itu tepat kena punggungnya dan melumer dengan sukses. Yang punya bom ketawa kepingkal2. Kami semua ketawa.
Dengan wajah cemberut mau nangis, temenku pergi ke pancuran air. Di bawah sawah2 itu ada mata air yang ada pancurannnya. Tempat ini biasa buat mandi orang2 kampung. Akhirnya temenku yang kena bom tadi melepas bajunya dan mandi di pancuran. Dia marah2 dan minta temen yang empunya bom untuk mencucikan bajunya.
Kami pun mandi dan mencuci baju ramai2, sambil terus bercanda dan ketawa. Kecuali temenku yang jadi korbam bom. Wajahnya tetap cemberut dan marah.
===TO BE CONTINUED===