Anak Pertama
Asad Muhyidin Ar Royan atau sering dipanggil Ar Royan atau Mas Royan adalah anak pertamaku. Lahir pada hari Sabtu, 17 Ramadhan 1422 H atau 3 Desember 2001. Lahir di Pati, kota kelahiran Istriku, di Rumah Sakit Umum Pati ya…. kira-kira tengah malam. Waktu Royan lahir aku tidak menungguinya, karena aku masih di Bogor. Sebenarnya waktu itu pagi-pagi istriku sudah menelepon kalau perutnya sudah mulai terasa mual, sakit dan sepertinya Royan akan segera keluar. Tapi waktu itu belum ada tanda-tanda “pembukaan” jadi mungkin masih beberapa hari lagi pikirku. Ternyata sore hari sudah tidak kuat dan rasanya akan segera lahir. Waktu itu aku belum punya HP (hand phone) jadi tidak bisa langsung menghubungi aku, tetapi lewat Bu Harry, pemilik rumah yang kami kontrak.
Waktu itu bulan Ramadhan dan aku mendapat jadwal untuk mengisi kultum dan mengimami sholat tarawih di An Nizariyah. Aku masih belum punya firasat apa-apa. Ketika aku pulang, kira-kira jam 09.00 malam, Bu Harry bilang ke aku kalau istriku sudah di rumah sakit dan rasanya akan segera melahirkan. Aku coba telepon ke Pati, tetapi tidak ada yang mengangkat telepon rumah. Aku mulai khawatir, mungkin memang sudah akan melahirkan. Kemudian dengan di antar salah seorang kawanku, Pak Qiqi (Al Murtaqi) aku segera pulang. Berhubung hari sudah sangat malam, maka aku putuskan untuk naik bis sambung menyambung lewat Bandung – Tasik – Semarang – Pati. Aku naik bis di Ciawi Bogor, dapat bis sudah malam sekali. Sampai di Bandung aku langsung mencari bis ke Tasikmalaya. Dapat bis, tapi berhubung sudah larut malam menjelang pagi, bis ngetem dulu nunggu penumpang.
Waktu terasa berjalan sangat lambat. Bis rasanya melaju dengan pelan,–ngak sampai-sampai–. Hatiku mulai gelisah, matahari sudah mulai terang dan aku belum tahu bagaimana kondisi istriku sekarang. Kira-kira tengah hari baru sampai di Semarang. Aku segera cari bisa yang ke arah Pati. Aku dapatkan bis kecil “tiga per empat”. Maklum,karena bisa kecil jadi sering berhenti. Perjalanan jadi semakin lama dan melelahkan.
Sore hari aku baru sampai di Pati. Aku langsung menuju ke rumah. Waktu di rumah ada Bapak Mertua. Dia menyambutku dengan wajah bersinar-sinar. Walaupun terasa sangat capek, tapi senyum mertuaku cukup membuatku lega. Beliau mengabarkan, kalau istriku sudah melahirkan semalam dengan selamat dan anakuku laki-laki.
Setelah mandi dan membersihkan badan, sarapan dan lain-lain. Aku segera ke rumah sakit. Rasanya seneng, sedih, gembira bercampur jadi satu. Aku gendong anakku, masih kecil-kecil sekali. Matanya masih belum terbuka. Aku ciumi anakku. Aku timang-timang: “Selamat datang Muhajid kecilku…..”
Waktu lahir berat badannya 2.8kg dan panjangnya sekitar 51 cm.
Royan sesaat setelah aqiqah. Lihat kepalanya yang gundul.
Memandikan Royan
Sebenarnya aku takut mengendong anak kecil, apalagi yang masih bayi. Rasanya dia masih “ringkih” sekali. Aku takut dan khawatir, bagaimana kalau terjatuh atau terkilir. Namun, anehnya waktu aku melihat bayiku, rasa takut itu hilang seketika. Aku gendong bayiku dengan penuh percaya diri. Tidak ada rasa takut atau khawatir.
Pertama, aku belajar dari suster yang merawat anakku. Aku perhatikan bagaimana suster itu memandikan anakku, menganti pakaian, dan menganti popoknya. Aku tanya juga bagaimana cara mengendong yang baik, apa yang harus diperhatikan. Pokoknya semua hal tentang perawatan bayi. sambil merawat anaku, suster itupun menjawab pertanyaan-pertanyaanku.
Kira-kira hanya dua hari, istri dan anakku nginap di rumah sakit. Selanjutnya boleh pulang. Hari pertama di rumah, waktu itu sore hari sudah saatnya royan dimandikan. Aku dengan penuh percaya diri akan memandikan bayiku, tapi ibu mertuaku melarangnya. Malah beliau yang ketakutan waktu aku mau memandikan bayiku. Segera ia menyuruh Mbak Utiek, kakak iparku yang waktu itu belum menikah, untuk menyemput bidan untuk memandikan Royan.
Aku siapkan peralatan mandi seperti yang diajarkan suster. Pertama aku siapkan bak mandirnya, aku isi dengan air hangat. Trus aku siapkan baju-bajunya. Baju itu ditata di atas kasur, sesuai urutannya: paling bawah bedong – baju luar – popok – gurita. Aku taburi juga dengan bedak. Aku siapkan juga handuk yang kering dan lembut, sabun mandi, shampoo, dan lain-lainnya.
Aku sudah siap-siap memandikan Royan. Tiba-tiba ketika aku sudah mengangkat Royan, bidan itu datang. Mertuaku meminta agar bidan saja yang memandikan Royan. Ya… terpaksa aku berikan bayiku pada bidan itu untuk dimandikan.
Esok harinya, pagi hari, aku nekad memandikan sendiri bayiku. Aku ngak peduli, walau mertuaku memperhatikan aku dengan rasa khawatir. Tapi akhirnya setelah aku sukses memandikan bayiku untuk pertama kalinya. Mertuaku mulai membiarkan aku memandikan bayiku sendiri.
Ada satu peristiwa menarik dan lucu. Waktu itu sudah saatnya mandi, Royan masih tertidur dengan pulas. Karena memang sudah waktunya, Royan tetap aku mandikan. Dia aku mandikan sambil masih tertidur. Royan tetap masih tidur waktu aku mandikan. Bahkan ketika sudah selesai mandi dia masih tetap tidur juga.
Mulai saat itu, aku selau memandikan bayi-bayiku sendiri. Para tetangga juga heran, kok ada bapak-bapak, masih muda lagi, mau memandikan bayinya sendiri.
Karakter dan Sifat Royan
Royan memiliki kulit sawo matang, seperti layakny orang jawa. Anak ini cenderung sekikit cuek, kritis, dan punya rasa ingin tahu yang besar. Royan juga cenderung pemberani.
Waktu masih kecil, waktu itu baru belajar merangkak dia, dia senang sekali memperhatikan hal-hal yang kecil. Waktu itu aku jualan komputer, jadi dirumah banyak sekali komputer. Ada juga komputer yang sedang aku perbaiki. Kalau aku sedang perbaiki komputer, Royan ikut nimbrung juga. Akhirnya aku sediakan komputer untuk dia “oprek-oprek” sendiri.
Royan juga senang mencoba hal-hal baru yang tidak lazim. Misalnya saja: kalau aku ajak dia ke masjid dia akan lewat jalan yang tidak sama dengan jalan yang aku lalui. Atau pulangnya dia akan lewat jalan yang lain lagi. Dia selalu bilang: “lewat sini juga bisa, Abi. Lewat sini lebih dekat, kita balapan ya..sampai rumah”. Atau misalnya pulang, aku buka pagar rumah, dia malah loncati pagar rumah. Aku pulang lewat pintu belakang, dia masuk lewat jendela belakang rumah.
Royan mudah bergaul dan punya banyak teman. Walaupun sepertinya dia orangnya Cuek, tetapi Royan punya banyak teman. Waktu kami pindah ke rumah yang baru di Bumi Panggugah, hari pertama Royan sudah main dan punya beberapa teman. Bahkan teman barunya ini diajak main ke rumah. Anak-anak di komplek kami banyak yang kenal Royan. Kalau kebetulan kami sedang jalan-jalan, banyak anak yang memanggil-manggil….Mas Royan…. Mas Royan.
Logikanya juga cukup baik. Royan suka main puzzle atau lego dan cepat menguasainya. Dia juga suka main komputer. Suka klak-klik sana sini dan selalu mencari hal-hal baru di komputer. Bahkan tidak banyak aku ajari, dia menguasai beberapa program komputer. Padahal waktu itu dia belum bisa membaca.
Daya kritisnya antara lain sering tercermin lewat pertanyaan-pertanyaan yang dia lontarkan. Misalnya, waktu kami ajarkan dia tentang konsep Allah Maha Besar, Allah Maha Pencipta, dan Panasnya Api Neraka.
Royan tanya: ” Allah lebih besar dari rumah?”
Umminya jawab: ” Lebih besar lagi.”
Dia tanya lagi: “Lebih besar dari Gunung?”
Ummunya jawab: “Lebih besar lagi.”
Dia tanya lagi: “Lebih besar dari matahari?”
dengan sabar umminya menjawab: “Lebih besar lagi, sayang”
Kemudian dia menyeletuk:” Berarti Allah Raksasa, dong Ummi?”
Umminya hanya tersenyum bingung menjawab komentar Royan.
Atau sering juga dia menanyakan tentang mahluk yang Alah cipatakan.
Tanyanya: “Manusia yang menciptakan Allah, ya…Ummi?”
dijawab: “Ya..sayang”, tetapi dia masih menanyakan terus”
“Katak juga Allah yang menciptakan?”
“Gunung Allah juga yang menciptakan?”
Dia sebutkan semua nama binatang satu per satu, sampai akhirnya dia menanyakan:
“Kalau yang menciptkakan Allah, siapa Ummi….??????”
Pernah juga dia menanyakan tentang kapal. Katanya:”Kapal itu kan berat sekali ya…Abi. Kenapa kapal bisa mengapung di laut…….?”
Pertanyaannya yang lain:
“Kenapa pelangi warnnya macam-macam..?”
“Kenapa bintang dan bulan selalu mengikuti kita, Abi….???”
Royan juga memiliki kemampuan asosiasi yang kuat. Misalnya: ketika dia melihat awan. Dia akan menyebutkan kalau awan itu bentuknya mirip binatang ini atau binatang itu…Atau dia melihat suatu bentuk, dia akan menyakaman dengan bentuk lain yang sudah dia kenal. Atau dia mendengar suatu kata, maka dia akan mengucapkan kata yang mirip dengan kata itu.
Waktu kecil dia juga suka melihat buku. Waktu itu aku punya buku Pustaka Live tentang kehidupan binantang purba. Buku itu gambarnya bagus sekali dan Royan senang melihat-lihatnya. Dia selalu minta diceritakan tentang buku itu. Pagi hari, siang hari, bahkan malam hari minta diceritakan buku itu. Ketika mau tidur, buku itu ada di sampingnya. Bahkan begitu bangun tidur, yang pertama dicari adalah buku kesayangannya itu.
Royan dan buku kesayangannya. Habis mandi, badan masih basah, Royan tetap ingin melihat-lihat buku kesayangannya.
Traktor, Truk, dan Alat Berat
Buku Pustaka Live sudah rusak, karena sering dilihat tiap hari. Maklum anak kecil lihatnya dengan kasar dan gemes. Jadi buku mahal itu tidak berumur panjang.
Suatu ketika aku main di TB Gramedia, aku lihat-lihat buku untuk anakku. Akhirnya aku dapatkan satu buku tentang Traktor untuk Royan dan satu buku lagi tentang Dinosaurus untuk Ibrahim, adiknya.
Royan senang sekali dengan buku itu. Dia buka-buka dan minta diceitakan tentang Traktor. Kadang-kadang dia lihat-lihat sendiri buku itu dengn penuh perhatian. Dia tampak senang sekali dan menghayati buku Traktor itu. Setiap kali lihat TV, kalau pas ada traktor dia akan teriak ..Traktor…. traktor…..ada traktor….. Kalau kebetulan kita sedang jalan atau naik kendaraan dan ada traktor dia akan kegirangan dan teriak Traktor… traktor….. Kalau ada traktor yang sedang bekerja di jalan dia akan minta untk berhenti dan memperhatikan traktor itu dengan seksama.
Kalau ditanya apa cita-citanya, Royan akan menjawb: jadi sopir traktor.
Aku belikan lagi buku tentang Truk. Royan juga senang sekali. Kalau di jalan dia akan selalu memandingkan truk yang dia temui dengan truk yang ada di buku.
Kalau dia mengambar dia suka mengambar mobil, bis, truk, atau traktor. Kalau beli mainan, dia akan beli mainan traktor, truk, atau bis. Semua yang berhubungan dengan itu. Boleh dikatakan Royan Maniak Traktor.
Sifat Jelek Royan
Royan memang punya banyak sifat dan karakter yang baik. Tetapi bukan berarti semuanya baik. Dia juga manusia seperti pada umumnya, punya juga sifat-sifat jelek.
Salah satunya…suka ngompol…. Walaupun saat ini umurny sudah lebih dari lima tahun, tapi Royan masih sering ngompol di celana. Kalau sedang main, tahu-tahu celananya sudah basah. Kalau dimarahi dia ngambek dan kalau ditanya kenapa Royan tidak kencing di WC. Dia akan menjawab: Mas Royan bingung.”
“Kenapa bingung?” tanyaku.
“Mas Royan kepingin pipis, tetapi Mas Royan juga kepingin main, Jadi Mas Royan bingung…” jawabnya dengan polos.
Kalau tidur juga begitu, masih sering ngompol. Tetapi anehnya, kalau malam-malam dia sering pipis di WC sendiri tanpa harus disuruh-suruh.
Royan juga punya sifat kepemilikan yang kuat. Kadang-kadang Dia tidak mau kalau miliknya diminta atau dipinjam adiknya. Marah sekali Dia. Suka menangnya sendiri kalau sama adiknya.
Pelan-pelan aku ajari untuk saling berbagi. Kalau sudah muncul sifat jeleknya aku ingatkan: ” Royan, hayooo…. saling berbagi dengan adik……”.
Lama-kelamaan dia mulai mau saling berbagi dengan adiknya, Abim.
Pingback: Muhammad Ibrahim « isroi