LCPKS (Limbah cair pabrik kelapa sawit) merupakah limbah PKS yang volumenya cukup besar. Dari setiap ton TBS yang diolah bisa menghasilkan LCPKS sebanyak 600-700 m3 limbah. Misalkan di sebuah PKS dg kapasitas 30 ton TBS/jam, dengan 7 jam kerja dan 25 hari kerja, LCPKS yang dihasilkan bisa mencapai .3.150.000 m3/bulan.
LCPKS tidak bisa langsung dibuang ke perairan, sungai misalnya, karena parameter COD dan BODnya sangat tinggi. LCPKS harus diolah terlebih dahulu di fasilitas IPAL hingga layak untuk dibuang ke sungai. Perlu kolam yang banyak dan luas, biayanya pun cukup besar untuk mengolah limbah ini.
Ada alternatif lain pemanfaatan LCPKS ini, yaitu dialirkan ke kebun untuk pengairan kebun. Sejauh ini kebun sawit yang dialiri LCPK menunjukkan perrtumbuhan dan produksi yang baik. Ini menunjukkan bahwa LCPKS memiliki fungsi untuk hara/nutrisi tanaman. Kelemahan metode ini antara lain adalah wilayah jangkauan yang tidak luas dan seringkali sulit dilakukan di beberapa PKS karena tidak punya kebun atau topografinya yang tidak memungkinkan.
Dari fakta dan pengalaman ini, lalu muncul ide untuk membuat POC (pupuk organik cair) dari LCPKS. Secara teori memang memungkinkan untuk membuat POC dari LCPKS. Sebelumnya sdh bisa dibuat POC dari limbah bioetanol (lihat di sini). Memang memerlukan sedikit penelitian dan ujicoba sampai bisa diperoleh POC dengan kualitas yang bagus. Nothing impossible.
Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan LCPKS sebagai POC. Pertama, tentu saja keuntungan finansial bagi PKS. Andaikan seluruh limbah dibuat POC dengan harga supermiring, Rp. 30.000/L, nilai ekonominya bisa mencapai Rp. 1.800.0000 per ton TBS yang diolah. Atau bisa mencapai Rp. 1.890.000.000 per bulan dan Rp. 22.680.000.000 per tahun. Gilee…bener….sedikit lagi sama dengan uangnya Gayus…
Jadi tidak hanya menghemat biaya pengolahan limbah LCPKS, tetapi justru mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Meskipun membutuhkan investasi yang tidak sedikit juga.
Kedua, keuntungan untuk lingkungan. LCPKS tidak dibuang ke aliran sungai yang bisa merusak kehidupan dan keanekaragaman di ekosistem sungai. So…It is enviromental friendly.
Ketiga, POC bisa diaplikasikan di kebun sawit mulai dari pembibitan, TBM, hingga TM. Pengalaman di tanaman padi dan hortikultura, aplikasi POC bisa mengurangi bahkan jika dibarengkan dengan pupuk organik padat bisa mengantikan penggunaan pupuk kimia buatan. Ada keuntungan penghematan penggunaan pupuk kimia. POC juga merangsang poduksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kimia. (Ini perlu penelitian dan pembuktian di lapang).
So, ada potensi dan peluang yang sangat besar dari pengolahan LCPKS menjadi POC. Tidak ada yang mudah, tetapi tidak ada yang tidak mungkin. Sangat menantang untuk diwujudkan. Wallahua’lam.
Biasanya sih TKKS yang dijadikan kompos menggunakan LCPKS juga dalam proses pembuatannya oleh PKS sendiri.
Oh yah ada lagi yang perlu saya koreksi di tulisan bapak bahwa di beberapa PKS yang tidak memiliki kebun. Adapun Peraturan Menteri Pertanian No.26/Permentan/OT.140/2/2007 disebutkan PKS harus memiliki kebun minimal 20% dari kebutuhan sesuai kapasitas terpasang PKS tersebut. Jadi klo bapak menemukan PKS tanpa kebun berarti yang punya PKS itu sudah melanggar hehehe.
Kembali ke laptop. Kayaknya di daerah asal saya bisa tuh ngesupply bahan bakunya pak. Kira2 unsur hara tambahan apalagi yang perlu untuk membuat POC dari LCPKS ini pak ???
Aturannya memang begitu…, tapi realitasnya orang-orang kaya di jakarta punya PKS tetapi ngak punya kebun. Coba jalan-jalan ke Riau, Palembang, atau Medan. Banyak PKS yang ngan punya kebun.
POC dari LCPKS sedang dikerjakan dan belum bisa dipublikasikan.
Hahaha tapi sekarang lagi banyak razia PKS pak, banyak juga PKS yang nyangkut di standarisasi pengelolaan limbah.
Wah ntar bagi2 infonya yah pak klo sudah dikerjakan. Lumayan pak di daerah sini banyak kebun sawit dan banyak juga limbah cair yang terkadang dibuang ajah ke sungai. Jadi tinggal alihkan saja limbah cair mereka untuk kita olah dan dijual lagi ke petani sawit dalam bentuk POC.
Oh yah pak, ada yang lucu.
Klo saya pake hitung2an bapak yang per Ton TBS yang diolah dapat menghasilkan nilai ekonomi Rp 1,8 juta dengan asumsi POC dijual seharga Rp. 30 ribu/Liter. Berarti dengan hitungan saya pada PKS 5 TPH (20 jam kerja sehari) , sebulan menghasilkan Rp. 5,4 Milyar.
Sedangkan hitung2an saya pada PKS 5 TPH, laba bersih yang mampu diperoleh Rp. 1,86 Milyar per tahun dengan ROI 33,43%. Meskipun angka 5,4 Milyar tersebut masih omzet (karena saya belum tahu berapa biaya produksinya), koq jadi lebih menggiurkan bisnis limbahnya daripada produk utama yang dihasilkan hahaha
heheheeeee, teknisnya dulu baru jualan, kalau duitnya dulu, nanti teknisnya jadi rusak 🙂