Kalau manusia mau bersahabat dengan alam, maka alam pun akan bersahabat dengan manusia. Itulah yang tercermin dari harmoni kehidupan di Danau Hitam.
Namanya Svartemossen, kalau diterjermahkan artinya Danau Hitam. Danau ini letaknya tidak jauh dari apartemen kami di Biskopgarden, Göteborg, Swedia. Hanya lima menit jalan kaki. Ukurannya tidak begitu besar, panjangnya hanya sekitar lima kali panjang lapangan bola dan lebarnya dua atau tiga kali lebar lapangan bola. Danau ini dinamakan danau hitam karena warna airnya yang kehitaman. Di danau ini tumbuh ganggang yang berwarna kehitaman.
Tempat Tinggal Ribuan Burung
Meskipun ukurannya kecil dan berada di tengah pemukiman, danau ini menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk ribuan burung. Mereka hidup dan berkembang biak dengan tenang. Tidak ada orang yang mengusik kehidupannya. Bahkan penduduk yang tinggal di sekitar danau menyayangi dan merawat mereka. Mereka bisa hidup berdampingan dengan damai.
Ada banyak jenis burung yang tinggal di danau Hitam. Ada yang tinggal menetap sepanjang musim, dan ada juga yang hanya tinggal di musim-musim tertentu. Burung yaang tinggal sepanjang musim adalah burung merpati, beberapa jenis angsa, beberapa jenis bebek, beberapa jenis burung pipit, burung camar, burung gereja, dan burung-burung kecil lainnya. Burung-burung yang tinggal pada musim-musim tertentu adalah burung camar dan burung gagak.
Burung-burung yang tinggal di danau jinak-jinak dan tidak takut dengan manusia. Seringkali burung-burung itu terbang dan mencari makan di sekitar apartemen, atau balkon. Ada beberapa burung merpati yang jadi langganan balkon kami. Setiap pagi mereka selalu datang ‘meminta jatah’ makan. Biasanya kami beri makan dengan biji-bijian yang kami beli di supermarket atau serpihan roti sisa makanan.
Siang atau sore hari banyak orang yang datang ke danau untuk memberi makan burung. Makanan burung bisa dibeli di supermarket, berupa biji-bijian, konsentrat berbentuk pelet, atau bulat sebesar bola kasti. Alternatif lainnya adalah roti. Biji-bijian untuk makanan burung merpati, burung gagak, burung gereja, atau burung pemakan biji lainnya. Konsentrat pelet dan roti untuk makanan bebek, angsa, dan camar. Sedangkan makanan burung yang berbentuk bulat digantungkan di ranting pohon untuk burung pipit, burung gereja, atau burung-burung kecil lainnya. Kalau ada orang yang mendekat di pinggir danau, tanpa dikomando burung-burung akan mendekat. Kalau orang itu melemparkan makanan, burung-burung akan terbang berdatangan banyak sekali.
Ada seorang kakek tua yang selalu memberi makan burung, dan sepertinya burung-burung itu pun sudah mengenal dan akrab dengan sang kakek. Kalau Si Kakek datang ke danau, merpati akan berdatangan dan hinggap di lengan dan bahunya. Bebek-bebek dan angsa berenang mendekatinya bahkan mereka makan langsung dari tangan Si Kakek. Mereka tampak akrab sekali, subhanallah, takjub, kagum, dan terharu jadi satu waktu saya menyaksikannya.
Di akhir musim dingin sampai awal musim panas, burung camar kepala hitam (Black Headed Gull atau Skrattmås) dan sejenis camar laut tinggal di danau. Sarang mereka berada di pulau-pulau yang ada di tengah danau. Mereka kawin, bertelur, dan mengerami telurnya di situ. Jumlahnya banyak sekali, mungkin ribuan. Kalau ada orang datang ke danau, burung-burung camar akan datang mendekat banyak sekali. Saya menyaksikan sendiri anak-anak yang seperti bercanda dengan burung camar. Pemandangan yang sangat indah.
Ketika salju mencair, daun-daun bersemi, dan bunga-bunga mulai bermekaran. Burung-burung camar kepala hitam itu menghilang dari danau. Hanya sedikit yang tertinggal, hanya beberapa burung camar laut dan burung camar lain yang masih muda. Mereka bermigrasi entah ke mana.
Ketika daun- daun mulai berubah warna, dari merah ke kuning, lalu berguguran, burung-burung yang banyak datang mulai berganti, yaitu burung gagak hitam. Setiap pagi ketika matahari baru muncul di ufuk dan langit masih semburat kemerahan, ratusan – bahkan mungkin sampai ribuan – burung gagak terbang dari arah timur menuju danau. Burung-burung berkicau riuh sekali. Mereka terbang memenuhi angkasa Biskopgarden.
Burung-burung gagak ini sepertinya tidak tinggal di danau Hitam. Mereka hanya datang di pagi hari mencari makan di sekitar danau atau apartemen. Burung-burung itu terbang kembali ke sarangnya ketika matahari mulai terbenam. Saya selalu melihat jam ketika burung gagak itu datang dan kembali ke sarangnya. Jamnya tidak tetap, tetapi mengikuti pergeseran waktu terbit dan terbenamnya matahari.
Belum pernah saya melihat orang yang berburu atau menangkapi burung-burung itu. Tidak ada orang yang memelihara burung dalam sangkar seperti di Indonesia. Mereka memelihara burung-burung langsung di alam bebas. Mereka memeliharanya dengan menjaga habitat dan lingkungannya. Tidak ada sampah atau limbah yang dibuang ke danau. Lingkungan danau bersih dan asri. Mereka merawat burung-burung itu dengan memberi makan di alam bebas, bukan di sangkar.
Hutan dan lapangan di samping danau Hitam
Di ujung kanan dan kiri danau terdapat tempat lapang yang cukup luas. Di tempat itu juga dibangun lapangan bola, ada empat lapangan bola. Lapangan ini menjadi tempat rekreasi gratis. Apalagi di musim panas yang cerah. Banyak orang yang picknic atau barbeque di sekitar danau. Anak-anak yang tinggal di kompek apartemen sekitar danau bermain bola di lapangan itu. Mereka bermain bola sampai tengah malam, maklum di musim panas jam 11 malam seperti jam 5 sore di Indonesia.
Di sisi lain danau terbentang hutan kecil. Di dalam hutan ini ada jalan setapak yang terawat rapi. Ada beberapa jalan setapak yang mengitari hutan dan saling terhubung. Jalan setapak itu dilengkapi petunjuk jalan yang jelas. Ada juga peta jelan di salah satu ujung danau. Jalan-jalan di dalam hutan menjadi tempat favorit untuk jogging, bersepeda, atau sekedar jalan-jalan.
Sore hari, terutama di akhir pekan banyak orang yang berolah raga di sekitar hutan. Sering saya lihat kakek – nenek berjalan berduaan di dalam hutan. Kadang-kadang bertemu dengan ibu-ibu yang jogging sambil membawa kereta dorong bayinya. Atau orang-orang yang jogging ditemani anjing mereka.
Berburu Jamur, Blackberry, dan buah-buahan hutan danau Hitam
Di beberapa tempat di dalam hutan di pasangi tanda tempat-tempat spesial. Seperti. tempat berburu jamur kantarel, jamur Karl Johan, atau jamur Kremla; tempat berburu strawbery, blackberry, hallon, atau buah-buahan hutan lainnya. Jamur dan buah-buahan hutan hanya muncul di musim panas.
Musim panas adalah musim liburan kerja dan sekolah. Di musim panas siang lebih panjang dari malam hari. Biasanya saya sholat subuh sekitar jam tiga pagi, dan baru sholat isya’ setelah lewat tengah malam. Hari gelap hanya beberapa malam saja. Pada saat itulah jamur dan buah melimpah di hutan.
Sore hari berbekal keranjang dan memakai sepatu boot orang-orang menuju hutan untuk berburu jamur. Banyak sekali jamur yang tumbuh di hutan. Ada jamur yang bisa dimakan (edible), namun banyak juga yang beracun. Jadi mesti hati-hati kalau berburu jamur. Jamur yang terkenal dan banyak digemari adalah jamur kantarel kuning dan kantarel hitam. Biasanya orang merahasiakan lokasi ditemukannya jamur ini. Jamur lain yang banyak juga dicari adalah Karl Johan yang ukurannya bisa besar sekali. Jamur kremla kuning dan kremla unggu banyak dijumpai, namun jarang orang yang mengambilnya. Ada jamur yang sangat beracun yang mirip dengan jamur kremla, jadi mereka takut salah ambil yang bisa berakibat fatal.
Di awal musim semi adalah saat buah strawberry hutan dan buah hallon yang banyak ditemui di hutan. Buahnya warna merah menarik, rasanya sedikit masam tapi enak. Ada juga buah blackberry dan blackcurran meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak.
Buah hutan yang jumlahnya melimpah adalah buah blueberry. Pohon blueberry pendek-pendek seperti semak. Hamparan pohon blueberry luas di lantai hutan. Jumlahnya sangat melimpah. Kita bisa mengambilnya sebanyak yang kita mau.
Blueberry rasanya kurang enak kalau di makan langsung, agak asem-asem gimana gitu rasanya. Blueberry lebih enak jika dimakan dengan kombinasi makanan lain. Blueberry bisa diblender, lalu dicampur yogurt dan susu, ditambah sedikit gula atau madu. Rasanya ruar biasa…….nikmat sekali. Atau bisa juga dibuat es krim rasa blueberry. Kadang-kadang buah blueberry kami buat cake atau pia. Hhhmmm….yummyyyy….
Menjaga, memelihara, dan melestarikan danau Hitam dan hutan disekitarnya
Kawasan di sekitar danau dan hutan bersih dari sampah. Kalau pun ada sampah sedikit sekali. Penduduk yang tinggal di sekitar danau menjaga kebersihan dan keasrian danau hitam ini. Mereka tidak membuang sampah sembarangan. Tidak ada limbah yang dibuang ke danau, baik limbah rumah tangga maupun limbah pabrik. Sejak masih kecil, terutama di sekolah-sekolah mereka diajarkan untuk menjaga lingkungan. Menjaga alam lingkungan sekitar manusia berarti juga menjaga kelangsungan hidup manusia.
Tidak ada orang yang menebang hutan sembarangan. Hutannya terjaga asri dan tidak terpolusi. Pohon-pohon berdiri tegak dan rimbun. Yang menebang hutan hanyalah petugas pemerintah. Pohonnya dipilih yang besar-besar dan kemudian ditanami kembali. Statistik pemerintah Swedia menunjukkan kalau hutan di Swedia bukaannya menyusut, tapi justru semakin bertambah luas.
Mungkin kalau di Indonesia kondisinya lain. Burung-burung itu sudah ditembaki dan disate. Bebek dan angsanya sudah dipanggang ramai- ramai atau jadi sate bebek. Tragis.
Saya jadi ingat Rawa Pening di Jawa Tengah atau Sanguling di Jawa Barat. Kondisinya sangat memprihatinkan. Danau atau rawanya semakin menyempit dan dangkal. Danau, rawa, dan sungai seperti jadi tempat pembuangan sampah masal. Kotor, jorok, dan jadi sumber penyakit. Danau, rawa dan sungai kondisinya merana. Mereka jadi sumber bencana ketika hujan tiba. Memprihatinkan.
Ketika sedang duduk-duduk merenung di pingir danau hitam, saya sering membayangkan, kapan ya danau di Tanah Air tercinta jadi seindah ini.
perpaduan antar dua mkhluk Allah yang berbeda sungguh sangat mengharu biru hati. manusia dengan alam memang wajib bersahabat dengan penuh cinta
Terima kasih sudah berkunjung.
Pingback: Andaikan Citarum seperti ini….. | Berbagi Tak Pernah Rugi
Pingback: Andaikan Citarum seperti ini….. | Berbagi Tak Pernah Rugi
tenang,,,nyaman ,,indah,,,bersahabat,,,
Di indonesia yang tersisa cuma rawa pening dengan ratusan burung air,yang perlahan mulai berkurang akibat banyaknya pemburu.Miris!
Sy kadang-kadang ke rawa pening. Meskipun tdk banyak sekali, masih terlihat banyak burung kuntul.