Memotret Portrait dengan Kamera Saku


Fotografi asik dengan kamera saku

Buku Fotografi Asik dengan Kamera Saku

Tulisan ini adalah seri tulisan saya tentang belajar fotografi dengan menggunakan kamera saku, compact camera, atau kamera kecin lainnya yang non DSLR. Silahkan lihat seri tulisan yang lain di link ini: Fotografi dengan Kamera Saku.


Fotografi kamera saku portrait

Fotografi portrait sudah menjadi objek fotografi sejak dulu kala. Portrait adalah foto orang atau sekelompok orang yang menampilkan emosi, kepribadian, ekspresi, ‘mood’, atau budaya/kulture dari orang yang difoto. Focus fotofrafi ini adalah orang atau sekelompok orang, bisa sebagian atau seluruh tubuh, dan bisa juga dengan lingkungan sekitarnya. Kini saatnya mencoba mode Portrait atau Close-up yang ada di kamera saku Anda. Jika memotret orang dalam jarak yang cukup dekat, gunakan Mode Close-up, jika jaraknya cukup jauh atau sekelompok orang, gunakan mode Portrait.

Memotret orang perlu seni tersendiri, karena memotret orang tidak bisa sembarangan dan gampang-gampang susah. Orang yang akan kita foto bisa anggota keluarga, teman, orang yang datang ke pesta, atau bahkan orang yang tidak kita kenal sama sekali. Sebelum memotret temukan dan kenali apa yang paling menarik dari orang atau sekelompok orang ini. Misalkan foto Abim di halaman samping ini yang difoto oleh Umminya dengan kamera HP LG GW300. Abim sedang menunggu waktu masuk sekolah. Suasana sekolah masih sepi, Abim terlihat sedih dan kesepian. Dia bersandar di pintu masuk kelasnya. Cahaya dari halaman menerangi sisi kanan wajahnya, dan pendaran cahaya dari jendela sedikit menerangi sisi kiri wajahnya. Pencahayaan ini menambah kesan kuat kesedihannya. Ditambah lagi dengan sorot matanya yang sendu. Umminya bertanya, “Abim kenapa?”. “Abim rindu Abi”, jawabnya lirih.

Ketika memotret orang, fokuskan lensa kamera pada matanya. Karena sorot mata mencerminkan emosi dan kepribadian. Foto orang tersebut dari sisi yang paling menonjolkan kepribadiannya. Bisa dari sisi kiri, kanan, atau dari depan. Cobalah beberapa sudut, kalau perlu sedikit ke bawah atau ke atas. Perhatikan pencahayannya. Jika perlu minta orang itu untuk bergeser agar mendapat cahaya yang paling baik.

Saya hampir tidak pernah menggunakan lampu flash bawaan kamera ketika memotret orang. Meskipun kondisi cahayanya yang kurang. Misalnya ketika di dalam ruangan. Lampu flash saya ‘set’ ke ‘off’. Saya lebih suka memanfaatkan cahaya yang ada, cahaya dari lampu atau cahaya dari matahari. Cahaya lembut dari jendela biasanya memberikan pencahayaan yang bagus untuk memotret orang.

Di luar ruangan ketika matahari sedang terik dan cahayanya sangat kuat bukanlah saat yang bagus untuk memotret orang. Cahaya yang kuat menyebabkan foto jadi sangat kontras. Cobalah potret orang di bawah bayangan yang cahayanya lebih ‘lunak’, atau tunggulah hingga matahari tertutup awan.

Salah satu trik memotret orang adalah dengan cara ‘candid’ (sembunyi-sembunyi). Misalkan pada saat acara kumpul-kumpul atau pesta. Siapkan kamera saku Anda dan perhatikan orang-orang di sekitar Anda. Ketika melihat ‘moment’ yang menarik, segera foto orang tersebut. Saya contoh trik ini dari teman saya Erwin. Karena kami biasa melakukan trik ini, teman-teman tidak merasa terganggu dengan ‘jeprat-jepret’ kami. Saya sering mendapatkan foto portrait yang bagus.

Memotret orang yang tidak dikenal agak lebih sulit, terutama jika di luar negeri. Salah-salah bisa menginap di kantor polisi. Belajar dari pengalaman Dorothea Lange ketika memotret foto “Migrant Mother” yang lengendaris itu, Lange melakukan sedikit pendekatan ketika memotret sang ibu. Lange melihat tenda kumuh di pingir jalan dengan seorang ibu dan beberapa orang anaknya. Dia menunjukkan kameranya dan memotret keluarga itu. Sang ibu tidak merasa terganggu dan marah ketika difoto. Lange lebih berani lagi memotret keluarga itu. Lange sedikit basa-basi dengan sang ibu dan ketika melihat ‘moment’ yang menarik, dia segera memotretnya. Dari sekitar 8 foto yang dia ambil, satu yang ‘pesan’ dan ‘cerita’-nya paling kuat; ‘Migrant Mother’ yang terkecnal itu.

Aspek menarik dari fotografi portrait adalah kultur atau budaya orang. Ketika sedang melakukan perjalanan/traveling atau wisata ke daerah, sering ditemui orang-orang asli dengan pakaian atau asesoris yang menarik. Mungkin juga perawakan dan wajahnya yang asli dan menarik. Cobalah untuk berbicara dan minta ijin mereka untuk memotret. Biasanya mereka akan dengan senang hati difoto atau bahkan pasang pose sebelum difoto.


Silahkan lihat foto-foto portrait yang saya buat di album Facebook saya. Foto-foto di bawah ini adalah beberapa foto portrait yang saya buat. Memang tidak semuanya saya ambil menggunakan kamera saku. Namun, setidaknya contoh-contoh foto ini bisa memberikan inspirasi memotret orang (portrait). Selamat memotret orang.


Supriyanto

Supriyanto Al Wonogiri

Hosein

Hosein

Hosein

Hosein in his laboratory

Muzamil

Muzamil, PhD Strudent at Chalmers

Krister

Krister

Bu Sofi dan Kak Wawa

Bu Sofi dan Kak Wawa

Gold Man

Gold Man in Nordstan, Gothenburg, Sweden

Portrait Artist in Kviberg Market

Portrait Artist in Kviberg Market, Gothenburg, Sweden

Chess Player

Chess Player in Nordstan

Xavier

Xavier before give presentation

Daughter, Hers Mom, and A Girl

Daughter, Hers Mom, and A Girl

Matthias Eng

Matthias Eng

Prof. Derek

Prof. Derek

Prof. Anders Rassmuson

Prof. Anders Rassmuson

Mengsheng Wang and Liang Li

Mengsheng Wang and Liang Li

Mengsheng Wang

Mengsheng Wang

Soheil

Soheil

Prof. Claes Niklasson

Prof. Claes Niklasson

Li Liang, Chalmers 2011

Pak Teguh, penjual pigura di pecinan Magelang

Pak Teguh, penjual pigura di pecinan Magelang

Alif

Santoso

Santoso

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s