Wolon

Setiap tempat memiliki budaya kerja sendiri-sendiri. Kadang-kadang budaya ini sudah diwarisi sejak jaman kolonial dan masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya adalah budaya kerja di perusahaan perkebunan warisan Belanda.

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu perusahaan perkebunan ex-Belanda di Sumatera Utara. Kami bekerja dengan kebiasaan kami di Bogor, mulai bekerja kira-kira jam 8 pagi. Sesampai di lokasi ternyata para karyawan sudah asik bekerja. Kami segera berkoordinasi dengan mandor tentang tahapan-tahapan pekerjaan. Kira-kira satu jam lebih kami berdiskusi. Agar pekerjaan cepat selesai, saya menyarankan untuk segera di mulai saja. Tetapi Pak mandor menyarankan untuk nanti saja, karena para pekerja mau WOLON dulu. Wolon.., apa itu ..? Pikirku dalam hati. Pak Mandor menyarankan untuk dimulai kira-kira jam 10.30 saja. Karena ini baru pertama kali bagi kami, kami tidak banyak berkomentar. Tak beberapa lama lagi terlihat para pekerja mengentikan pekerjaan. Ada yang duduk-duduk istirahat dan sebagian lagi pergi dengan menggunakan sepeda motor masing-masing.

Karena masih ada waktu beberapa lama dan daripada saya bengong saja, maka saya memutuskan untuk pergi ke kantor kebun untuk membereskan beberapa urusan administrasi. Sesampai di ruang kantor ternyata kantor sepi. Hanya ada beberapa orang saja. Aku menanyakan ke karyawan yang ada dan mereka menjawab sama, kalau teman-temannya sedang wolon. Wolon lagi wolon lagi, pikirku dalam hati. Pikiranku mulai penasaran dengan istilah wolon itu.

Kebetulan di kantor masih terlihat Bapak Askep (Asisten Kepala), orang nomor dua di kebun. Tak berapa lama kami asik berbincang-bincang. Di sela-sela perbincangan itu saya menayakan tentang wolon itu. Pak Askep menjelaskan bahwa wolon itu maksudnya adalah istirahat. Perkebunan ini dibangun oleh kolonial Belanda. Ini sudah menjadi kebiasaan sejak jaman Belanda dulu, lanjut pak Askep. Pagi-pagi para karyawan sudah masuk kerja, kira-kira jam 6 pagi ketika langit masih gelap. Mereka biasanya belum sarapan saat berangkat dan hanya minum segelas kopi atau teh saja. Mereka baru makan sarapan jam 8 pagi. Oleh karena itu mereka mengistilahkan istirahat jam 8 dengan istilah wolon. Wolon dari kata wolu, bahasa jawa yang artinya delapan.

Sejalan dengan waktu, jam istirahat pun sedikit bergeser ke jam 09.30. Meskipun tidak lagi jam 8 mereka tetap mengatakan dengan istilah wolon. Setiap mau istirahat jam berapa pun mereka tetap mengatakan: wolon. Sejak saat itu kami menyesuaikan jadwal kerja kami dengan jadwal kerja kebun agar pekerjaan kami lebih efisien.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s