Meski lokasinya tidak jauh dari rumah, kami jarang mampir ke tempat ini. Kami juga tahu kalau tempatnya selalu ramai dengan anak-anak muda. Kami baru sekali makan beberapa malam yang lalu. Ternyata masakannya memang enak, hot, super pedas, dan harganya sangat bersahabat. Pantesan selalu ramai.
Nama tempatnya W.H.O. Singkatan dari Waroeng Hotplate Odon. Tempat makan ini mengusung kosep heavy metal. Anak muda baget. Warnanya didominasi warna merah dan ditempeli poster2 ukuran besar bintang musik rock dan heavy metal. Semua pramusajinya laki2 muda. Umurnya saya kira tidak ada yang lebih dari 25 tahun. Meja dan kursinya biasa-biasa saja.
Menu makanannya didominasi hotplate. Apa2 diletakkan di atas hotplate. Menu andalannya adalah mie hotplate. Midifikasi mie ayam yang diletakkan di atas hotplate. Tesedia beberapa level pedas. Kalau Anda suka masakan pedas, waroeng ini cocok sekali. Selain mie ada juga kwitiau hotplate.
Minumannya macam2, mulai dari juice buah, sop buah, teh, kopi, dan minuman ringan. Lengkap lah.
Ketika pesanan kami datang, tidak sabar kami menyantapnya. Penyajiannya menggugah selera. Uap mie yang mengepul dari atas hotplate langaung membuat air liur banjir sendiri. Pedas-pedas panas. Mantap.
Citarasanya tidak kalah dengan mie hotplate yang disajikan di kafe2 di seputaran taman kencana. Suer…..
Yang lebih membuat saya tercenggang adalah harganya. Ketika bayar di kasir semua pesanan kami berlima hanya Seratus ribuan lebih sedikit. Murah. Kalau di kafe bisa ratusan ribu habisnya.
Lokasi waroengnya ada di jalan ciomas, dekat pintu masuk perum Bukit Asri ke arah Pagelaran. Silahkan mencoba kalau lewat daerah sana.
Tapi ada sedikit yang menganjal ketika kami makan, yaitu warna merah saus mie-nya. Merah banget. Warna merahnya nggak natural. Kami sedikit curiga kalau warna merah ini berasal dari warna merah sauce tomat/cabe yang pakai pewarna. Memang enak sih, tapi kalau pakai yang merah sekali seperti ini rasanya jadi ‘gimana’ begitu.