
Saya dilahirkan tahun tujuh puluhan dari keluarga ‘pra sejahtera’ alias miskin. Jaman itu, televisi adalah barang mewah dan mahal. Stasiun televisi cuma satu: TVRI. Di RT saya cuma satu keluarga yang punya tipi. Layarnya masih hitam putih, monokrom. Kalau pingin lihat tipi kita ngintip dari jendela nako kaca depan rumah tetangga. Kita ngintip ramai-ramai. Beberapa acara favorit jaman dulu yang masih saya ingat adalah: Aneka Ria Safari, Dunia Dalam Berita, Gemar Menggambar Pak Tino Sidin, Unyil Kucing dan Mbangun Deso TVRI Jogja.
Beberapa tahun kemudian muncul televisi berwarna. Stasiun televisi pun bertambah, seingat saya stasiun televisi swasta adalah RCTI. Teknologi terus berkembang dengan munculnya telepon genggam- gawai. Waktu itu sama sekali saya tidak membayangkan perubahan akan berjalan sangat cepat. Cepat sekali. HP pertama yang saya punya saya beli tahun 2001, ketika saya jadi ‘jurkam’ (juragan kambing). Mereknya Siemens. Kartu SIM pertama yang saya punya saya beli dengan harga 500rb (sayang sekali, SIM cardnya sudah hangus sekarang).
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Siemens mengeluarkan gawai yang bisa koneksi internet melalui jaringan GPRS. Meski layarnya kecil dan warnanya masih biru atau orange. Halaman web yang muncul pun masih teks saja. Meski akhirnya Siemens tergulung dari ‘dunia persilatan’ per-gawai-an, tapi ini menjadi revolusi awal perkembangan yang lebih cepat lagi.
Continue reading