Belum semua wilayah Indonesia sempat saya kunjungi, terutama Indonesia bagian timur. Salah satunya adalah kepulauan Maluku. Alhamdulillah, kerjasama penelitian saya dengan Dr. Andriko Noto Susanto, Kepala BPTP Maluku Utara disetujui dan mendapatkan anggaran dana meski dipotong lebih dari separonya. Ini menjadi kesempatan bagi saya untuk mengunjungi kepulauan Maluku. Saya jadi teringat dengan pelajaran sejarah ketika sekolah SD dulu, bagaiman heroiknya Kesultanan Ternate dan Tidore berjuang melawan penjajah Portugis yang ingin menguasai wilayah Maluku dan menguasai perdagangan pala pada saat itu.
Saya berangkat Minggu tengah malam dari bandara Soekarno Hatta. Sambil menunggu di ruang tunggu bandara saya sempatkan menulis beberapa point apa-apa yang akan saya kerjakan di Maluku. Pukul setengah dua belas tengah malam, pesawat mulai boarding. Pesawat take off dengan lancar. Saya mencoba untuk tidur, karena besok mesti mulai kerja. Namun, meski mata sudah pejamkan, saya tidak bisa tidur. Hanya tidur-tidur ayam.
Kurang lebih dua jam, pesawat mendarat di bandara Makasar. Pesawat akan langsung ke bandara Baabullah di Ternate, penumpang dengan tujuan Ternate tetap diminta tinggal di pesawat. Setengah jam lebih penumpang lain memenuhi pesawat dan pesawat segera take off menuju Ternate. Jam tangan saya menunjuk pukul dua, tetapi pilot mengatakan pukul tiga. Saya tidak sadar jika sudah memasuki wilayah Indonesia Bagian Tengah (WITA).
Saya rasa dua jam lebih pesawat terbang menuju Ternate hingga pilot dan pramugari senior memberitahukan jika pesawat sudah bersiap-siap akan landing. Saya lihat dari balik kaca jendela pesawat, matahari sudah bersinar di ufuk, meski jam tangan saya masih menunjukkan pukul lima. Pramugari mengatakan jika pesawat mendarat di bandara Baabullah pukul 7. Waktu dua jam lebih cepat dari jam tangan saya.
Di bandara saya dijemput oleh Dr. Assagaf, salah seorang peneliti di BPTP Maluku Utara. Dengan menggunakan mobil avansa sewaan kami menuju pelabuhan. Kita masih menyeberang lagi ke Sofifi, kata Pak Assegaf. Dari pelabuhan kecil ini kami naik speed boat, kapal kecil dengan dua mesin baling-baling merek yamaha. Ada sekitar 8 penumpang di boat ini. Saya duduk di deretan belakang.
Ini adalah pertama kalinya juga saya naik boat cepat. Kapal yang pernah saya naiki hanya ferry di pelabuhan Merak-Bakaheuni dan Surabaya – Bangkalan. Kapal boat ini beda, lebih kecil dan lebih cepat. Kira-kira kita akan jalan 45 menit naik speed boat ini, kata Pak Assegaf.
Menit-menit awal boat mash berjalan pelan, masih satu mesin yang dihidupkan. Ketika boat sudah agak ketengah, kernet yang dibelakang mulai menghidupkan dua mesin baling-baling. Boat melaju dengan lebih cepat dan lebih cepat lagi. Goncangan di dalam boat semakin keras.

Dr. M. Assegaf, peneliti senior di BPTP Maluku Utara, sedang bersama kami di dalam speed boat dari pelabuhan Sofifi menuju ke Ternate. (Foto koleksi pribadi)
Ini masih pagi, jadi laut tenang dan tidak banyak ombak, kata Pak Assegaf mencoba menenangkan saya yang tampak mulai ketakutan.
Saya baru sadar, ternyata jalanan di laut tidak rata. Saya pikir di laut tenang dan datar itu perjalanan akan tenang menyenangkan. Dugaanku salah besar. Goncangan di kapal mirip mobil angkot bogor lewat jalan ciomas dengan kecepatan 100km per jam. Goncangannya keras banget. Setiap kena ombak, boat seperti loncat lalu jatuh lagi. Perut rasanya dikocok-kocok. Kepala mulai pusing dan mual-mual. Aku hanya berdoa dalam hati, Ya… Allah, Kuatkan. Jangan mabuk di sini.
Di sepanjang perjalanan langit biru cerah dengan awan putih yang cantik. Di kejauhan tampak pegunungan di sisi kanan. Saya tanya Pak Assegaf, ‘Gunung apa itu?’
‘Itu pulau Tidore,’ katanya. ‘Di sana letaknya kerajaan Tidore dulu’
Ternate dan Tidore kerajaan yang berdekatan hanya berbeda pulau saja ternyatan. Semua berada di pulau yang kecil-kecil.
Di sibelah kiri ada gunung yan lebih besar dan lebih tinggi. Sebelum saya bertanya, pak Assegaf sudah menjelaskan terlebih dahulu kalau itu gunung Gamalama. Gunung yang pernah meletus luar biasa bertahun-tahun yang lalu.
Ingin sekali saya memotret pemandangan yang cantik ini. Namun, goncangan kapal sangat keras. Sulit bagi saya mengambil foto-foto pemandangan ini. Perut dan kepala yang sudah mulai mabok membuat saya hanya sandaran tenang di sisi kapal sambil mencoba menikmati pemandangan sekitar. Saya lihat penumpang-penumpang lain tampak tenang. Bahkan ada yang bisa terkantuk-kantuk sampai tertidur. Saya heran, dalam goncangan yang sangat keras sepert ini kok bisa tidur.
Saya membayangkan andaikan saya membawa anak-anak dan istri. Mungkin mereka akan ketakutan setengah mati.
Pak Assegaf yang melihat muka saya mulai pucat dan berkeringat dingin hanya senyum-senyum saja. ‘Kalau pagi hari laut tenang, goncangan ini belum seberapa,’ katanya.
‘Kalau laut Seetang berombak goncangannya lebih keras lagi. Permukaan laut seperti naik lalu turun lagi naik lagi. Kadang-kadang ombaka lebih tinggi dari kita..’
Seru pikir saya, tapi ngeri. Saya jadi ingat film yang pernah diputar di televisi, Miami Vice. Seperti ini rasanya naik speed boat dan loncat-loncat di atas permukaan laut.
Lebih dari setengah jam boat mulai merapat di pelabuhan. Alhamdulillah. Ada tulisan cukup besar: Selamat Datang di Sofifi.
Dari sini, kami dijemput dengan menggunakan mobil innova hitam, mobil dinas Pak KaBPTP. Jalanan kota Sofifi halus dan mulus. Garis markanya masih baru, tanda jalan ini baru saja selesai. Tidak berapa lama, kami sampai di kantor BPTP Maluku Utara. Pak Andriko dengan wajah ceria menyambut kedatangan kami. Saya diterima di ruang kerjanya yang besar dan luas. Meubelernya masih baru. Baru saja datang katanya. Pantes.
Kami bertiga mendiskusikan apa-apa yang akan kita lakukan selama seminggu ini. Sampai siang hari kami membuat daftar kegiatan dan point-point apa saja yang perlu dilakukan. Siang ini, Pak Andriko akan mengumpulkan semua anggota tim peneliti. Rencananya esok hari, kita akan jalan menuju Halmahera Utara menemui Pak Kadis dan survei ke petani pala. Hari berikutnya perjalanan kembali ke Sofifi dan mendiskusikan hasil dan data-data yang kita peroleh. Kalau ada waktu tentunya jalan-jalan cari batu. Asik.
Saya menginap di mess BPTP. Setelah mandi menjelang sore saya diajak jalan-jalan mengeliling kota Sofifi dan memandangi senja dari depan kantor Gubernur Maluku Utara. Kota Sofifi kota yang masih baru. Masih sepi, jalannya halus mulus. Dengan kota kecamatan di pelosok jawa saja masih ramai di sana. Maklum, ternyata kota Sofifi memang kota yang masih baru saja lahir. Gubernur Maluku yang baru memindahkan kantor Gubernuran dar kota Ternate ke kota Sofifi. Infrasturktur baru dibangun, terutama jalan dan perkantoran. Beberapa ruas jalan sudah dibuat lebar, beberapa kantor dinas juga sudah jadi. Namun ya itu, masih sepi sekali.
Insya Allah dilanjut dengan pengalaman-pengalaman menarik selama saya di Maluku Utara.
Waah asyiik Pak …. bisa jalan2 ke Maluku