Catatan buku: Islam dan Kebatinan

image


Baca catatan buku yang lain: BUKU


Buku ini salah satu koleksi buku ‘kuno’ yang ada di rak buku kami. Judulnya “Islam dan Kebatinan” karangan Prof. Dr. H. M. Rasjidi. Buku ini ditulis 47 tahun yang lalu. Pertama kali buku ini saya dapatkan ada di tumpukan bawah meja tahu rumahnya Pak Arifin Mukti. Ternyata isinya menarik dan tidak saya dapatkan di buku2 keislaman kontemporer. Lalu, buku ini saya minta bersama dengan beberapa buku kuno yang lain. Isi buku ini menarik karena membahas tentang beberapa aliran kebathinan yang ada di masyarakat dan sebagian “bercampur aduk” dengan Islam.

Realitanya kebathinan memang eksis dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Ketika SMA dulu saya pernah membeli sebuah buku terjemahan dari bahasa jawa. Judulnya: Kitab Gatoloco dan Kitab Darmogandul. Buku itu dijual di toko buku Cahaya yang ada di samping masjid Agung Magelang. Toko buku ini adalah toko buku Islam yang paling besar dan paling lengkap waktu itu. Saya tertarik membelinya karena di pengantarnya tertulis bahwa buku ini menceritakan tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia. Bukunya cukup unik, karena dicetak dalam dua bahasa; satu sisi bahasa jawa dan sisi yang lain terjemahannya.

Saya mulai membaca buku itu. Ternyata isinya benar2 diluar dugaan saya. Isi buku itu bukannya tentang cerita sejarah Islam di Indonesia, tapi justru isinya melecehkan ajaran Islam. Saya tidak meneruskan membaca buku itu. Beberapa bulan kemudian saya mendengar di tvri kalau peredaran buku itu dilarang. Saya jadi ingat dan saya cari buku2 itu lagi. Tidak ketemu. Entah saya buang ke mana buku2 itu. Beberapa tahun kemudian baru saya tahu kalau buku itu merupakan salah satu kitabnya orang kebathinan.

Ketika kuliah saya pernah menginap di rumah teman saya di lereng gunung Sumbing. Bapak teman saya memiliki beberapa koleksi buku di ruang tamunya. Iseng2 saya baca satu buku. Saya terkejut ketika membaca isinya; isinya tentang ibadah yang campur2 dan tentang kitab kejadian manusia. Ternyata bapak teman saya adalah penganut aliran kebathinan.

Ketika KKN saya tinggal di desa terpencil di lereng pegunungan Dieng di Kab. Banjarnegara. Warga di desa saya ada dua kelompok penganut agama; Islam dan Hindu. Ternyata; di desa itu atau di kecamatan itu ada juga penganut aliran kebathinan.

Ketika saya menemukan buku ini baru saya memahami jika orang2 tersebut adalah penganut aliran kebathinan atau aliran kepercayaan. Di KTP mereka mungkin saja tertulis Islam, tapi mereka tidak menjalankan syariat Islam. Mereka beribadah denga cara lain. Ya…kebathinan itu.

Budaya manusia akan saling mempengaruhi. Dalam kasus kebathinan ini entah Islam yang mempengaruhi ‘kebathinan’ orang dulu atau justru ‘kebathinan’ yang mengotori ajaran Islam. Sesudah ratusan tahun Islam masuk ke Indonesia, masih ada beberapa kelompok orang Islam yang mencampur adukkan antara ajaran Islam dengan kebathinan. Akan lebih baik jika orang-orang ini mengikuti dan memilih salah satu saja. Dalam Islam, syirik adalah dosa yang tidak terampuni. Saya rasa demikian juga dalam ‘kepercayaan’ lain. Kalau tidak ‘murni’ tidak akan ‘diterima’ amalannya.

Buku karya Prof. Rasjidi ini sangat membantu saya dalam memahami tentang ‘kebathinan’ itu. Untung saja saya tidak melanjutkan sampai selesai ketima membaca kitab Gatoloco dan Darmogandul. Namun, saya kecewa karena kedua buku itu hilang dan tidak pernah saya temukan sampai sekarang.

Salam membaca.

Leave a comment