Tag Archives: artikel

Tantangan dan Peluang Plastik Ramah Lingkungan (Bioplastik, Biodegradable Plastik dan Sustainable Additive) dalam Skema EPR (Extended Producer Responsibility) di Indonesia

Extended Producer Responsibility (EPR)

Extended Producer Responsibility (EPR) adalah pendekatan kebijakan lingkungan yang memperluas tanggung jawab produsen terhadap produk mereka hingga tahap pasca-konsumsi — yaitu ketika produk tersebut menjadi limbah. EPR menuntut produsen tidak hanya bertanggung jawab saat mendesain dan menjual produk, tetapi juga saat produk dikumpulkan, diolah, didaur ulang, atau dibuang.

EPR bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan, mendorong inovasi desain produk, serta mengalihkan beban pengelolaan sampah dari pemerintah kepada produsen melalui prinsip polluter pays.

Meskipun produsen adalah pemilik kewajiban utama dalam EPR, pelaksanaannya tidak dijalankan sendirian. EPR adalah bagian dari ekosistem multi-pihak yang melibatkan:

AktorPeran Utama
Produsen / Brand OwnerMembiayai dan menjamin pengelolaan limbah produk mereka
PRO (Producer Responsibility Organization)Lembaga kolektif yang mewakili produsen dalam menjalankan kewajiban EPR
PemerintahMenetapkan regulasi, target nasional, sistem pelaporan, dan penegakan hukum
Operator Sampah & Daur UlangMenjalankan pengumpulan, sortir, dan daur ulang
Sektor Informal (pemulung, bank sampah)Mitra penting di lapangan, khususnya di negara berkembang
Lembaga Audit / KonsultanMembantu pelaporan, pemantauan, dan verifikasi kinerja EPR
KonsumenBerperan melalui pemilahan sampah, pengembalian kemasan, atau pembelian produk yang bertanggung jawab

Konsep Dasar EPR

EPR didasarkan pada prinsip “polluter pays” dan ekonomi sirkular, di mana produsen:

  1. Bertanggung jawab mengurangi dampak lingkungan dari produk yang mereka hasilkan,
  2. Didorong untuk merancang produk yang lebih ramah lingkungan,
  3. Mendanai atau mengelola sistem pengumpulan dan daur ulang produk mereka sendiri.

Tanggung Jawab Produsen dalam EPR

AspekTanggung Jawab
Desain produkMembuat produk lebih mudah didaur ulang, dapat digunakan ulang, atau biodegradable
PengumpulanMenyediakan sistem pengumpulan limbah produk pasca-konsumsi (sendiri atau melalui pihak ketiga)
PengolahanMemastikan limbah plastik dari produk mereka didaur ulang atau dikelola secara aman
PelaporanMelaporkan volume produk yang diproduksi, didistribusikan, dan dikelola limbahnya
PembiayaanMembiayai program pengumpulan dan daur ulang limbah produk mereka

Struktur Ekosistem EPR

Berikut adalah aktor-aktor utama dalam ekosistem EPR dan perannya:

AktorPeran dalam EPR
Produsen / Importir / Brand OwnerPemilik kewajiban utama: mendanai dan memastikan produk mereka dikelola di akhir siklus hidup
PRO (Producer Responsibility Organization)Lembaga kolektif yang dibentuk/digunakan produsen untuk mengelola pengumpulan, daur ulang, pelaporan, dan edukasi
Pemerintah (nasional dan daerah)Membuat regulasi EPR, menetapkan target, memantau, menegakkan hukum, dan menetapkan kerangka kerja
Operator Pengelola Sampah / Daur UlangMenyediakan infrastruktur pengumpulan, sortir, dan daur ulang (bisa BUMD, swasta, koperasi, atau komunitas)
Sektor Informal (pemulung, bank sampah, LSM)Berperan penting di negara berkembang — pengumpul utama sampah pasca-konsumsi
Lembaga Pemantau / Auditor / KonsultanMembantu verifikasi, pelaporan, dan perhitun gan kewajiban
KonsumenDidorong untuk berpartisipasi melalui pemilahan, pengembalian, atau penggunaan kembali

Salah satu actor kunci dalam EPR ini adalah PRO (Producer Responsibility Organization). PRO (Producer Responsibility Organization) adalah lembaga yang dibentuk oleh produsen atau brand-owner untuk menjalankan kewajiban Extended Producer Responsibility (EPR) secara kolektif. PRO tidak membuat produk, tetapi mewakili para produsen dalam mengelola siklus akhir produk mereka, khususnya limbah kemasan, elektronik, baterai, dan lainnya. Lembaga PRO di Indonesia yang sudah ada adalah IPRO (Indonesia Packaging Recovery Organization). IPRO ini dilauncing oleh PRAISE (Packaging & Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment).

Anggota IPRO:

  1. Coca‑Cola Indonesia
  2. Danone Indonesia
  3. Indofood Sukses Makmur
  4. Nestlé Indonesia
  5. Tetra Pak Indonesia
  6. Unilever Sampoerna Indonesia
  7. SIG (pengemas industri / aseptik)
  8. SC Johnson Indonesia
  9. Suntory Garuda Beverage (SGB)

Peluang Bioplastik dan Biodegradable Plastik Masuk dalam Skema EPR untuk Flexible Packaging (Kemasan Flexible)

Flexible packaging adalah jenis kemasan yang bentuknya fleksibel, lentur, dan mudah berubah bentuk, biasanya terbuat dari film plastik tunggal atau multilayer, serta terkadang dikombinasikan dengan bahan lain seperti aluminium foil atau kertas. Kemasan flexible dipakai secara luas karena keunggulan fungsionalnya, namun juga menjadi salah satu sampah kemasan plastik yang sulit untuk didaur ulang.

Beberapa contoh kemasan flexible yang banyak mendapatkan sorotan adalah kemasan sachet. Kemasan sachet adalah kemasan flexible dengan ukuran kecil (biasanya <15gr), umum digunakan untuk kemasan:

  • Sabun cair, sampo dan detergen;
  • Kopi, gula, sambal, saos;
  • Obat dan kosmetik.

Kendala utama kemasan sachet antara lain:

MasalahPenjelasan
Sulit atau tidak dapat didaur ulangBanyak flexible packaging yang berupa multilayer. Kombinasi multilayer plastik–aluminium yang tidak bisa diproses oleh sistem daur ulang konvensional. Ringan dan tipis yang membuatnya sulit dipilah di fasilitas daur ulang. Nilai ekonominya rendah, sehingga tidak menarik bagi industri daur ulang.
Tidak terstandardVariasi bahan dan desain yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan kesulitan untuk membuat sistem daur ulang yang kompatible. Tidak semua flexible packaging dilengkapi dengan label material dan panduan pemilahan.
Sulit dikumpulkanUkurannya kecil, sering tercecer, tidak ekonomis untuk dikumpulkan
Volume sangat besarDisebut dalam laporan UNEP sebagai kontributor utama mikroplastik dan sampah laut di negara berkembang
Sumber utama polusi visual dan drainase tersumbatTerutama di kawasan urban dan pesisir

Flexible packaging efisien secara fungsional, namun problematik secara end-of-life. Biodegradable plastik/biodegradable additive/sustainable additive berpeluang mengisi celah ini. Sustainable additive/biodegradable additive/biodegradable plastik secara teknis bisa masuk ke dalam skema EPR yang sudah ada, seperti: waste to energi menjadi RDF (refused-derived fuel), mechanical recycle, atau pun landfill. Di sisi lain solusi ini juga menawarkan jalur alternatif untuk flexible packaging ini, yaitu kompos, biodegradasi di tanah dan/atau landfill terkontrol/sanitary.

Biodegradable plastik, biodegradable additive, dan sustainable additive memiliki peluang strategis untuk masuk ke dalam skema EPR di Indonesia, khususnya sebagai solusi bagi kemasan fleksibel (flexible packaging) yang sulit didaur ulang secara konvensional. Dengan catatan mampu menunjukkan bukti ilmiah mengenai biodegradasi yang aman dan terverifikasi dan tersertifikasi, serta memiliki jalur pengelolaan akhir yang sesuai seperti kompos industri atau landfill terkontrol/sanitary, maka produk-produk ini dapat diakui sebagai bagian dari solusi pengurangan sampah plastik. Dalam konteks EPR Indonesia, peluang ini semakin terbuka melalui mekanisme pilot project, pengumpulan terpilah, atau insentif biaya kontribusi (eco-modulation fee) yang mendorong adopsi bahan kemasan yang lebih ramah lingkungan.

Konsep Sirkular Ekonomi dari Bioplastik (Biodegradable dan/atau Biobased Bioplastik) dan Sustainable Additive

Dalam kerangka ekonomi sirkular, selain daur ulang mekanik (mechanical recycling), terdapat juga siklus penting yang sering diabaikan, yaitu biological recycling atau organic recycling. Biological recycle merujuk pada proses pengembalian material ke alam melalui degradasi biologis seperti komposasi atau fermentasi, yang mengubah bahan organik menjadi humus atau energi hayati. Produk seperti biodegradable plastik dan sustainable additive dirancang untuk mengikuti jalur ini, di mana materialnya dapat terurai secara hayati melalui aktivitas mikroorganisme di lingkungan terkontrol (misalnya fasilitas kompos industri) atau alami, tanpa meninggalkan residu berbahaya. Konsep ini memperluas makna circular economy—tidak hanya mengandalkan daur ulang fisik, tetapi juga memungkinkan material tertentu untuk “kembali ke tanah” secara aman dan produktif, sejalan dengan prinsip ekologi alami.

Bioplastik memainkan peran penting dalam mendukung ekonomi sirkular karena dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meminimalkan dampak lingkungan dari limbah plastik. Saat ini, bioplastik dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Biobased Bioplastic:

      Bioplastik ini berasal dari sumber daya terbarukan (biobased) seperti tanaman, alga, atau limbah organik. Contohnya adalah PLA (Polylactic Acid) yang dibuat dari pati jagung atau tebu. Meskipun biobased, tidak semua bioplastik ini bersifat biodegradable. Keunggulannya adalah mengurangi emisi karbon karena menggunakan sumber daya terbarukan.

      2. Biodegradable Plastic:

        Bioplastik ini dirancang untuk dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme menjadi air, karbon dioksida (CO₂), dan biomassa. Beberapa biodegradable plastic dibuat dengan menambahkan biodegradable additive ke dalam plastik konvensional, sehingga meningkatkan kemampuan terurainya. Namun, proses penguraiannya memerlukan kondisi tertentu, seperti suhu, kelembapan, dan keberadaan mikroorganisme.

        3. Compostable Plastic:

        Bioplastik ini tidak hanya biodegradable tetapi juga dapat terurai secara penuh dalam fasilitas pengomposan industri, menghasilkan kompos yang aman bagi lingkungan. Compostable plastic harus memenuhi standar tertentu, seperti EN 13432 atau ASTM D6400, untuk memastikan bahwa ia terurai tanpa meninggalkan residu beracun.

        Gambar 1. Konsep ekonomi sirkular dari bioplastik.

        Gambar 2. Siklus Bio Produk Biodegradable/Bioplastik (Sumber: ISO 59004:2024)

        Gambar 3. Alternatif konsep sirkular ekonomi biodegradable plastik dan sustainable additive

        Skenario End-of-Life Bioplastik

        Bioplastik, terutama yang bersifat biodegradable dan compostable, menawarkan beberapa alternatif skenario end-of-life yang mendukung ekonomi sirkular:

        1. Landfill (Tempat Pembuangan Akhir):

          Biodegradasi Aerobik: Dalam lingkungan dengan oksigen, bioplastik terurai menjadi CO₂, air, dan biomassa.

          Biodegradasi Anaerobik: Dalam lingkungan tanpa oksigen, bioplastik terurai menjadi metana (CH₄) dan CO₂. Gas metana dapat ditambang dan dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan baku untuk produksi polimer kembali.

          2. Pengomposan Industri:

            Bioplastik yang compostable dapat diolah di fasilitas pengomposan industri, menghasilkan kompos berkualitas tinggi yang dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk ini kemudian dimanfaatkan untuk menanam tanaman, yang biomassa-nya dapat diolah kembali menjadi bioplastik.

            3. Pengomposan Rumah Tangga:

            Beberapa bioplastik dirancang untuk dapat terurai dalam kondisi pengomposan rumah tangga, meskipun prosesnya lebih lambat dibandingkan pengomposan industri.

            4. Penguraian di Tanah:

            Bioplastik yang biodegradable dapat terurai di tanah, terutama jika didukung oleh kondisi lingkungan yang tepat. Produk penguraiannya, seperti kompos, dapat menyuburkan tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.

            Siklus Ekonomi Sirkular dari Bioplastik

            Dalam ekonomi sirkular, bioplastik menciptakan siklus tertutup yang berkelanjutan:

            1. Produk Penguraian: Bioplastik yang terurai menghasilkan kompos (pupuk), gas metana, gas karbon dioksida.
            2. Pemanfaatan Kompos: Kompos digunakan sebagai pupuk untuk menanam tanaman penghasil biomassa.
            3. Produksi Biomassa: Biomassa dari tanaman diolah kembali menjadi bioplastik.
            4. Pemanfaatan Gas Metana: Gas metana dari penguraian anaerobik dapat digunakan sebagai sumber energi atau bahan baku untuk produksi polimer.
            5. Penyerapan CO₂: CO₂ yang dihasilkan selama penguraian diserap oleh tanaman melalui fotosintesis, menutup siklus karbon.

            Dengan skenario end-of-life yang beragam dan siklus yang tertutup, bioplastik tidak hanya mengurangi limbah plastik tetapi juga mendukung sistem produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan. Ini menjadikan bioplastik sebagai komponen kunci dalam transisi menuju ekonomi sirkular.

            Gambar 4. Skenarin End of Life cari plastik dan bioplastic menjadi Landfill Gas (LFG) (Sumber: Chidambarampadmavathy et al., 2017)

            Kondisi Regulasi EPR di Indonesia Saat Ini

            Pemerintah Indonesia telah mengatur kewajiban pengelolaan sampah melalui Permen LHK No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Regulasi ini menjadi dasar implementasi Extended Producer Responsibility (EPR), di mana produsen diwajibkan menyusun rencana pengurangan sampah, termasuk pengelolaan kemasan pasca-konsumsi.

            Poin utama Permen 75/2019:

            1. Target pengurangan sampah produsen sebesar 30% pada 2029  belum tercapai.
            2. Kewajiban menyusun peta jalan, redesign kemasan, serta mendorong daur ulang.
            3. Kewajiban pelaporan periodik kepada KLHK.

            Kekurangan atau bagian yang belum diatur:

            1. Skema Insentif dan Disinsentif – Belum ada mekanisme eco-modulation fee untuk membedakan kontribusi antara kemasan ramah lingkungan dengan kemasan sulit didaur ulang.
            2. Pengakuan Bahan Alternatif – Belum ada regulasi jelas mengenai posisi bioplastik (biodegradable dan/atau biobased bioplastik) dan sustainable additive dalam sistem EPR.
            3. Standar dan Sertifikasi Nasional – Standar SNI yang mengatur biodegradabilitas, komposabilitas, maupun mekanisme verifikasi ilmiah, belum lengkap.
            4. Peran PRO (Producer Responsibility Organization) – Belum didefinisikan secara detail mekanisme operasional PRO seperti IPRO dalam mendukung kewajiban produsen.
            5. Sistem Pengumpulan dan End-of-Life – Belum jelas jalur pemrosesan khusus untuk kemasan fleksibel atau biodegradable (misalnya kompos industri, landfill terkontrol).
            6. Penegakan Hukum – Mekanisme sanksi bagi produsen yang tidak mematuhi regulasi masih lemah dan belum konsisten.

            Saat ini sedang dilakukan pembahasan untuk merevisi Permen No. 75 Tahun 2019.

            Tantangan Bioplastik Plastik Masuk dalam Skema EPR

            1. Kurangnya standar dan sertifikasi nasional

              Standard, sertifikasi dan laboratorium penguji di Indonesia masih terbatas untuk pengujian produk biodegradable plastik.

              2. Kurangnya pemahaman dari pihak regulator dan PRO

              Regulator maupun PRO belum sepenuhnya memahami peranan biodegradable plastik dan sustainable additive sebagai salah satu solusi dalam penanganan sampah plastik flexible packaging.

              3. Belum ada skema insentif atau modulasi biaya EPR

              Tidak ada kejelasan apakah kemasan biodegradable dapat dikenakan kontribusi EPR yang lebih rendah dibanding plastik konvensional.

              4. Bioplastik tidak bertentangan dengan streamline EPR yang sudah ada saat ini

              Bioplastik dan biodegradable bioplastic bisa mengikuti semua streamline EPR yang saat ini sudah ada, seperti: recycle mekanis (mechanical recycle), waste to energi (RDF), dan komposting, dan landfill (anaerobic).

              Strategi Ringkas Integrasi Biodegradable Plastic dan Additive dalam Skema EPR Indonesia

              1. Penguatan Bukti Ilmiah dan Sertifikasi
              2. Melakukan uji biodegradasi sesuai standar internasional (EN 13432, ASTM D6400, ISO 17088).
              3. Menyusun dokumen Life Cycle Assessment (LCA) sebagai bukti keberlanjutan lingkungan.
              4. Mendapatkan sertifikasi dari lembaga terakreditasi dan/atau mendorong penerbitan standar nasional (SNI) khusus untuk biodegradable plastic.
              5. Pengembangan Sistem End-of-Life
              6. Menjalin kemitraan dengan pemda, pelaku kompos industri, dan pengelola TPA terkontrol untuk uji coba pengumpulan dan pengolahan sampah biodegradable.
              7. Mendorong pembangunan jalur pemrosesan terpisah (kompos, landfill terkontrol) untuk flexible packaging berbasis biodegradable.
              8. Advokasi dan Edukasi kepada Regulator dan PRO
              9. Mengedukasi Kementerian LHK, IPRO, dan PRAISE tentang biodegradable bioplastic dan sustainable additive.
              10. Menyusun policy brief atau position paper untuk memasukkan kategori “alternatif ramah lingkungan” ke dalam modulasi biaya EPR.
              11. Pilot Project dan Kolaborasi Multi-Stakeholder
              12. Menginisiasi proyek percontohan (pilot project) di sektor retail, kuliner, atau pariwisata menggunakan kemasan fleksibel biodegradable.
              13. Kolaborasi dengan perusahaan anggota EPR (anggota IPRO/PRAISE) untuk pengujian dan evaluasi lapangan.
              14. Pelabelan dan Komunikasi Konsumen
              15. Merancang label yang transparan dan informatif sesuai regulasi, misalnya: “Biodegradable dalam kondisi xxx”, “Terurai dalam waktu xx hari”.
              16. Menghindari klaim misleading seperti “100% biodegradable” tanpa kejelasan konteks dan skenario lingkungan.

              Disiapkan oleh: Dr. Isroi – Asosiasi PASTI

              Menggunakan Microsoft Word di HP Smartphone

              Microsoft Word mungkin aplikasi pengolah dokumen paling populer saat ini di komputer PC atau laptop. Kini aplikasi MSnWord juga tersedia di perangkat mobile, smartphone berbasis Android atau iOS. Dengan aplikasi ini membuat dokumen, surat menyurat, laporan, naskah, artikel menjadi lebih mudah dan cepat. Untungnya lagi aplikasi MS Word di smartphone ini gratis.

              Kalau Anda belum memiliki applikasi ini, unduh dan install dulu dari Apple Play Store atau Google Play. Proses intalasinya juga mudah dan nggak ribet.

              Tampilan MS Word di Smartphone sedikit berbeda dengan tampilan di layar komputer. Tampilan menyesuaikan dengan ukuran layarnya. Nggak masalah, cuma perlu membiasakan diri saja. Ada dua tampilan di MS Word versi mobile ini; yaitu: mobile view dan print view atau document view.

              Aplikasi ini sangat bermanfaat untuk profesional yang pekerjaannya lebih banyak menulis, seperti: jurnalis, penulis/author, dan pengajar/dosen. Kita tidak perlu membawa-bawa laptop yang berukuran besar untuk menulis dan menuangkan ide-ide, cukup dengan HP smartphone yang bisa digenggam.

              MS Word versi mobile ini biasanya saya pakai untuk menuliskan ide-ide awal tulisan. Saya lebih suka pakai tampilan mobile view, karena lebih simple dan lebih jelas. Yang paling penting menulis dulu, format huruf, tulisan dan kertas (page) urusan nanti.

              Setelah isi tulisan selesai, baru kita melakukan koreksi terhadap tulisan itu. Biasanya ada saja salah ketik atau salah ejaan. Editing semacam ini cukup mudah dilakukan dengan MS Word mobile. Setelah editing tulisan selesai, baru beralih pada format text, paragraf dan page/halaman. Kita bisa mengatur jarak baris, jenis font, ukuran font, spasi, batas pinggir, nomor halaman, header, footer, dll.
              Bahkan di MS Word versi mobile kita juga bisa menambahkan table dan gambar/foto. Canggih lah.

              Silahkan mencoba. Semoga bermanfaat.

              KEEFEKTIFAN BEBERAPA DEKOMPOSER UNTUK PENGOMPLOSAN LIMBAH SLUDGE PABRIK KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK

              KEEFEKTIFAN BEBERAPA DEKOMPOSER UNTUK PENGOMPLOSAN LIMBAH SLUDGE PABRIK KERTAS SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK ORGANIK

              Abstrak
              Sludge, a solid waste by-product of paper industry, is very useful as raw materials for organic fertilizer, since this material contains carbon, and others mineral such as nitrogen, phosphorus, and pottasium. This researh evaluated 128 treatments which is combination of32 decomposers and four types of media. Thirty two decomposer are combination of 5 selected isolates i.e. omphalina sp., agrayli sp., pholyota sp., T. Pseudokoningii, and unidentified fungsi isolated from basal stem of coconut, while four types of media were sludge, sludge +cocopit, sludge+manure, sludge+cocopit+manure. composting of sludge was conducted in bag log containing 0.5 kg dry weight of sludge. Optimim condition of composting of sludge was obtained by supplementing with manure in combination with the composer (Polyota sp. And mixture of omphalina sp.+agraylie sp.+ unidentfiied fungsi isolated from basal stem of coconut). This condition can enchaane the rate of composting process, showed by reducing dry weight of compost and C concentration, and the highest percentage of carbon reducing. Application of this organic fertilizer increase the growth, N and P

              Mengedit Format Sitasi untuk Digunakan di Mendeley

              Mendeley adalah salah satu aplikasi manajemen daftar pustaka yang saat ini paling sering saya gunakan. Aplikasi ini tidak kalah dengan aplikasi sejenis yang berbayar, seperti: Endnote. Nah, saya satu yang permasalahan yang sering muncul adalah menyesuaikan format sitasi dengan format baku yang digunakan dalam penulisan pustaka di jurnal tertentu. Ternyata mengedit sitasi untuk digunakan di Mendeley tidaklah sulit.

              Ada beberapa saran saya sebelum Anda melanjutkan ke langkah-langkah berikutnya. Pertana, Anda sudah menginstall Mendeley Dekstop di komputer yang Anda gunakan. Silahkan kunjungi website resmi Mendeley untuk mendownload file installer yang sersuai dengan OS yang anda Gunakan: Mendeley. Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah membuat akun Mendeley. Caranya sangat mudah. Kunjungi website https://www.mendeley.com/ dan klik menu Registration atau login. Ikuti panduan langkah-langkahnya. Membuat akun ini penting, agar kita bisa singkronisasi antara database di komputer dengan database on-line akun kita. Demikian juga untuk style-style sitasi yang kita gunakan.

              Setiap jurnal ilmiah atau publikasi ilmiah memiliki aturan penulisan sitasi dan daftar pusataka yang baku. Akan lebih mudah bagi kita untuk mengikuti panduan ini jika disebutkan juga naman format penulisan sitasi ini yang baku yang digunakan oleh jurnal-jurnal besar di dunia. Misalnya: APA, Havard, dan lain-lain. Permasalahan timbul jika jurnal ilmiah tidak menyebutkan nama formatnya atau memiliki aturan penulisan sendiri yang sedikit berbeda dengan aturan format yang standard. Misalnya saja, setelah nama di dalam daftar pustaka tidak boleh diberi tanda koma atau tanda titik. Tanda koma digunakan hanya untuk antar author/penulis.

              Yang biasa saya lakukan adalah mencari format sitasi/penulisan daftar pustaka yang paling mirip dengan aturan penulisan dari jurnal ilmiah yang sedang kita tulis. Setelah itu, cermati perbedaan-perbedaan detail. Biasanya perbedaan ini tidak banyak dan hanya berupa penambahan atau pengurangan tanda baca saja.

              Mendeley menggunakan Citation Style Language (CSL) untuk mengedit format penulisan sitasi dan daftar pustaka. Cara mengeditnya memang perlu ketekunan. Tidak sulit, hanya perlu tekun saja. Kalau Anda pernah belajar HTML dan CSS mungkin agak sedikit mudah memahami aturan untu mengedit format sitasi ini. Berikut ini beberapa langkah yang biasa saya lakukan untuk mengedit foramt aturan penulisan sitasi dan daftar pustaka.

              Pertama. Kunjungi website CSL https://csl.mendeley.com/. Kemudian cari format penulisan yang paling mendekati dengan aturan penulisan yang akan kita gunakan. Untuk mencarinya Anda bisa menggunakan dua macam cara: 1) pertama dengan menguliskan nama format standardnya atau 2) menggunakan contoh penulisan sitasi/daftar pustaka.

              Kedua, klik menu atau tombol Edit yang ada di bagian bawah nama sitasi tersebut. Untuk bisa mengedit anda perlu login terlebih dahulu ke Mendeley. Silahkan login dulu.

              Halaman untuk Visual CSL Editor terbagi menjadi tiga jendela. Kolom kiri adalah daftar fungsi-fungsi atau macro untuk mengatur tampilan sitasi dan daftar pustaka. Bagian kanan atas adalah contoh tampilan dari sitasi atau daftar pustaka. Jendela kanan bawah adalah informasi dari fungsi-fungsi itu.

              Kalau Anda bingung, cobalah klik salah satu bagian di jendela contoh (Example Citation). Bagian yang aktif akan mengantarkan pada kita fungsi-fungsi mana yang mengatur tampilan ini. Di bagian inilah kita akan mengeditnya. Coba telusuri bagian-bagian itu dan perhatikan perubahan-perubahan pada jendela yang lain. Dengan mencoba-coba ini, Anda akan dengan cepat memahami bagaimana cara mengedit sitasi dengan Visual CSL Editor ini.

              Selamat mencoba.

              Mengedit Style Sitasi dan Daftar Pusataka pada Mendeley

              Applikasi Mendeley sangat membantu dalam manajemen sitasi untuk penulisan ilmiah. Kadang-kadang kita perlu menyesuaikan gaya (style) penulisan sitasi maupun daftar pustaka dengan style yang digunakan dalam publikasi ilmiah tersebut. Mengedit sitasi memang tidak semudah menuliskan langsung ke dokumennya.

              Ada beberapa cara untuk mengedit sitasi, bisa diedit secara langsung dengan Notepad atau dengan menggunakan visual editor di website-nya Mendeley. Saya lebih suka menggunakan visual editor on-line. Berikut ini langkah-langkah yang saya lakukan ketika mencari dan mengedit style di Mendeley.

              1. Cari style yang paling mirip dan sesuai dengan style yang akan kita pakai. Ada banyak sekali pilihan style. Jadi saya lakukan pencarian style dulu sebelum mengeditnya.

              2. Jika masih ditemukan ketidak sesuaikan. Misalnya, huruf nama harus miring atau dicetak tebal, jumlah nama di dalam sitasi, dll, baru kita lakukan pengedita style. Tandai bagian-bagian yang perlu di edit ini.

              3. Login ke website Mendeley.com atau langsung ke Visual Editor Mendeley.

              Di visual editor ini ada banyak pilihan untuk mengatur sitasi dan daftar pustaka. Awalnya mungkin terlihat membingungkan, namun sebenarnya sangat mudah. Ada dua kelompok utama: inline citation dan bibliography. Silahkan coba di-klik di menu yang tersedia dan lihat pilihan-pilihannya.

              Selamat menggunakan Mendeley.

              Review terbaru tentang kinetika enzim selulase pada substrat lignoselulosa

              Peranan enzim selulase saat ini sangat penting, terutama untuk pemanfaatan biomassa lignoselulosa. Proses hidrolisis biomassa lignoselulosa menggunakan enzim selulase. Artikel ini merupakan artikel terbaru dan sangat menarik. Semoga bermanfaat.