Tag Archives: gula

Kisah-kisah di ArasoE: Mahasiswi Kesurupan di Lerang


Sejak bulan puasa yang lalu saya ditugaskan di Kab. Bone. Pertama kali di Camming dan kemudian di ArasoE. Ada banyak kisah-kisah menarik yang ingin saya ceritakan di sini. Saya kisahkan di sini agar menjadi kenangan yang tak terlupakan. Semoga kisah-kisah ini juga bermanfaat untuk pengunjung blog ini. Selamat membaca.


Dua Mahasiswi Kesurupan di Lerang

Awal bulan Agustus ini ada sepuluh mahasiswa politan Pangkep yang magang. Enam orang perempuan dan empat orang laki-laki. Mereka magang selama kurang lebih tiga bulan di PG Bone ArasoE (PGB). Selama magang mereka di bawah bimbingan dari Risbang PGB. Orang Risbang yang menentukan aktivitas harian mereka. Kadang-kadang mereka di pengolahan lahan, kadang-kadang di pembibitan, kadang-kadang di penanaman atau di pemeliharaan tanaman.

Beberapa hari ini mereka diminta membantu penanaman KBI (Kebun Bibit Induk) oleh Pak SKW Risbang (SKW = Sinder Kebun Wilayah). Lokasi penanamannya di kebun Lerang 1. Kebun Lerang letaknya di wilayah desa Lerang. Posisinya agak di pinggir kebun dan berbatasan dengan lahan warga. Kebun ini dibatasi oleh sungai kecil dan banyak pohon-pohon rindang di pingir kebun ini. 

Mahasiswa magang ini membantu sejak mulai potong bibit sampai tanamnya. Kebetulan pada saat ini tenaga tebang dan tanam sedang sulit, jadi mereka yang membantu Risbang untuk penanaman KBI ini. Bibit diambil dari kebun bibit milik risbang yang ada di depan kantor Peltek (Pelayanan Teknis). Bibit diangkut dengan mobil pick up risbang yang sudah tua. Dan mahasiswa ini juga ikut naik di mobil pick up ini.

Bibit diturunkan di pinggir kebun, di bawah pohon-pohon yang rindang. Di sini teman-teman berkumpul. Beberapa ibu-ibu buruh tanam sudah menunggu di situ. Bak kayu berukuran 2m x 1m sudah disiapkan. Bak ini untuk merendam bibit dengan biostimulan Sucrosin. Namun air untuk merendamnya belum datang. Jadi mereka menunggu di bawah pohon sambil bercanda-canda.

Jam menunjukkan jam 9.30 lewat. Angin bertiup sepoi-sepoi membuat mata jadi berat dan rasanya pingin tiduran saja. Ada dua orang mahasiswi yang tiduran di atas tumpukan bibit. Mereka tampak terlelap dan tidak menghiraukan suara ribut teman-temannya yang bercanda. 

Penanaman bibit pun di mulai. Mereka tetap tiduran. Teman-temannya membiarkan saja mereka tidur. Soalnya, mereka tidur lelap sekali. Kasihan. Mungkin kecapaian.

Cuaca terik sekali di kebun. Panas menyengat. Maklum, ArasoE dekat dengan pantai dan tingginya hanya beberapa puluh dpl saja. Tapi suasana di bawah pohon memang teduh, dingin dan angin berhempus pelan. Dua orang mahasiswi itu tetap saja tertidur. 

Sampai akhirnya setelah matahari telah bergeser dari ubun-ubun kepala, mereka bersiap-siap untuk istirahat pulang. Mahasiswi itu dibangunkan temannya dan dipapah ke atas mobil pick up. Mereka berjalan gontai dan melanjutkan istirahatnya di atas mobil. 

Jalan kebun nggak rata, jalan tanah yang dikeraskan dengan batu-batu kali. Meski mobil terguncang-guncang dengan keras, dua orang mahasiswi ini masih melanjutkan istirahatnya. Sepertinya mereka kecapaian sekali. Jarak antara kebun ke mess lumayan jauh, 30 menit perjalanan. 

Sampai di rumah. Mereka tetap saja masih mengantuk. Matanya berat dan mereka mengelosor di lantai kamar. Cuaca memang panas banget. Lebih nyaman tidur di lantai yang pakai alas plastik. Mereka berdua melanjutkan mimpinya yang terputus tadi. Teman-temannya membiarkan saja mereka tidur. Teman-temannya ada yang makan dan sholat. 

Sampai menjelang asar mereka tetap belum makan dan belum sholat. Teman-temannya mulai curiga. Lalu, mereka membangunkan dua orang ini.

Continue reading

Stevia: Pemanis Organik Alami yang Rendah Kalori

daun stevia pemanis alami

Daun stevia pemanis organik alami yang aman untuk penderita diabetes

Tulisan lain tentang stevia klik di STEVIA

Meningkatnya penderita diabetes melitus (diabet) atau kencing manis membuat banyak orang yang takut dengan gula, namun masih tetap ingin makan/minum dengan yang ‘manis-manis’. Karena itu kemudian banyak beredar gula alami yang rendah kalori, seperti produk yang dibuat dari gula jagung. Sebenarnya di Indonesia sudah ada tanaman yang menghasilkan pemanis alami dan sangat rendah kalori, yiatu: stevia.

Nama latinnya adalah Stevia rebaudiana Bertoni M. Tanaman Stevia berasal dari distrik Amambai dan Iguaqu, yaitu daerah perbatasan Paraguay-Brasil-Argentina di Amerika Selatan. Nama lokalnya adalah Caa-he-he, Caa-enhem atau Kaa he-e. Tanaman ini mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 60-an. Kala itu stevia sudah mulai dibudidayakan namun sayangnya kurang diterima oleh pasar dalam negeri. Karena stevia jaman dulu masih ada rasa langu dan sepet-nya. Pamor stevia sebagai pemanis alami redup lagi. Sekarang, orang mulai mencari lagi pemanis-pemanis organik yang alami yang rendah kalori dan aman untuk penderita diabet maupun orang-orang yang khawatir dengan penyakit kencing manis.

Rasa manis dari stevia berasal dari kandungan steviosida dan Rebaudosiosida-A. Rasa manisnya 200-300 kali sukrosa (gula pasir). Jadi kalau kita biasa minum teh dengan satu sendok teh penuh gula, dengan stevia cukup seujung sendok teh. Hebatnya lagi, stevia tidak/sangat rendah kandungan kalorinya. Stevia populer di daerah asalnya sebagai pemanis alami. Di Jepang, Korea, dan Taiwan steviosida sudah umum dipakai.

Continue reading

Ide menarik pemanfaatan seresah tebu untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah

panen tebu bahan organik seresah

Panen tebu menyisakan bahan organik yang melimpah (Sumber

Manfaat pupuk organik padat, seperti: kompos, pupuk kandang, dll, sudah tidak diragukan lagi. Berbagai penelitian di seluruh penjuru dunia sudah membuktikan pengaruh positif dari pemberian bahan organik bagi produktivitas tanaman maupun perbaikan sifat fisik dan kimia tanah. Namun, penyediaan pupuk organik tidak lah selalu mudah. Salah satunya di lahan tebu.

Sumber bahan organik dari perkebunan tebu banyak sekali, seperti: seresah, sisa klethekan, blotong, dan abu ketel. Blotong dan abu ketel sudah banyak dimanfaatkan untuk pupuk organik oleh beberapa produsen pupuk organik. Nah, yang belum banyak dimanfaatkan dan seringkali cuma dibakar saja adalah seresah tebu. Seresah ini bisa berupa seresah sisa kletekkan dan seresah sisa panen tebu.

Saya pernah melakukan penelitian cukup intensif untuk mengkomposkan seresah tebu. Namun, hasilnya boleh dikatakan ‘gatot’ alias gagal total. Permasalahannya bukan karena seresah tebu susah dikomposkan atau Promi tidak manjur untuk seresah tebu, akan tetapi permasalahannya adalah ketersediaan air yang cukup untuk proses pengomposan seresah tebu. Proses pengomposan mutlak memerlukan kelembaban yang cukup, kurang lebih 60-70%. Jika kadar airnya kurang, proses pengomposan akan terhambat atau bahkan tidak berhasil sama sekali.

Saya pernah mencoba berbagai cara, ditaruh di atas permukaan tanah dengan ditutup plastik/terpal. Pernah juga mencoba dengan membuat lubang di dalam tanah. Pernah dicoba membuat rorakan. Tetap saja seresahnya sulit menjadi kompos. Ketika tumpukan seresah dibuka, terlihat masih utuh dan kering kerontang. Gagal.

Namun, saya mendapatkan cerita menarik untuk pemanfaatan seresah tebu oleh petani. Ceritanya ada teman yang bekerja sebagai pabrik gula di daerah Kediri, Jawa Timur. Ada seorang petani di daerah sana yang mencoba untuk memanfaatkan seresah ini sebagai pupuk organik. Caranya masih sederhana, tetapi menurut cerita dia hasilnya sudah mulai terlihat.

Caranya adalah dengan membuat rorakan di sepanjang sela barisan tanaman tebu. Sereah sisa kletekkan dimasukkan ke dalam rorakan tersebut. Ketika panen, seresah-seresah juga dimasukkan ke dalam rorakan ini. Ketika saatnya ‘pedot oyot’, rorakan ini akan tertutup dengan tanah. Seresah ini memang tidak segera menjadi kompos, maklum kondisinya kering. Proses pelapukan sereah berlangsung cukup lama, mungkin hingga musim tanam berikutnya. Untungnya, kondisi tanah di daerah tersebut cukup lembab. Jadi meskipun kering, tetapi tidak kering sekali.

Hasilnya baru terlihat di musim tanam berikutnya. Setelah beberapa kali melakukan praktek ini, tanaman tebu yang ditanam tumbuh bagus, kuantitinya meningkat, rendemennya juga meningkat. Vigor tanamannya bagus.

Belum ada studi ilmiah tentang ini, namun ‘kearifan lokal’ ini bisa menjadi faktor pendorong pemanfaatan seresah tebu sebagai pupuk organik. Petani tebu bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia, sekaligus meningkatkan produktivitas tanamannya.

Membuat ‘Bensin’ Sendiri Yuk…..!!!!

Subsidi BBM, terutama untuk bensin (Premium) sudah sangat tinggi (mungkin karena banyak juga yang diselewngkan ya….???). Pemerintah untuk kesekian kalinya berencana menaikkan harga bensin lagi. Padahal bensin sudah menjadi seperti ‘kebutuhan hajat hidup orang banyak’. Kalau bensin naik, hampir dipastikan biaya hidup akan naik pesat. Tapi, jangan keburu panik, dengan sedikit usaha Anda bisa juga kok membuat’bensin’ sendiri.

Baca juga: Membuat Bensin dari Sampah Plastik

‘Bensin’ yang saya maksud di sini adalah bioetanol yang bisa dicampurkan ke dalam bensin dengan rasio pencampuran 1:9 atau 2:8. Bioetanol ini bisa dibuat sendiri. Proses pembuatannya relatif mudah dan bisa menggunakan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita. Banyak bahan yang bisa dipakai untuk membuat bioetanol, tetapi saya lebih suka menyarankan untuk membuat dari bahan-bahan sisa alias limbah.

Download panduannya di link ini: Membuat Bioetanol Sendiri.
Artikel lain tentang bioetanol: Bioetanol.

Bahan yang bisa digunakan untuk membuat bioetanol adalah bahan yang mengandung gula alias manis. Prinsipnya bahan yang manis bisa diolah menjadi bioetanol. Bahan-bahan itu seperti; gula pasir, gula jawa, tetes tebu, nira kelapa, nira aren, sisa minuman, sisa buah-buahan yang manis, dan bahan-bahan lainnya.

Proses pembuatan bioetanol dari gula pasir, tetes, atau buah-buahan bisa dilihat di posting lain: gula pasir, tetes tebu, buah-buahan yang manis.

Peralatan yang dibutuhkan:
fermentor sederhana (bisa dibuat dari galon atau drum plastik).
distilator
– kompor/pemanas

Bahan-bahan:
– Urea dan NPK
– yeas atau ragi roti
– bahan baku utama (sisa minuman, sisa buah-buah, atau yang lainnya).

Caranya sederhana.
Continue reading

Membuat Bioetanol dari Gula Pasir


Jika anda kesulitasn mendapatkan tetes/molasses, bioetanol dapat juga dibuat dengan menggunakan gula pasir. Proses pembuatan bioetanol dari gula pasir pada prinsipnya sama dengan pembuatan bioetanol dari tetes tebu (lihat di sini). Yang perlu diperhatikan adalah kadar gulanya kurang lebih 14%. Jadi untuk setiap 1 kg gula pasir dapat ditambahkan kurang lebih 7.1 liter air.
Bahan-bahan lain yang bisa dibuat bioetanol antara lain adalah: nira tebu (air perasan tebu), nira sorgum manis (air perasan batang sorgum manis), nira kelapa (badeg), nira aren, madu, dan lain-lain.


DOWNLOAD BIOETHANOL

Silahkan didownload resources yang mungkin Anda perlukan juga:

Daftar bahan lain yang bisa didownload:
Download Di Sini
Cara mendownload: Klik dua kali pada link yang akan didownload. Kemudian ikuti perintah selanjutnya. Kalau ada iklan yang muncul, klik aja iklannya atau langsung ke SKIP ADD yang ada di pojok kanan atas.

Handbook on Bioethanol: Production and utilization
bioethanol ebook download free gratis percuma

Biofuel for Transportation
bioethanol ebook download free gratis percuma

Panduan Membuat Distilator
bioethanol ebook download free gratis percuma

Membuat Bioetanol dari Tetes

Cara paling mudah membuat bioetanol adalah dengan bahan yang banyak mengandung gula, contohnya adalah tetes tebu atau molases. Tetes tebu merupakan produk samping dari pabrik tebu yang memiliki kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan bioetanol dari tetes tebu hanya melewati dua tahap utama saja.
Tahapan Bioethanol dari Tetes
Gambar 1. Tahapah utama pembuatan bioetanol dari tetes tebu
Continue reading