Tag Archives: lignocellulose

CHANGES IN LIGNOCELULLOSIC CONTENTS OF OIL PALM EMPTY FRUIT BUNCHES PRETREATED WITH WHITE-ROT FUNGI

Download file presentasi (format ppsx – MS PP 2007): Biological Pretreatment

Gambar Model Lignoselulosa

Ketika surfing di internet nemu beberapa gambar model lignoselulosa. Gambar model ini cukup membantu pemahaman tentang lignoselulosa. Saya tampilkan gambar-gambar ini dari web aslinya.

lignocellulose development
http://pubs.acs.org/cen/coverstory/86/8649cover2.html

model struktur lignocellulose
http://www.scistyle.com/portfolio.html
Warna hijau adalah lignin dan biru adalah serat selulosa

model lignoselullosa
http://cmb.ornl.gov/research/recalcitrance
Figure: Atomic-detailed model of lignin (brown) coating a cellulose microfibril (green) inside a water box.

pretreatment lignocellulosa


Referensi yang berkaitan:
cellulosic cell wall
Posted from WordPress for Android

Greatness of White-rot Fungi

JPP cawan

Phanerochaete chrysosporium

One of the distinction of white-rot fungi (WRF) is ability to degrade lignin completely into CO2 and H2O. This capability not possessed by other microorganisms. Experiments in the laboratory that reported in scientific scientific journals prove this evidences.

JPP has enzymes that can degrade lignin, ie: laccase, lignin peroxidase and manganese peroxidase. These enzymes are a very strong oxidant. This enzyme can break down lignin. As we know that lignin is a very complex macromolecules and very strong protector. Lignin are a protective compound, which is very strong and very resistant.

This unique ability of WRF could be use for many proposes. For examples, WRF used to degrade organic matter that high lignin content, lignocellulose biomass. Recently, WRF are developed for biopulping, biobleaching, and degrade pollutants.

Continue reading

Pustaka

Mencari pustaka di Indonesia susah-susah gampang. Bagi mahasiswa atau peneliti seperti aku ini pustaka sangat penting artinya. Oleh karena itu aku selalu berusaha mencari pustaka selengkap-lengkapnya ketika melakukan penelitian. Penelitianku beberapa waktu ini terkait dengan kompos, lignoselulosa, biopulping, fungi pelapuk putih, bioethanol, dan biodiesel. Aku kumpulkan literature tentang topik tersebut. Daftarnya aku tampilkan di bawah ini. Masih ada banyak lagi literature yang belum sempat aku buatkan daftarnya, topiknya terkait dengan: pelarut fosfat, dan biofertilizer. Jika dikumpulkan literature yang belum sempat aku tulis ini ada sekitar 1000 halaman. Aku harap daftar ini membantu rekan-rekan mahasiswa/peneliti yang membutuhkan. Silahkan hubungi saya di (isroi93@gmail.com).

A., A. F., & Wearne, R. H. (1992). Chemical cellulose from Eucalyptus Regnans wood by autohydrolysis-explosion-extraction. Carbohydrate Polymers
, 17, 103-110.

Continue reading

Poster IBC

White-rot Fungi Pretreatment Enhanced Dilute-acid Hydrolysis of Oil Palm Empty Fruit Bunches

Isroi, I. Kresnawati, S. Ropikoh, D. Santoso, Siswanto

Indonesian Biotechnology Research Institute for Estate Crops, Jl Taman Kencana 1, Bogor 16151, Indonesia

Poster presented in The 4th Indonesia Biotechnology Conference, IPB International Convention Center, Bogor, 5 – 7th August 2008

Abstract

Oil palm empty fruit bunches (OPEFB) is lignocellulosic waste from palm oil mills. It is a potential source for second generation of bioethanol. As others lignocellulosic biomass, OPEFB has limited its accessibility to be hydrolyzed by acid or enzyme. Pretreatment of the material prior to acid hydrolysis is essential to obtain high overall yields of sugar and ethanol. This study investigated microbial pretreatment of OPEFB by solid state cultivation (SSC) using white-rot fungi. The fungi were cultivated over OPEFB by SSC for 30 days. After pretreatment 0PEFB were than milled to reduce size and remove mycelia. Dilute-acid hydrolysis was performed at 120oC, several different of acid concentrations (0, 1, 2.5, and 5 % H2SO4), substrate concentrations (10%, 20%, and 30%), and durations (15, 30, 45, and 60 min). Acid concentration affected yield of reducing sugars. The highest yield of reducing sugar was 34 g/l, which was obtained from the 2.5% H2SO4 hydrolysis. Increasing substrate concentration (10% to 30%) would increase reducing sugar yields to 25.4, 38.9, and 52. 4 g/l respectively. At the 120oC hydrolysis, the incubation time tested did not effect to the yield of reducing sugar. In addition, a hydrolysis experiment performed in a mini digester at 160oC for 60 min, 0.5% H2SO4 and 25% substrate concentration, the pretreated OPEFB indicated to produce higher yield of reducing sugar (52.8 g/l) compared to untreated control of OPEFB (37.5 g/l).

 
 

Key words: microbial pretreatment, lignocellulosic biomass, reducing sugar.

 

     

PRETREATMENT

Riset yang dilakukan selama 20 tahun terakhir telah berhasil menurunkan biaya pembuatan etanol selulosa dari $4.00/gal menjadi $1.20 – 1.50/gal. Pretreatment menyumbang peranan utama dalam mengurangi biaya produksi dan keseluruhan performa sistem bioproses, serta memainkan peranan penting untuk mendapatkan hasil yang ekonomis (Yang & Wayman, 2007).
Continue reading

Karakteristik Lignoselulosa sebagai Bahan Baku Bioetanol Bagian 2

Salah satu aspek penting pemanfaatan biomassa lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol adalah pemahaman terhadap struktur seluler biomassa lignoselulosa. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat struktur bimassa melalui analisis foto dari hasil pemotretan dengan mikroskop elektron. Penelitian ini bertujuan untuk memahami organisasi alami dan struktur polymer yang mempengaruhi hasil pretreatment biologi, kimia, hidrolisis asam, dan hidrolisis oleh enzim.

Continue reading

Karakteristik Lignoselulosa sebagai Bahan Baku Bioetanol

Biomassa lignoselulosa sebagian besar terdiri dari campuran polymer karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa), lignin, ekstraktif, dan abu. Kadang-kadang disebutkan holoselulosa, istilah ini digunakan untuk menyebutkan total karbohidrat yang dikandung di dalam biomassa dan meliputi selulosa dan hemiselulosa.


Baca juga:
Menghitung potensi bioetanol dari TKKS
Sirup gula dari TKKS
Kalkulator ethanol digital


Selulosa

Selulosa adalah polymer glukosa (hanya glukosa) yang tidak bercabang. Bentuk polymer ini memungkinkan selulosa saling menumpuk/terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan di dalam polymer, disebut dengan derajat polymerisasi. Derajat polymerase selulosa tergantung pada jenis tanaman dan umumnya dalam kisaran 2000 – 27000 unit glucan. Selulosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dengan menggunakan asam atau enzim. Selanjutnya glukosa yang dihasilkan dapat difermentasi menjadi etanol.
Continue reading

Bertemu dengan Prof. Mohammad J. Taherzadeh Ahli Bioethanol Kaliber Dunia

Hari Kamis, 20 Maret 2008, merupakan hari istimewa bagiku. Hari ini aku berkesempatan bertemu dengan Prof. Mohammmad, salah satu ahli bioethanol kaliber dunia (klik di link ini). Awalnya dimulai dari keterterikanku dengan bioethanol dari lignoselulosa atau lebih dikenal dengan cellulosic ethanol. Aku mencari-cari literatur di internet dan aku temukan banyak sekali artikel ilmiah tentang bioethanol. Tidak kurang dari 360 jurnal ilmiah aku dapatkan. Aku baca-baca artikel tersebut satu per satu setiap ada kesempatan membacanya. Ada yang sangat menarik bagiku, yaitu banyak sekali artikel yang mencantumkan nama author yang sama yaitu Mohammad J. Taherzadeh. Baik yang ditulis sendiri, sebagai main author, co author, maupuan corresponding author. Jika Anda tertarik juga silahkan cari di Google Scholarship dengan kata kunci Taherzadeh ethanol lignocellulose. Dalam pencarianku ini aku mendapatkan bahwa Prof. Mohammad adalah salah satu peneliti ethanol yang secara intensif meneliti sejak 15 tahun yang lalu. Banyak sekali hasil-hasil penelitian beliau yang sudah dihasilkan. Salah satu yang penting adalah tentang penemuan fungi untuk memfermentasi gula C5 menjadi ethanol.

Continue reading

Potensi Bioethanol dari Biomassa Lignoselulosa

Limbah lignoselulosa memiliki potensi besar sebagai bahan baku bioethanol. Sebagai contoh dari 1 ha sawah dapat diproduksi sebesar 766 hingga 1.148 liter bioethanol. Jika harga ethanol sekarang adalah Rp. 5.500,- maka nilainya adalah Rp. 4,210 juta hingga Rp. 6,316 juta. Jumlah yang tidak sedikit.

Ethanol dari Jerami Padi

Jerami padi mengandung kurang lebih 39% sellulosa dan 27,5% hemiselullosa. Kedua bahan polysakarida ini dapat dihidrolisis menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat difermentasi menjadi ethanol. Potensi produksi jerami padi per ha kurang lebih 10 – 15 ton, jerami basah dengan kadar air kurang lebih 60%. Jika seluruh jerami per ha ini diolah menjadi ethanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih 766 hingga 1,148 liter/ha FGE (perhitungan ada di lampiran). Dengan asumsi harga ethanol fuel grade sekarang adalah Rp. 5500,- (harga dari pertamina), maka nilai ekonominya kurang lebih Rp. 4,210,765 hingga 6,316,148 /ha. Lumayan besar juga.

Continue reading