Yulianto: Bertemu lagi setelah dua puluh tahun

image

Namanya Yulianto. Dua puluh tahun lalu, ketika dia masih smp, dengan empat orang temannya, Yuli sering tidur di kamarku yang berada di belakang mihrob Fatimatuzzahra. Kini Yuli sudah dewasa dan sedang menunggu anaknya yang akan lahir.

Waktu itu masjid Fatimatuzzahra baru saja di bangun, sekitar tahun 1994. Belakang masjid ada rumah papan bekas tempat penyimpanan material bangunan. Di belakang gubuk itu ada jalan, jl H. Madrani. Kamar saya di belakang mihron sisi kiri. Jadi dekat sekali dengan gubuk dan jalan itu.

Sekitar masjid masih banyak sawah dan lahan kosong. Suasana masih sepi.  Dan rawan.

Kami berdelapan, mahasiswa penghuni masjid, biasanya menaruh sepatu dan barang2 kami di bawah tangga di depan kamar saya. Kami kadang-kadang kesal dan jengkel. Beberapa kaki sepatu dan sendal penghuni masjid atau orang2 yang berkunjung ke masjid hilang. Pernah juga ada uang teman2 yang hilang. Tidak ketahuan siapa yang mengambil barang2 itu.


image

Masjid Fatimatuzzahra difoto sekitar tahun 1996an

Di belakang masjid kadang2 ada beberapa anak remaja, usia anak smp yang nongkrong di dekat gubug. Saya curiga dengan anak2 ini. Kadang2 anak2 ini juga membuat gaduh dengan melempar masjid dengan kerikil. Mungkinkah mereka yang mengambil barang2 di masjid. Saya mengintai mereka dari balik kantor DKM yang kacanya hitam. Jadi saya bisa mengawasi mereka, tetapi mereka tidak bisa mengawasi saya.

Selang beberapa lama, saya coba ajak mereka bicara. Daripada mereka membuat keributan di sekitar masjid mendingan saya ajak sekalian aktif di masjid, pikir saya. Saya tanya siapa namanya, tinggal di mana, sekolah di mana. Pendekatan saya cukup berhasil. Mereka mau bicara.

Lambat laun kami semakin akrab. Hampir setiap sore mereka main ke masjid. Mereka saya kumpulkan dan saya ajari mengaji. Mereka sering tanya macam2, termasuk pelajaran2 di sekolah.

Bahkan mereka sering tidur di kamarku. Kamarku yang sempit itu jadi kamar bersama. Nama2 mereka yang masih saya ingat; Yuli, Yogi, dan Icuk. Yg dua lagi saya lupa namanya.

Kata orang2 kampung, mereka anak berandalan. Tapi menurut saya mereka anak yang aslinya baik. Mungkin karena kurang perhatian orang tua dan salah pergaulan mereka menjadi ‘sedikit’ berandalan. Mereka nurut kalau saya nasehati dan terbuka dengan saya. Sayang saya tidak bisa lama mendampingi mereka.

Beberapa tahun kemudian, ketika saya ke Purwokerto saya ketemu dengan Yogi di jalan. Dia tampak malu dan menghindar ketika ketemu saya. Tapi saya panggil dia. Dari tampilannya saya tahu, dia kembali ke ‘dunia lamanya’.

Hari ini saya ketemu lagi dengan Yuli di masjid. Dua puluh tahun kemudian. Dia sudah kerja di sebuah sekolah. Sudah menikah dan sedang menunggu kelahiran anak pertamanya. Saya menanyakan kabar teman2nya dulu. Katanya Icuk kerja jadi TKI di Malaysia. Teman2 yang lain tidak tahu kabarnya lagi.

Meskipun tidak semua anak2 ini ‘selamat’, namun saya tetap mendoakan mereka agar menjadi orang2 yang baik. Saya ingin kembali bertemu dengan mereka dengan suasana yang berbeda. Saya ingin bertemu dengan mereka sambil tersenyum riang. Saya ingin mereka mengenalkan keluarga dan anak2 mereka yang cantik2 dan ganteng2. Saya ingin mereka bangga menceritakan kisah2 hidup mereka kepada saya.

Semoga.

4 responses to “Yulianto: Bertemu lagi setelah dua puluh tahun

  1. Mengharukan, . . Cerita Pak Isroi selalu penuh kenangan dan sarat makna.

    Ikut mengamini saja atas do’a yg Pak Isroi panjatkan. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin. .

  2. Subhanalloh mas Isroi 🙂 Oya kalau ke BBogor saya boleh mampir mas.

    Dari adik PESMA MAFAZA

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s