Tag Archives: PROMI

Menanam Cabai dengan Kompos Promi dari Limbah Singkong

kompos promi cabai

Tanaman cabai yang dipupuk dengan kompos Promi di Lampung

Kompos Promi ini digunakan untuk menanam cabai. Pak Waluyo selalu mengirimkan kabar terbaru tentang kondisi tanaman cabainya yang sehat. Memang sekarang belum memasuki masa panen. Tanaman cabainya terlihat subur, sehat, hijau dan segar-segar.

Salah satu bahan aktif dari Promi ini adalah Trichoderma sp. Kapang ini dikenal sebagai salah satu pengendali penyakit tular tanah. Saya sendiri belum pernah mencobanya. Petani-petani seperti Pak Waluyo ini yang mencobanya sendiri. Ternyata, aplikasi Promi bisa menghindarkan serangan penyakit tular tanah pada tanaman cabai. Bahkan salah seorang petani cabai di Pengalengan, Bandung, menceritakan jika tanaman cagainya yang hampir mati terkenal layu bakteri bisa sembuh kembali setelah diberi Promi.

Tulisan ini akan saya update terus dengan kabar-kabar terbaru dari Pak Waluyo.

Teman-teman yang ingin mendapatkan Promi bisa mmelihat alamat kontak yang ada di link ini: Promi.

kompos promi cabai

Bibit cabai yang ditanam dengan menggunakan kompos Promi


Continue reading

Pengomposan Limbah Kayu dengan Promi

limbah serutan kayu

Limbah serutan kayu

Limbah kayu seperti serbuk gergaji, sisa serutan kayu atau serpihan-serpihan kayu banyak dihasilkan dari pabrik-pabrik pengolahan kayu maupun produk jadi kayu. Kayu, apalagi kayu-kayu yang terkenal awet, tidak mudah dikomposkan. Rasio C/N kayu umumnya sangat tinggi, artinya kandungan N-nya sangat rendah atau C-nya sangat tinggi. Beberapa kayu yang terkenal awet, seperti kayu jati, lebih sulit lagi untuk dikomposkan.

Rasio C/N dari sampel limbah kayu yang saya analisa sebesar 359. Nilai ini besar sekali jika dibandingkan dengan rasio C/N dari tankos sawit yang hanya 60-an atau sampah yang kurang dari 40. Pengomposan limbah kayu tanpa perlakuan apa-apa bisa membutuhkan waktu yang sangat lama. Meskipun dengan penambahan aktivator pengomposan.

Pertama kali saya mencoba mengkomposkan limbah kayu ini hanya dengan aktivator pengomposan hasilnya sangat diluar harapan. Sampai tiga bulan, proses pengomposannya berjalan sangat lambat, atau boleh dikatakan tidak terkomposakan sama sekali. Kemudian kami mencoba mencari cara agar limbah kayu seperti ini bisa lebih cepat dikomposkan. Alhamdulillah, ada kemajuan proses pengomposan limbah kayu ini.

Berikut ini beberapa stategi yang kami lakukan untuk mengkomposkan limbah kayu dengan Promi.

1. Menambahkan bahan lain yang relatif lebih mudah dikomposkan pada limbah kayu tersebut. Kami menggunakan daun-daun atau seresah yang ditambahkan pada serutan kayu. Cara ini ternyata cukup efektif. Mikroba aktivator promi bisa tumbuh lebih dulu di daun-daunan ini.

2. Kadar air harus cukup. Kayu relatif sulit menyerap air. Jadi sebelum proses pengomposan harus dikondisikan agar kadar air di dalam bahan mencukupi untuk proses pengomposan. Kadar air yang dianjurkan kurang lebih 60%. Namun, proses penambahan air bisa lebih dari itu, apalagi untuk kayu-kayu yang sudah dikeringkan.
Continue reading

Pengaruh Kompos Terhadap Kesuburan Tanah – KTK

kompos jerami padi untuk sawah

Kompos jerami dengan aktivator Promi


Aplikasi kompos, pupuk kandang, atau pupuk organik padat sudah terbukti bisa meningkatkan kesuburan tanah. Aplikasi bahan organik yang sudah matang seperti ini akan meningkatkan efisiensi pemupukan maupuan serapan hara oleh tanaman. Aplikasi pupuk kimia akan lebih baik dan meningkat efisiensinya jika dikombinasikan dengan aplikasi pupuk organik/kompos/pupuk kandang.

Bagaimana ini bisa terjadi??

Salah satu jawabannya ada di buku “Produksi Sayuran di Daerah Tropika” karangan C.W. Williams, yang diterbitkan oleh UGM Press. Di dalam buku ini, di halaman 32 ditunjukkan hasil-hasil percobaan ilmiah yang melihat pengaruh penambahan bahan organik ke tanah terhadap nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Gambarnya ada di bawah ini:

bahan organik KTK

Pengaruh bahan organik terhadap nilai KTK, semakin tinggi bahan organik tanah akan semakin meningkat nilai KTK-nya.

Dari grafik hasil percobaan tersebut terlihat jelas bahwa bahan organik tanah berkorelasi positif terhadap nilai KTK. Artinya, penambahan bahan organik ke tanah akan linier meningkatkan nilai KTK tanah tersebut. Semakin banyak bahan organik yang diberikan akan semakin tinggi nilai KTK-nya. Nilai KTK ini mengambarkan kemampuan tanah untuk ‘memegang’ hara pupuk yang kita berikan ke tanah. Hara itu menjadi lebih mudah untuk diserap oleh akar tanaman dan tidak mudah hilang/tercuci.

Tanah-tanah yang miskin/kurus/tidak subur hampir dapat dipastikan memiliki nilai KTK yang sangat rendah. Misalnya saja, tanah berpasir. Efektivitas pupuk yang diberikakan juga sangat rendah. Hara-hara pupuk itu akan tidak dapat ‘dipegang’ oleh tanahnya, cepat hilang karena tercuci atau penguapan dan akibatnya sedikit yang bisa diambil dan diserap oleh akar tanaman.

Bahan organik seperti kompos memiliki muatan negatif di permukaannya. Hara di dalam pupuk umumnya bermuatan positif. Kalau positif ketemu negatif akan saling berikatan. Jadi, hara yang bermuatan positif itu akan dengan suka-cita untuk berikatan dengan muatan negatif yang ada di permukaan bahan organik. Bahan organik yang ditambahkan ke tanah yang miskin akan meningkatkan KTK ini.

Konsep KTK Tanah

Konsep KTK (Sumber Wikipedia)


(Sumber: Wikipedia)

Akar tanaman dalam menyerap hara dari pupuk akan melakukan ‘pertukaran’ kation. Hara-hara dalam bentuk kation yang sudah ‘dipegang’ oleh bahan organik ini akan dilepaskan dan diserap oleh akar tanaman. Kira-kira seperti itu ceritanya, kenapa pupuk kimia yang diaplikasikan bersama dengan pupuk organik akan lebih baik efisiensinya.

Aplikasi pupuk organik/bahan organik dalam skala yang besar biasanya tidak efisien, bulky, memerlukan jumlah yang sangat besar dan membutuhkan biaya yang besar juga. Salah satu cara untuk menyiasatinya adalah dengan pemberian di lubang tanam. Jadi tidak diaplikasikan ke seluruh lahan, hanya di lubang tanamanya saja atau hanya di guludannya saja.

Semoga bermanfaat.

Buku Produksi Sayuran di Daerah Tropika

Buku Produksi Sayuran di Daerah Tropika

Pengomposan Limbah Kulit Singkong dengan Promi

kompos kulit singkong promi

Pengomposan kulit singkong dengan Promi di Lampung

Artikel ini saya buat berdasarkan pengalaman petani cabe di Kota Gajah, Lampung, Bapak Wahyu. Sudah setahun lebih beliau menggunakan Promi untuk pengompsan limbah kulit singkong dan digunakan untuk memupuk tanaman-tanaman di ladangnya, terutama cabe.

Lampung adalah salah satu penghasil singkong terbesar di Indonesia. Di Lampung banyak sekali pabrik-pabrik tepung tapioka. Satu limbah pabrik tapioka yang melimpah dan tidak banyak dimanfaatkan adalah limbah kulit singkong. Limbah ini menggunung dan pabrik juga binggung mau diapakan. Bapak Wahyu menghubungi saya dan menanyakan bagimana cara memafaatkan limbah kulit singkong ini untuk kompos dan pupuk organik.

Awalnya beliau hanya mengomposakan dalam skala kecil saja, yaitu 5 ton atau satu rit truk. Hasilnya ternyata bagus. Saya sempat berkunjung sekali ke rumahnya. Alhamdulillah.

Sekarang, Pak Wahyu sudah mulai rutin mengomposakan kulit singkong dengan Promi dan dijadikan pupuk organik untuk tanaman cabe.

Artikel lain tentang pengomposan limbah organik dan kohe dengan Promi, silahkan lihat di link berikut ini: Promi.

kompos kulit singkong promi

Kulit singkong yang akan dikomposkan dengan Promi

kompos kulit singkong promi

Pengomposan kulit singkong dengan promi di Kota Gajah, Lampung


Continue reading

Presentasi Pengelolaan Sampah Warga

Presentasi Pengelolaan Sampah Warga

Mengolah Sampah Warga Cara Perum Mutiara Citra Graha, Larangan – Kab. Sidoarjo – Jawa Timur

promi sampah warga larangan sidoharjo

Komposter sampah organik rumah tangga kreasi warga Perum Mutiara Citra Graha , Larangan – Sidoharjo. Aktivator pengomposan menggunakan Promi. Satu komposter besar untuk 10 rumah. Drum kecil untuk tempat aktivator Promi.

Sampah hampir menjadi masalah di semua kota di Indonesia. Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi masalah sampah, salah satunya yang dilakukan oleh warga Perum Mutiara Citra Graha, Ds. Larangan, Kec. Candi, Sidoharjo – Jawa Timur. Warga yang dipinpin oleh Bapak RW dan tokoh-tokoh masyarakat setempat menggalakkan pengolahan sampah. Khusus untuk sampah organik mereka melakukan pengomposan. Mereka mengembangkan cara pengomposan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat, yaitu dengan menggunakan komposter sampah organik. Proses pengomposan dipercepat dengan menggunakan aktivator pengomposan Promi. Proses pengomposan hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 minggu.

Kegiatan pembinaan pengelolaan sampah organik di perum MCG Larangan, Kab. Sidoarjo.

Kegiatan pembinaan pengelolaan sampah organik di perum MCG Larangan, Kab. Sidoarjo.

Kegiatan warga perum MCG ini diapresiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kab. Sidoarjo. Perumahan ini dijadikan sebagai salah satu contoh pengelolaan sampah warga di Kab. Sidoarjo. Banyak desa-desa lain yang berkunjung ke Perumahan ini. Dinas LHK juga melaksanakan kegiatan pembinaan pengelolaan sampah warga di perumahan MCG ini.

Menurut cerita, Pak Hasan, salah satu pengerak pengelolaan sampah Perum MCG, mereka sempat menggunakan berbagai macam akvator pengomposan dengan berbagai macam metode pengomposan. Namun cara tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama hingga beberapa bulan. Sampai akhirnya, Pak Hasan menemukan salah satu halaman di blog ini yang menjelaskan tentan cara pembuatan kompos dari seresah daun. Warga kemudian mencoba mempraktekkan cara pengomposan tersebut. Untuk tempat pengomposan mereka membuatnya dari kantong terpal. Pengomposan berjalan sukses dalam waktu yang singkat.

promi sampah warga larangan sidoharjo

Bapak Dr. M. Bahrul Amig (Kadis LHK Kab. Sidoarjo) meninjua komposter sampah daun dari kantong terpal karya warga Perum Mutiara Citra Graha , Larangan – Sidoharjo.

Meski sudah berhasil, cara ini masih dianggap kurang bagus. Bentuk dan penempatan kantong terpalnya dianggap kurang estetis. Kemudian mereka mencoba mengembangkan komposter yang dibuat dari drum bekas ukuran 200 L. Di bagian bawah dibuat pintu untuk mengambil kompos yang sudah matang. Sedangkan di bagian samping dan bagian bawahnya dibuat lupang drainase untuk mengeluarkan kelebihan air. Hasilnya cukup bagus dan proses pengomposan juga berjalan cepat sama seperti ketika menggunakan kantong terpal.
Continue reading

PENGOMPOSAN KOTORAN KAMBING DENGAN PROMI

Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair dari Kohe Sapi dengan Promi

Komposter Sampah Organik Sederhana yang Tidak Pernah Penuh

Bp. Elan Jaelani, Ketua Rt. 2, Rw. 12, Kampung Nagrog, Desa Pamoyonan, Kec. Bogor Selatan – Kota Bogor, menjelaskan tentang komposter sederhana untuk pengomposan sampah organik rumah tangga. Keistimewaan komposter ini dibandingkan komposter yang sudah saya posting sebelumnya adalah komposter ini tidak pernah penuh meski diisi terus menerus. Kompos yang sudah jadi tertampung di bagian bawah. Kompos sampah organik ini dipanen/diambil terus, sehingga komposter ini tidak akan penuh.

Komposter ini dibuat dari tong plastik berukuran 50 L. Bisa saja dibuat dari tong yang lebih besar jika digunakan untuk volume sampah organik yang lebih besar. Bagian bawah, di sisi sampingnya, tong ini diberi lubang untuk pintu memanen kompos yang sudah jadi. Sedikit di atas lubang panen ini dipasang pejangga dari pralon yang disusun sedemikian rupa untuk menahan kompos/sampah organik. Bagian tutupnya diberi lubang seukuran pralon. Di atas penahan pralon ini diberi saringan plastik yang ukuran lubang-lubangnya besar. Kira-kira berukuran 3 cm. Lubang ini harus cukup besar agar kompos bisa turun ke tempat penampungan. Jika ukuran lubang-lubang saringan ini terlalu kecil, kompos akan sulit turun ke tempat penampungan kompos. Di bagian paling bawah juga diberi lubang untuk membuang cairan yang keluar dari sampah organik. Jika perlu cairan lindi ini bisa ditampung dan diolah menjadi pupuk organik cair.

Cara pemakaianya sangat mudah dan sederhana sekali. Pertama, dibagian bawah diberi lapisan daun. Lapiran daun ini berfungsi sebagai alas penahan. Bisa juga diberi sobekan kertas karton. Kedua, lapisan paling bawah adalah kompos matang atau lapisan tanah halus. Kompos matang ini juga berfungsi sebagai sumber inokulum pembuatan kompos. Setelah itu baru ditambahkan sampah organik secara bertahap.

Sampah organik tidak perlu disemprot air, karena sampah organik umumnya sudah cukup mengandung air. Air hanya perlu ditambahkan jika sampah organiknya kering sekali. Kemudian ditambahkan dekomposer, misalnya: Promi atau MOL atau dekomposer. Pengunaannya sedikit saja. Dekomposer ini berfungsi untuk mempercepat proses dekomposisi sampah organik menjadi kompos. Sampah organik ditambahkan secara bertahap setiap hari.

Sesekali tong ini digoyang-goyang agar kompos yang sudah jadi turun ke bawah ke tempat penampungan. Dengan demikian, tumpukan kompos akan turun secara bertahap pula. Jika penambahan sampah organik sebanding dengan kecepatan dekomposisi, tong komposter tidak akan pernah penuh.

Kompos yang dihasilkan dari komposter ini dimanfaatkan untuk memupuk tanaman di pekarangan sendiri.