Tag Archives: POG

Populasi Mikroba di dalam Pupuk Hayati, Pupuk Organik dan Biopestisida

Produk-produk pupuk hayati, pupuk organik dan biopestisida yang banyak beredar di pasaran. Merek-nya bermacam-macam dan seringkali mencamtumkan kandungan mikroba berserta populasinya. Sayangnya, banyak produk-produk seperti itu yang ‘agak’ menyesatkan. Besarnya populasi seringkali tidak masuk akal dan menurut saya sih ‘mustahil’ populasinya bisa sebesar itu. Konsumen, khususnya petani, harus lebih cerdas dan hati-hati dalam memilih produk-produk bio semacam ini.

Ambil saja contoh sebuah produk pupuk hayati. Merek-nya imaginer dan di dalam labelnya tertulis seperti ini:

  • Aspergillu sp 10^10 cfu/ml
  • Azotobacter sp 10^10 cfu/ml
  • Azosprillium sp 10^10 cfu/ml
  • Pseudomonas sp 10^12 cfu/ml
  • Bacillus sp 10^12 cfu/ml
  • Trichoderma sp 10^9 cfu/ml

*) catatan: cfu singkatan dari colony forming unit dan satuannya adalah cfu per gr (kalau padatan) atau cfu per ml (kalau cairan).

Menurut saya sih, populasi mikroba yang disebutkan di dalam produk itu tidak benar. Tidak mungkin satu produk dengan kandungan campuran mikroba yang bermacam-macam dan populasinya bisa sangat tinggi.

Berbeda misalnya dengan satu produk biopestisida yang hanya mengandung satu jenis mikroba dan mencamtumkan nilai populasi mikroba yang tinggi. Misalnya:

Trichoderma sp 10^12 cfu/gr

Nah…. kalau produk kedua yang hanya mengandung satu jenis mikroba dan mencantumkan populasi tinggi masih masuk akal.

Kenapa bisa begitu…? Kira-kira begini penjelasannya.

Mikroba mudahnya bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu: bakteri dan kapang/jamur. Mikroba biofertilizer maupun mikroba yang dipakai untuk biopestisida dari dua kelompok itu, kalau tidak bakteri ya kapang. Mikroba biofertilizer berdasarkan fungsinya dikelompokkan menjadi: mikroba penambat N simbiotik, mikroba penambat N non simbiotik, mikroba pelarut P, mikroba pelarut K, mikroba pemantap agregat tanah, mikroba perangsang pertumbuhan tanaman. Ada produk yang mengandung hanya satu atau dua kelompok mikroba, tapi ada juga produk yang mencamtumkan seluruh kelompok mikroba biofertilizer.

Saya tidak tahu bagaimana produsen-produsen pupuk hayati tersebut memproduksi mikroba-mikrobanya. Namun, umumnya mikroba dikembangbiakkan dan diproduksi di dalam fermentor menggunakan kultur cair atau kultur padat. Kultur cair yang paling bayak dipraktekkan. Jadi mikroba biofertilizer dari kultur F1 diinokulasikan ke dalam media cair dan diinkubasi dalam jangka waktu tertentu. Mikroba dipanen pada saat pertumbuhannya maksimum. Setelah itu baru diformulasikan dan dicampur dengan bahan lain atau mikroba lain menjadi produk jadi yang siap dipasarkan.

Bakteri umumnya tumbuh dengan cepat dan sampai pada pertumbuhan maksimum dalam waktu beberapa jam saja. Kapan/jamur tumbuh lebih lambat dan mencapai pertumbuhan maksimum setelah beberapa hari. Populasi maksimum untuk bakteri biasanya di kisaran 10^10 sampai 10^12 cfu/ml. Kalau jamur umumnya hanya sampai 10^10 cfu. Mikroba yang bisa tumbuh maksimum ini jika ditumbuhkan dalam kultur tunggal dan media spesifik. Mikroba dengan populasi sangat tinggi kalau dilihat kulturnya sangat keruh, tidak jernih, dan mengeluarkan bau yang khas mikroba tersebut.

Nah, anggaplah, produsen pupuk hayati itu memiliki fasilitas untuk memproduksi mikroba tunggal dengan kultur cair. Dan, populasi maksimum ketika panen adalah 10^12 cfu/ml.

Andaikan setelah dipanen kemudian dimix atau dicampur menjadi satu produk, apa yang terjadi dengan populasi mikrobanya.

Misalkan ada 2 jenis mikroba dan rasio pencampurannya adalah 1:1. Artinya, 1 liter kultur mikroba A dengan populasi 10^12 cfu/ml dicampur dengan 1 liter kultur mikroba B dengan populasi 10^12 cfu/ml. Populasi akhir dari masing-masing mikroba adalah:

Populasi akhir mikroba A = (1000 ml x 10^12 cfu/ml)/( 1000 + 1000)ml = 10^13 cfu/2000ml = 5 x 10^9 cfu/ml

Populasi mikroba B juga sama = 5 x 10^9 cfu/ml

Kalau ada 3 mikroba yang ditambahkan. Dengan cara perhitungan yang sama, populasi masing-masing mikrobanya adalah:

= 3 x 10^9 cfu/ml

Kalau mikroba yang ditambahkan semakin banyak, maka populasinya juga akan semakin turun.

Beberapa mikroba setahu saya jarang bisa mencapai populasi yang tinggi, seperti Azosprillium sp dan Rhizobium sp. Mikroba penambat N simbiotik umumnya tidak bisa mencapai kepadatan populasi yang sangat tinggi pada kultur tunggal. Masalah akan terjadi jika masing-masing mikroba populasinya berbeda-beda. Mungkin ada yang 10^9 cfu/ml, ada yang 10^10 cfu/ml atau ada yang 10^12 cfu/ml. Mudahkan, nilai pangkat sepuluhnya dikurangi tiga. Misal kalau 10^9 cfu/ml dicampur dengan rasio 1:1 populasinya akan menjadi 10^6 cfu/ml.

Ini kalau masing-masing mikroba ditumbuhkan pada kultur tunggal. Pertumbuhannya bisa maksimal.

Ada produsen pupuk hayati yang memproduksi mikroba dalam kultur majemuk. Artinya, mikroba-mikroba ditumbuhkan dalam satu fermentor. Saya ragu-ragu masing-masing mikroba akan bisa mencapai kurva pertumbuhan yang maksimal. Mikroba-mikroba yang ditumbuhkan dengan cara ini tidak akan bisa tumbuh maksimal. Mikroba akan tumbuh sub optimal dan bahkan bisa tidak tumbuh sama sekali. Kenapa bisa begitu? Karena masing-masing mikroba memerlukan media dan syarat tumbuh-nya masing-masing. Ketika ditumbuhkan dalam satu fermentor, mikroba bisa saling bersaing dan ‘berantem’.

Setelah mikroba-mikroba tersebut dicampur menjadi satu, mikroba ini akan hidup dalam kultur majemuk. Masalah timbul lagi. Dalam kultur majemuk dengan populasi tinggi, mikroba-mikroba itu akan saling ‘berantem’ untuk berebut makanan. Populasi mikroba biasanya akan turun secara gradual. Bahkan bisa turun drastis. Nah, jika Anda membeli produk biofertilizer atau POC yang mengandung banyak mikroba dan waktu expired-nya sudah dekat, hampir bisa dipastikan kalau populasi mikrobanya lebih rendah daripada ketika dicampur pertama kali.

Yang lebih mengelikan adalah ada produk pupuk hayati yang mencantumkan populasi mikroba sangat tinggi (10^10 cfu/ml), tapi ketika dilihat produknya jernih. Secara visual saja sudah bisa dilihat jika populasi mikrobanya rendah. Populasi mikroba yang tinggi menyebabkan warna cairan di dalam produk bio, khususnya yang cair, akan berwarna keruh.

Jadi, para petani dan konsumen pupuk hayati, pupuk organik cair, atau biopestisida jangan mudah tergiur dengan produk yang mencamtumkan populasi mikroba sangat tinggi dan banyak jenisnya. Populasi yang tinggi tidak selalu benar dan tidak selalu menjamin jika produk tersebut bagus ketika diaplikasikan ke lapangan/lahan.

Buku Metode Analisis Biologi Tanah

Metode Analisis Biologi Tanah, Prof. Rasti Saraswati

Metode Analisis Biologi Tanah, Prof. Rasti Saraswati

Download buku ini versi pdf gratis: Metode Analisis Biologi Tanah

Buku untuk Pecinta Biofertilizer alias Pupuk Hayati alias Pupuk Mikroba.
Ternyata petani-petani kita sangat haus ilmu. Saya upload foto buku tentang kesuburan tanah langsung banyak yang pesan. Buku itu memang rekomended banget sih, karena sangat jarang ada buku berbahasa Indonesia yang membahas topik itu dengan sangat detail.

Satu lagi buku yang sangat bagus untuk teman-teman yang berkecimpung di dunia ber-pupukkan hayati atau pupuk mikroba atau biofertilizer. Terus terang saya belum pernah mendapatkan buku yang membahas tentang topik ini dengan cukup detail dan lengkap.

Buku dengan judul ‘Metode Analisis Biologi Tanah’ yang ditulis oleh salah satu dedengkot biofertilizer Indonesia, Prof. Rasti Saraswati ini bisa mengisi kekosongan itu. Judulnya memang metode, tapi isinya cukup detail mulai dari pengenalan mikroba tanah, isolasi mikroba-mikroba fungsional, cara kultur, pemurnian biakan, identifikasi dan juga cara perbanyakannya.

Memang, sebagian besar metode yang ditampilkan adalah metode kerja di laboratorium. Ada beberapa bagian yang belum dibahas jika akan menuju ke produksi biofertilizer. Namun, minimal dengan buku ini bisa menjadi panduan untuk mengembangkan biofertilizer.

Buku ini cukup tebal: 300 halaman. Kertasnya art paper, kertas cetak yang mahal dan bagus. Foto-fotonya berwarna. Di cetak oleh Badan Litbang Pertanian tahun 2012.

Saya tidak tahu apakah buku ini masih tersedia atau tidak. Terakhir saya main ke lab tanah, tempat bu Rasti bekerja, bukunya off stock.

Continue reading

Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman

Kesuburan Tanah Nutrisi Tanaman

Kesuburan Tanah Nutrisi Tanaman

Banyak lahan yang produktivitasnya menurun/turun. Salah satunya karena kesuburan dan daya dukung lahan tersebut yang menurun akibat eksploitasi tanah bertahun-tahun. Meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman menjadi salah satu kunci keberhasilan usaha tani.

Buku setebal 240 halaman yang ditulis oleh Bp. Ali Munawar, Ph.D (dosen Unlam) ini membahas tentang kesuburan tanah dan hubungannya dengan nutrisi tanaman. Pembahasannya cukup lengkap dan detail yang terbagi menjadi 11 bab. Buku ini memang buku-nya anak kuliahan, tetapi buku ini sangat bermanfaat bagi petani, pekebun, formulator pupuk dan praktisi-praktisi di bidang pertanian. Buku ini bisa menjadi referensi yang sangat bermanfaat ketika menghadapi masalah pemupukan dan ketidaksuburan tanah.

Pupuk tidak asal memupuk saja, tetapi banyak faktor yang perlu diperhatikan agar pupuk lebih efisien dan optimum dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Bagusnya buku ini juga membahas tentang bahan organik dan peranan mikroba tanah dalam penyerapan hara oleh tanaman.
Continue reading

Pembuatan Pupuk Organik Padat dan Cair dari Kohe Sapi dengan Promi

Inspirasi Bercocok Tanam di Rumah dengan Pupuk Kompos dari Sampah Organik

Saya sedang mencari-cari inspirasi bercocok tanam di rumah yang lahannya terbatas dengan pupuk kompos yang dibuat dari sampah organik rumah tangga. Ada banyak foto-foto yang menarik dan bisa dijadikan sumber inspirasi. Foto-foto ini memang dari negeri ‘seberang’, tapi setidaknya bisa dijadikan contoh dengan sedikit penyesuaian dan modifikasi.

Pupuk kompos dari sampah rumah tangga bisa dibuat dengan menggunakan komposter sederhana seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya: Komposter Sederhana. Aktivator untuk pembuatan kompos menggunakan PROMI.

Semoga bermanfaat.

1374052_548249208665317_3130970669471500825_n

1509314_548249188665319_1292003698389376383_n

1653903_548249275331977_2483448968597676405_n

10846113_548247425332162_7668363682392743394_n (1)
Continue reading

Permentan No. 70 Tahun 2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah – Lengkap

Berikut ini adalah update untuk Permentan No. 70 Tahun 2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah yang lengkap. Dokumen ini lengkap berserta lampiran-lampirannya, termasuk syarat pendaftaran, pentunjuk pengujian, baku mutu, dll.

CARA MEMBUAT KOMPOS DAN PUPUK DARI KOTORAN SAPI DENGAN PROMI

Dokumen yang bisa didownload dari Scribd ini adalah petunjuk cara pembuatan kompos dan pupuk organik dari kotoran sapi (kohe) dengan menggunakan Promi. Cara pembuatan dan alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana dan mudah dilakukan. Prosedur pembuatan pupuk kompos ini bisa dilakukan untuk skala kecil, kelompok tani maupun peternakan besar dengan penyesuaian-penyesuaian sepertlunya. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat kompos dari kohe sapi kurang lebih tiga minggu (jika kotoran sapinya masih segar). Jika kotoran sapinya sudah agak lapuk, lama waktu pembuatan kompos cukup dua minggu saja.

Informasi lebih lanjut tentang Promi bisa dilihat di link berikut ini: PROMI.

Cara sederhana untuk menguji mikroorganisme lokal (MOL), pupuk organik cair (POC), dan pupuk organik padat/granul (POG).

Buku Pupuk Organik GranulPetani, kelompok tani (POKTAN), atau gebungan kelompok tani (Gapoktan) bisa membuat sendiri mikroorganisme lokal (MOL) yang digunakan sebagai pupuk organik cair (POC) atau pupuk organik granul (POG) atau padat yang dibuat dari kompos jerami, kotoran ternak, seresah daun, dll. (Info lebih lengkap klik di sini: Kumpulan Resep MOL, kompos jerami, Promi, membuat POG, biang POC). Kalau petani bisa membuat sebagian pupuknya sendiri, petani tidak akan terlalu tergantung pada pupuk kimia/anorganik. Berikut adalah cara sederhana untuk menguji kualitas MOL, POC, atau POG yang dibuat petani. Cara ini bisa dilakukan oleh petani sendiri melalui pengamatan visual tanpa perlu analisa laboratorium yang rumit dan mahal. Paling tidak dengan uji sederhana ini, petani bisa mengetahui kualitas pupuk/mol yang dihasilkan sebelum diaplikasikan secara luas di lahannya atau anggota kelompok tani.


Catatan:
1. Cara pengujian POG ini adalah cara sederhana untuk petani dan bukan untuk tujuan ilmiah.
2. Cara pengujian POGini bukan cara baku, jadi bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi di sekitar petani.
3. Cara pengujian POG ini adalah pengujian skala kecil dengan menggunakan pot atau polybag.
4. Keberhasilan uji ini tergantung sepenuhnya pada penguji.
5. Saya tidak bertanggung jawab terhadap setiap kegagalan akibat menggunakan cara uji ini.


Pemilihan Tanah

Continue reading

Menghitung Kebutuhan Bahan Organik untuk Tanah

Pertanyaan: berapa kebutuhan bahan organik untuk tanah?, sering ditanyakan oleh para praktisi pertanian/perkebunan. Pernyataan ini tidak mudah untuk menjawabnya.

Dari literatur (Pujiyanto, 1997) sudah pernah membahas tentang rumus untuk menghitung kebutuhan bahan organik untuk tanah-tanah tertentu. Rumus ini ‘benar’, namun menurut saya tidak praktis dan kurang ekonomis. Meskipun demikian, rumus ini bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan kebutuhan bahan organik pada tanah-tanah tertentu.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

P = (Q – R)/100 x B

di mana:
P : kebutuhan bahan organik (ton/ha)
Q : kadar bahan organik tanah yang dikehendaki (%)
R : kadar bahan organik yang ada di tanah saat ini (%)
B : bobot tanah tiap hektar lahan

Bobot tanah/ha = luas x kedalaman x bobot jenis tanah
= 10 000 m2 x 0.2 m x 1.2 ton/m3
= 2 400 ton

Jadi untuk meningkatkan satu 1% bahan organik tanah dibutuhkan kurang lebih

24 ton

bahan organik/ha. Jumlah ini sangat besar, kurang lebih 5 truk.

Belum lagi jika diperhitungkan kandungan bahan organik dalam pupuk organik. Misalnya saja kandungan bahan organiknya kurang lebih 15%. Maka jumlah itu akan membengkak menjadi

160 ton

…….gila….’nguruk tanah ini namanya’….

Saya ingin sekali berdiskusi dengan ahli tanah yang memahami masalah ini. Apakah memang seperti ini rumus yang dipakai?

Karena, kalau hasil ini dilaksanakan di lapangan akan sangat-sangat tidak efisien dan tidak praktis. Petani tidak akan mau melakukannya. Harga pupuk organiknya memang murah, tetapi jumlahnya sangat besar. Belum lagi ongkos aplikasinya. Rumus ini jarang dipakai secara langsung di petani.

Saya sedang mencari rumus-rumus yang sudah diuji secara empirik di penelitian. Kalau belum ada, perlu dilakukan penelitian untuk menghitung kebutuhan pupuk organik/bahan organik untuk tanaman atau tanah tertentu.

Semoga ada ahli tanah yang melakukan studi ini, biar hasilnya lebih valid dan bisa dipakai di lapangan.
Semoga.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

buku pupuk organik granul
Baca juga: Video Membuat Pupuk Granul | membuat pupuk organik sendiri | Mesin Cacah Kompos | Pupuk Organik, Pupuk Kimia, dan Pupuk Hayati | Tata Letak Mesin Pabrik Pupuk Organik | Bagan Pabrik POG | Permentan No. 70/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah | Lampiran 1 Permentan No. 70/2011 | Lampiran 1 Permentan No. 70/2011