Tag Archives: macet

Macet di Bogor; 12 km ditempuh 4 jam

Saya biasa kena macet di Bogor. Ini salah satu yang paling parah. Perjalanan saya dari Bogor – Cisarua yang jaraknya cuma kira2 12 km ditempuh dalam waktu 4 jam. Artinya kecepatannya 3 km per jam. Lebih cepat jalan kaki daripada naik mobil.

Hari weekend memang ada aturan buka tutup di jalur puncak. Jalan ke arah puncak ditutup dan dibuka sekirar pukul 6 sore. Saya kebetulan menjemput teman2 dari BPTP yang akan presentasi Monev kegiatan KKP3SL dan MP3I di sebuah hotel di Cisarua. Saya menunggu kedatangan mereka di pool Damri sampai kira2 pukul 4.30 sore. Kami langsung berangkat via tol ke arah puncak.

Saya tidak inggat kalau ada buka tutup jalan. Jadi saya ikut terjebak antrian keluar tol. Jika saya inggat, ada jln alternatif menuju puncak. Keluarnya lewat rest area yang ada sebelum keluar tol. Di samping rest area itu ada jalan kecil yang ada tepat di samping jln tol. Ikuti saja jln jecil ini. Biasanya banyak mobil2 yg lewat jln ini. Ada juga guide motor yang membimbing melewati jln2 kecil menuju puncak.

Setelah jam 6 pintu tol dibuka. Kami mulai jalan. Awalnya perjalanan lancar. Sampai di cipayung, kira2 8 km sebelum tempat tujuan jalan macet. Macet total. Jalannya tersendat2. Saya lihat pakai Waze, kemacetan sampai puncak.

Waze menyaranjan jalan alternatif lewat gang. Saya tawarkan ke temen2 apa kita mau lewat jalan alternatif. Sebagian ada yg khawatir dengan jalan itu, karena saya belum pernah lewat jalan itu. Kalau lewat jalan alternatif, kami bisa menghemat waktu 1 jam. Akhirnya kita lewat jalan itu.

Pintu masuknya sebuah gapura kecil yang hanya cukul 1 mobil saja. Semakin ke dalam semakin sempit jalannya. Jika ada mobil dari depan, kami tidak akan bisa lewat. Ada motor saja sulit untuk lewat.

Ada belokan yang sangat sempit. Saya tanya ke anak2 muda yang nongkrong di situ apakah jlannya bisa dilewati mobil. Mereka menjawab “Bisa”. Kami jalan terus menyusuri jalan sempit itu.

Akhirnya kami sampai di jalan yang cukup lebar. Jalan berkelok2 tajam. Ada tanyakan yang sangat tajam. Hampir2 mobil saya tidak kuat menanjak. Diganjal juga tidak kuat. Saya harus mundur untuk ambil ancang2. Denfan sedikit susah payah, akhirnya sampai juga di puncak tanjakan.

Pas di puncak, pas jalan membelok tajam ke kiri. Untungnya jalan itu sudah diaspal bagua dan cukup lebar. Kami mengikuti jalan itu sampai bertemu kembali ke jalan puncak. Di jalan puncak macet lagi. Macet total. Jarak sebemum tujuan 2.8 km. Kami bisa menghemat perjalanan sekitar 4 km.

Kira2 satu jam lebih kami baru sampai ke tempat tujuan. Kalai dihitung Bogor – Cisarua ditempuh dalam waktu 4 jam lebih dengan kecepatan 3 km per jam.

Cerita di Jalanan Kota Bogor: Matot di Gunung Batu

Bogor sudah dinobatkan sebagai kota termacet di Indonesia. Ada banyak cerita ketika menyusuri jalanan kota Bogor sambil menikmati kemacetannya. Salah satunya yang parah adalah kemacetan di pertigaan Gunung Batu.

Posisi pertigaan Gunung Batu memang unik, dari arah bawah adalah jalan menanjak tajam, dari arah barat laut adalah pasar gunung batu, dari arah selatan Pasir Kuda. Nah di tengah pertigaan ini ada taman batas berbentuk segitiga. Tidak ada traffic light di pertigaan ini. Pasir Kuda salah satu rawan macet. Pasar Gunung Batu juga rawan macet. Arah Merdeka yang relatif aman dari macet.

Pertigaan ini sangat rawan macet karena merupakan jalur tiga angkot, angkot No. 2 dan 3, angkot no. 5, 5A, dan angkot No. 14. Angkot No. 5, 5A dan 14 sering ngetem di tengah pertigaan ini. Tahu sendiri kan sopir angkot? Kalau berhenti sembarangan dan menutupi jalan mobil lain.
Continue reading

Catatan Mudik 1435H (2014) Bagian 2

Menurut kabar di media massa, lalu-lintas mudik tahun ini yang paling parah dibandikan tahun-tahun sebelumnya. Ketika berangkat saya mesti menempuh perjalanan hingga 30 jam, dua kali lipat lebih daripada hari-hari biasa. (Baca di : Cataran Mudik Bagian Pertama).

Minggu, 27 Juli 2014
Dini hari
Saya capek luar biasa. Begitu sampai kami langsung sahur. Setelah sholat subuh saya langsung tidur. Badan capek luar biasa. Praktis saya dua hari tidak tidur.

Minggu malam
Saya panggil tukang pijet langganan saya untuk datang ke rumah. Habis sholat isya’ dia baru datang. Namanya Gatot, tetangga kampung sebelah. Dia seumuran dengan adikku. Dulu neneknya yang jadi tukang pijat. Namanya Mbah Gito. Keahlian memijat ini menurun dari neneknya.

Gatot kalau mijitin lama, bisa satu jam lebih. Bahkan kadang-kadang saya tertidur waktu dipijit. Pijitannya sakit, tapi nyaman setelahnya.

Senin, 28 Juli 2014
Kami sholat Ied di Masjid Agung Magelang. Jamaah kali ini sangat ramai, lebih ramai dari tahun lalu. Jamaahnya sampai meluber ke alun-alun. Kami kebagian sholat di alun2.

Selesai sholat, seperti biasa kami silaturahim. Pertama, tentunya sungkem ke Emak. Lalu dengan keluarga sendiri.

Di kampungku punya tradisi salam-salaman dengan orang sekampung. Orang2 berdiri di pinggir jalan utama. Kemudian dari ujung kampung tempel sari berjalan memutar dan berujung di masjid As Sofyan. Selesai silaturahim dengan orang sekampung lalu kami pergi ke rumah Simbah dan beberapa famili di desa.

Sore baru pulang ke rumah dan langsung ‘tepar’ lagi. Pinginnya malam ini langsung berangkat ke Eyang Pati alias Nano. Tapi badan sepertinya belum mau diajak pergi. Insya Allah besok baru berangkat.

Selasa, 29 Juli 2014
Selasa pagi kami sudah siap2 berangkat ke Pati. Rencananya kamk mau berangkat lewat Jogja sambil pingin silaturahim ke beberapa sahabat dan kerabat.

Kami pingin mampir ke rumah P Muslikhin dan Bu Ria, terus klo bisa ke Bu Siti sekalian. Sudah lama kami juga tidak mampir ke P Hartono, Bapak kos saya dulu. Lanjut klo sempat juga mampir ke Kang Cessi. Dari status di FB sepertinya beliau sedang balik ke kampung Macanan. Tidak lupa juga mampir ke Piyungan, ke tempat saudara jauh kami.

Tapi ternyata semua berjalan di luar rencana. Konon kabarnya jalan2 Jogja-Solo macet. Jalan di jogja memang biasanya macet kalau lebaran. Akhirnya kami merubah rencana dan langsung belok via Selo-Boyolali. Jalur ini sering kami lewati. Jalur yang melewati tengah2 dua gunung; Gunung Merapi dan gunung Merbabu. Jalannya memang berkelak-kelok, tapi pemandangannya asik.

Sampai di Boyolali, ambil kanan menuju Solo. Kira2 15 km sebelum pertigaan Kartosuro Waze

Tips Android: Waze Social GPS Maps & Traffic, Aplikasi Menghindari Jalan Macet

tampilan kondisi macet di waze

Waze Social GPS smartphone android macet

“Tua di Jalan” atau “Umurnya habis di jalan”. Ungkapan itu muncul dari teman-teman yang sering kena macet di jalan Jabodetabek. Salah ambil jalan atau salah memperediksi waktu-waktu macet bisa membuat strees. Namun, dengan aplikasi gratis Waze, Anda bisa menhindari macet dan bisa lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Hebatnya lagi aplikasi ini bisa didownload gratis di Google Play.

Ketika masih tinggal di ‘pedalaman’ yang jarang sekali kena macet, saya masih cukup mengandalkan Google Maps. Saya cukup puas dengan Google Maps yang bisa memberikan peringatan dengan suara ketika akan membelok ke kanan atau ke kiri. Google Maps juga memberikan prediksi waktu yang cukup akurat. Sebenarnya Google Maps juga bisa memberikan informasi tentang kondisi traffic di jalan yang akan kita lalui. Sayangnya, karena koneksi internet yang masih buruk di ‘pedalaman’, fasilitas ini praktis tidak berfungsi.


Artikel lain tentang Android, klik di sini: Tip-tip Android

Kiat Mudik dengan Waze


Continue reading

Bencana Lahar Dingin di Magelang

This slideshow requires JavaScript.

Hari senin , tgl 4 Jan 2011, Magelang-Jogja hujan gede banget. Sejak mulai sebelum Asar sampai menjelang pagi. Malam hari ketika lihat berita di tivi, agak terkejut juga aku, karena akibat hujan lebat itu jalur jogja-magelang terputus.

Penjebabnya adalah lahar dingin yang meluap ke kali di desa Jumowo, Muntilan, Magelang. Kali yang beberapa waktu sudah kebanjiran lahar dingin itu menjadi dangkal. Gelontoran lahar dingin meluap dan melalap desa-desa di sekitar kali.

Subhanallah….Allahuakbar….Benar-benar luar biasa terjangan lahar dingin ini. Meskipun sudah dingin, terjangan lahar dingin tetap dahsyat. Lahar dingin berupa pasir dan batu-batu. Batu-batunya segede mobil dan becak. Pasir dan batu-batu itu menimbun rumah-rumah penduduk. Saya lihat ada rumah yang terendam sampai ke atapnya.

Lahar dingin ini meluap menutupi jalan Magelang-Jogja. Pantesan jalur ini matot alias macet total selama beberapa jam.