
Dari dulu saya suka tanaman dan suka menanam. Tapi, kurang suka tanaman bunga. Kenapa? Karena tanaman berbunga umumnya umurnya pendek. Entah kenapa beberapa tahun ini mulai menyukai anggrek, khususnya anggrea spesies dari bumi pertiwi.
Sajak lupa awal mula dan kapan saya mulai menyukai tanaman anggrek ini. Sekitar tiga tahun yang lalu kalau tidak salah. Di rumah mertua ada banyak tanaman anggrek, tapi merana. Kadang2 kalau pas pulang, saya coba rawat tanaman2 ini.
Nah. Suatu ketika kami ingin memberikan hadiah bunga anggrek ke Eyang Uti, karena beliau suka tanaman anggrek. Kami membeli bunga anggrek di salah satu kebun anggrek di Magelang; Anggrek Nambangan.
Nah waktu di Anggrek Nambangan itu saya melihat banyak sekali jenis anggrek. Cantik2 bunganya. Tapi saya lebih tertarik dengan anggrek2 yang biasa2 saja dan ditempel di tembok2 pinggir. Kata penjaga kebun anggrek ini, anggek2 itu adalah anggrek spesies asli Indonesia. Bunga2nya eksotik. Kami membeli beberapa anggrek untuk ditanam sendiri.
Ada yang membuat saya sedikit kaget. Di Nambangan itu ada tanaman digantung berdaun hanya satu. Bentuknya biasa2 saja. Saya tanya ke peniaganya.
“Apa itu, Mas?”
“Anggrek Kalimantan, Pak.”
“Berapa harganya?” Saya piki harganya murah. Karena bentuknya jelek.
“Sejuta, Pak.”
“Hah… mahal sekali. Apa istimewanya?”
“Itu anggrek spesies dari hutan asli Kalimantan. Unik dan sulit di dapat. Makanya mahal.”
Jadi penasaran kami.
Mulai Berburu Anggrek Spesies
Saya jadi pingin tahu apa sih keistimewaan anggrek spesies pribumi Indonesia ini. Saya mulai tanya2 ke Mbah Google dan gabung di Group FB. Ternyata Indonesia sangat kaya dengan anggrek spesies.
Kami suka berlibur ke alam bebas; ke hutan, ke curug, ke gunung, ke kebun raya dan lain2. Nah, kalau kebetulan kami sedang main2 ke alam bebas, kini tambah satu kebiasaan kami, yaitu berburu anggrek liar.
Ketika kami main2 ke Kebun Raya Bogor atau ke Ciboda, kami berburu anggrek liarnya. Ketika kami ke Cibereum, Gn Bunder, Gn Rowo, Gn Andhong, Gn. Wungkal, situ gede, curug nangka, Cikaniki, Green Canyon atau hanya ke kuburan, mata kami selalu ke atas atau ke bawah mencari2 anggrek liar.
Anggrek2 itu kami bawa pulang dan ditanam di rumah. Teras depan rumah yang tidak seberapa pun jadi penuh dengan pot2 anggrek.
Kalau kami main2 ke rumah saudara atau teman. Kalau ada tanaman anggreknya, pasti kami minta anakannya. Habis ngiler sih.
Sebagian anggrek2 yang kami bawa pulang saya tempelkan ke pohon rambutan depan rumah. Batang rambutan itu jadi penuh dengan anggrek2 liar.
Beli Buku-buku Tentang Anggrek
Untuk memenuhi rasa ingin tahu say
Untuk memenuhi rasa ingin tahu saya, saya membeli buku2 tentang anggrek. Buku anggrek pertama yang saya punya adalah: Simon & Schuster’s Guide to Orchids. Sebuah buku bekas yang saya beli on-line.
Setelah sekian lama. Buku ini masih kurang memenuhi rasa ingin tahu saya. Saya beli lagi buku yang kedua. Buku bekas juga, buku kuno terbitan tahun 56, judulnya “Bunga Anggerik, Permata Belantara Indonesia”. Buku ejaan lama yang bagus dan sangat lengkap tentang anggerik asli Indonesia.
Saya kurang tertarik dengan buku2 terbitan baru. Kebanyakan membahas tentang anggrek2 hibrida yang populer. Malas membelinya.
Ketika sedang buka2 perpuatakaan Nano. Saya menemukan buku anggrek klasik terbitan PS, judulnya “Budidaya Anggrek” karya dosen IPB Dr. Livy Winata Gunawan. Buku kecil yang bisa jadi pengantar tentang anggrek.
Lalu saya coba cari buku di Amazon.com. Saya beli tiga buku tentang anggrek. Buku second. Buku yang saya beli: “Orchids of Java”, “The Conplete Encyclopedia of Orchids”, dan “Illustrated Dicti onary of Orchid Genera”.
Gabung di Komunitas Anggrek Spesies FB
Saya mulai juga gabung di sebuah komunitas anggrek spesies di FB. Meskipun sebagian besar isinya jual beli anggrek spesies, tapi saya bisa belajar dan mencari informasi anggrek2 spesies pribumi Indonesia.Kadang2 saya posting foto anggrek yang kami temukan di hutan dan tanya ID dari anggrek tersebut. Responnya cepat dan bisa berduskusi juga.
Kebun Anggrek Langganan
Kini kami, saya dan keluarga jadi berlangganan kebun Anggrek. Salah satunya ya Anggrek Nambangan di Magelang. Kalau pulang ke Magelang hampir selalu beli anggrek. Meski hanya satu pot saja.
Di Bogor kami biasa main2 ke kebun anggrek di Selakopi. Penjaganya Mas Teguh cukup ramah dan saya banyak belajar bagaimana cara merawat anggrek spesies. Di sini banyak juga anggrek spesies, sayangnya tidak banyak yang dijual.
Di Bogor akhirnya saya ketemu juga pedagang bunga yang biasa menjual anggrek2’cabutan dari hutan. Entah dari hutan mana. Yang jelas, saya tahu ini anggrek cabutan, bukan anggrek yang dibudidayakan. Katanya dikirim dari mana2. Ada banyak jenisnya juga. Sayangnya, penjualnya kadang2 tidak tahu semua nama ilmiahnya. Hanya tahu nama lokal/pasaran dan nama genusnya. Sebagian ada juga yang tahu nama lengkapnya.
Tapi, pedagang anggek ini bisa menceritakan banyak tentang anggrek2 spesies pribumi Indonesia.
Ternyata bumi pertiwi ini kaya akan jenis2 anggrek spesies. Subhanallah.