Jalan-jalan ke Dieng, cuma sebentar saja sih. Salah satunya mampir ke kawah Sikidang. Salah satu objek wisata di Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.






Jalan-jalan ke Dieng, cuma sebentar saja sih. Salah satunya mampir ke kawah Sikidang. Salah satu objek wisata di Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.
Posted in Jalan-jalan
Tagged Banjarnegara, Dieng, Jawa Tengah, kawah, Sikidang, travel, wisata
Foto detail dari satu kuntum anggrek species Acriopsis javanica. Asal dari Gunung Wungkal, Pati, Jawa Tengah.
Anggrek ini kami temukan ketika sedang main-main di Gunung Wungkal, Pati, Jawa Tengah, lebaran kemarin. Kami temukan di pokok pohon pinus. Anggrek ini memiliki bulp berbentuk kecil dan bulat. Tangkai bunganya panjang dan bercabang-cabang. Bunganya kecil-kecil berwarna putih bercak merah-merah. Informasi tentang genus ini bisa dibaca di https://en.wikipedia.org/wiki/Acriopsis .
Tagged Acriopsis javanica, Anggrek, Gunung Wungkal, Jawa Tengah, pati, spesies, unik
Di Pati, Jawa Tengah, tempat favorit kami untuk bersepeda adalah waduk Gunung Rowo. Jalan menuju ke sana melewati kebun tebu, hutan jati, kebun singkong, sungai, kebun arbei, jagung dan pohon-pohon randu yang besar-besar. Jaraknya kurang lebih dari tempat kami 20 km. Sesampainya di waduk, rasa capek terobati dengan pemandangan waduk yang menghijau indah. Nelayan dan pencari ikan naik gethek/sampan kecil menjaring ikan-ikan yang ada di waduk ini. Ada juga orang yang memancing ikan dari pinggiran waduk. Di pingir-pingir waduk yang kering terlihat segerombolan sapi dan kambing/domba sedang merumput. Kami menikmati dari saung sambil menikmati ikan bakar dan es kelapa muda. Nikmat dan indah sekali.
TAPI ITU DULU. Waduk gunung rowo sekarang sudah kering kerontang. Tidak ada airnya sama sekali. Entah kemana perginya ikan-ikan itu. Entah kemana perginya air yang melimpah ruah itu. Kata Nano (Eyang Kakung) waduk Gunung rowo ini belum pernah kering. Meski kemarau dan panas panjang sekalipun. Waduk ini konon di bangun oleh penjajah Belanda. Berarti minimal lebih dari 70 tahun air waduk ini tidak pernah kering. Kenapa sekarang jadi kering.
Katanya waduk ini mengalami kebocoran. Ketika kami turun ke waduk, memang di tengah waduk seperti ada tambalan aspal yang besar sekali. Mungkin bagian ini yang bocor. Anehnya, meski yang bocor sudah ditambal, sampai sekarang tidak ada air sama sekali tergenang di waduk ini. Rumput-rumput yang dulu terlihat hijau saja sekarang gersang. Tidak terlihat sapi dan kambing yang merumput di pingiran waduk ini. Apalagi nelayan yang mencari ikan.
Keringnya waduk ini pastilah sebuah tanda dan peringatan, khususnya bagi warga kota pati dan sekitarnya. Mungkin juga ini adzab dari Allah Robb Semesta Alam. Mungkin juga ini ujian.
Semoga kita segera tersadar!!!
Posted in Jalan-jalan, MyFamily, MyStories
Tagged air, Gunung Rowo, Jawa Tengah, kekeringan, pati, waduk
Silahkan lihat cara pembuatannya di Youtube:
Testimoni petani di Desa Karangayu, Kec. Cepiring, Kab. Kendal, yang melakukan pembuatan kompos dari kotoran sapi dengan Promi. Sebelum membuat pupuk kompos, ibu ini sering diprotes warga karena bau kotoran sapi yang sangat menyengat. Kotoran sapi tidak diolah, ditumpuk dan dibiarkan saja.
Si Ibu mendapatkan pelatihan cara pembuatan pupuk kompos dengan aktivator Promi dari LSM LP3KLH Kab. Kendal. Cara pembuatan komposnya sangat sederhana sekali. Pertama, kotoran sapi ditumpuk membentuk lapisan setebal kurang lebih 10-15 cm, kemudian disiram dengan larutan Promi. Larutan Promi dibuat dengan mengencerkan 1 kg Promi untuk 200 L air. Pada prakteknya, larutan Promi yang dibuat secukupnya saja. 1 Kg Promi kira-kira cukup untuk 3-4 minggu. Sangat hemat sekali.
Setelah diberi larutan Promi, kotoran sapi ditutup dengan plastik. Seminggu kemudian, tumpukan itu diceker-ceker untuk menambah aerasi. Di atas tumpukan itu juga dibuat lagi tumpukan satu lapisan kotoran sapi yang masih baru. Tinggi tumpukan kurang lebih hingga 1 meteran. Selama perjalanan waktu, tumpukan akan menyusut. Kotoran sapi akan menjadi pupuk kompos dalam waktu 3 minggu. Bau kotoran sapi hilang, boleh dikatakan sudah tidak berbau kotoran sapi lagi.
Kompos dari kotoran sapi ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk lahan pertaniannya. Kotoran sapi tidak bisa langsung dipakai sebagai pupuk organik, karena tanaman bisa mati atau kuntet (kerdil). Kotoran sapi yang sudah jadi kompos sangat baik untuk pupuk organik. Kompos ini akan menambah bahan organik tanah, memperbaiki sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah, dan menyediakan hara nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Aplikasi pupuk organik dari kotoran sapi juga sangat bagus untuk memperbaiki kondisi lahan yang rusak karena pemakaian pupuk kimia yang berlebihan.
Aplikasi kompos kohe sapi ini juga mudah. Kompos dikeringkan terlebih dahulu, agar bobotnya berkurang dan memudahkan untuk di bawa ke lahan. Kompos langsung ditebarkan ke guludan atau diberikan di sekitar pokok tanaman. Kompos juga bisa digunakan sebagai pupuk dasar sebelum penanaman bibit. Kompos kotoran sapi bisa digunakan untuk memupuk tanaman apa saja; padi, jagung, kedelai, kacang, tomat, kubis, brokoli, kentang dan sayuran-sayuran lainnya.
Ibu ini senang dan tidak diprotes warga lagi.
Posted in Biodecomposer, Biofertilizer, Kompos, Organik, PROMI, Video
Tagged bokashi, EM4, Jawa Tengah, Kendal, kohe, Kompos, kotoran sapi, Organik, petani, PROMI, Pupuk, pupuk kandang, YouTube
Jenang Blendung, gempol, tiwul, gatot, lopis, biji jali-jali, gendar, ketan, jenang jewawut, jenang kacang ijo kupas, jenang candil, coro bikan, semua jajanan ‘ndeso’ ini bisa dijumpai di pasar Tukangan Magelang. Meskipun pasar ini kecil, dan berada di gang tukangan, tapi ramai sekali. Pasarnya bersih, tdk bau, dan barang-barang yang dijual berkualitas.
Orang luar Magelang mungkin tidak akan mengira jika di balik gang di gapura ini ada pasar yang cukup ramai. Meskipun tempatnya di lorong sempit dan tidak terlalu besar, di dalam pasar ini dijual jajanan ‘Ndeso’ yang mengoyang lidah.
Sekilas dari luar gapura ini tidak jauh beda dengan gapura di gang-gang lain. Di balik gapura inilah terletak ‘Pasar Tukangan’ Magelang. Posisinya di tengah kota di daerah Pecinan (Pecinaan). Daerah ini memang dikenal dengan nama pencinan, karena memang mayoritas warganya adalan para keturuanan cina. Seperti daerah pecinaan yang lain, banyak toko-toko di wilayah ini.
Lebar gang ini hanya sekitar 2 meter. Sempit. Tetapi begitu masuk ke gang ini di kedua sisinya banyak penjual yang menjajakan dagangannya. Panjang lorong ini tidak terlalu panjang, mungkin sekitar 100 – 150 meter saja. Meskipun begitu, para pedagang sudah berjejalan mulai dari satu ujung ke ujung yang lain. Hampir semua barang kebutuhan sehari-hari bisa ditemukan di pasar ini. Mulai dari sayuran, buah-buahan, daging, ayam, jamu, ikan, bahkan daging babi pun banyak yang jual. Meskipun kecil, barang-barang yang dijual di pasar ini berkualitas baik. Maklum para pembelinya adalah encik-encik yang berkantong tebal. Pokoknya barang dagangannya pilihan. Harganya pun menyesuaikan dengan kualitasnya.
Kadang-kadang saya mengantar istri ke pasar. Jika di pasar-pasar lain biasanya saya hanya menunggu di luar, tapi kalau di pasar Tukangan saya sering ikut masuk ke pasar. Alasannya karena di pasar ini jajanan pasarnya enak-enak. Jajanan yang mungkin sudah jarang ditemui di tempat lain, di pasar ini bisa ditemukan.
Jenang blendong adalah jajanan pasar yang dibuat dari jagung putih lokal dituangi dengan jenang beras putih manis. Jagungnya adalah jagung lokal yang pulen. Jagung ini ditaburi parutan kelapa dan sedikit garam. Rasanya gurih enak. Rasanya semakin lengkap setelah dicampur dengan rasa manis dari jenang beras putih. Mak Nyus tenan…….
Posted in Fotografi
Tagged central java, gunung, Jawa Tengah, landscape, Merapi, merbabu, photography, Sumbing, Ungaran
Mungkin tidak banyak yang tahu kalau di kota Pati ada kecap yang uenakkk tenan. Namanya Kecap Tiga Keong. Kecap manis dengan citarasa spesial. Rasanya manis, gurih, dan ada citarasa khas yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Kecap ini cocok untuk penyedap masakan, sepertI nasi goreng atau tumis. Kecap ini enak juga untuk makan krupuk, tahu goreng, atau tempe goreng. Satu ‘dhulit’ saja sudah cukup membuat lidah bergoyang.
Proses pembuatan kecap in masih mempertahankan teknik asli pendirinya. Proses memasaknya masih menggunakan wajan besar dengan kayu bakar. Fermentasinya juga masih menggunakan gentong khusus. Tidak ada bahan pengawet sama sekali yang ditambahkan.
Continue reading
Posted in MyFamily
Tagged Jawa Tengah, kecap, manis, masakan, oleh-oleh, pati, postaday2011, tiga keong
Beberapa waktu yang lalu saya sempat main ke sebuah pabrik pupuk organik granul skala besar. Kapasitas per harinya bisa mencapai 200 ton POG. Pemilik pabriknya adalah Bapak Haji M. Bisri dan lokasinya di Secang Jawa Tengah.
Dengan kapasitas sebesar ini, rasanya pabrik ini adalah pabrik POG terbesar di Jawa Tengah yang pernah aku kunjungi. Lebih besar dari yang di sragen, klaten, dan jogja.
Posted in Kompos, Organik, Pupuk, Pupuk Organik Granul
Masa kecil, masa penuh kenangan. Masa kecil adalah masa bermain dan bersenang-senang. Masa kecilku juga penuh kenangan. Kalau aku datang ke tempat-tempat mainku dulu, kenangan-kenangan itu serasa muncul lagi di kepalaku. Ada satu tempat favorit kami untuk bermain, yaitu: sawah di belakang rumah.
Rumahku berdiri tepat di pinggir saluran irigasi, kami menyebutnya ‘kali bening’ artinya ‘sungai yang airnya jernih’. Memang dulu air sungai itu sangat jernih, karena sumbernya dari mata air yang juga disebut ‘kali bening’. Cerita orang-orang tua di kampungku, sungai itu tempat untuk semua aktivitas yang berhubungan dengan MCK.
Kali bening di belakang rumahku.
Posted in MyFamily, Uncategorized
Tagged Jawa Tengah, kali bening, kenangan, lumpur, Magelang, sawah, sungai