Pupuk Organik dan Kompos akhir-akhir ini mendapatkan banyak perhatian. Terutama setelah naiknya harga pupuk kimia buatan sekitar dua tahun yang lalu. Alternatif pengganti pupuk kimia adalah pupuk organik yang dibuat dari kompos. Pada saat itu saya berkesempatan untuk menyampaikan materi tentang kompos di Jember. Sebelumnya aku juga pernah membuat beberapa makalah kompos untuk pelatihan kompos di labku. Makalah tentang kompos ini kulengkapi dan kukirim ke penerbit. Akhirnya, makalah ini diterbitkan oleh Penerbit Andi, Yogyakarta.
Buku ini hanya sebuah pengantar singkat tentang kompos. Tebalnya hanya 50 halaman saja. Sebuah buku yang singkat. Karena cukup tipis jadi harganya juga miring sekali. Buku ini berisi tentang teori dasar pengomposan dan berisi satu contoh tentang pengomposan jerami/limbah pertanian. Memang isinya sangat sedikit tetapi cukup sebagai pengantar tentang kompos. Salah satu bagian yang penting adalah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan dan bagaimana mempercepat proses pengomposan. Ada banyak faktor, tetapi menurut saya yang penting adalah menjaga keseimbangan antara kadar air (atau lebih tepatnya water activity) dan udara di dalam kompos. Continue reading →
Cerita singkat tentang teknologi biopulping. Sebenarnya teknologi biopulping sudah cukup lama dikembangkan. Beberapa ahli cukup intens mengembangkan teknologi ini. Salah satunya tim yang diketuai oleh M. Akhtar di Canada. Ada juga tim di Amerika dan Eropa. Tetapi berdasarkan jurnal-jurnal yang aku baca dan beberapa dokumen paten, tim M. Akhtar yang cukup berhasil setelah meneliti hampir 10 tahun sejak awal tahun 90-an.
Teknologi ini dikembangkan karena tuntutan teknologi lama sudah tidak memadai lagi. Teknologi pulping yang saat ini dipakai di industri berdasarkan proses kimai, fisik, atau kombinasi keduanya, yaitu: Mechanical Pulping dan Chemical Pulping. Di bawahnya masih dibagi beberapa kelompok lagi. Misalnya untuk chemical pulping masih dibagi-bagi berdasarkan bahan kimia yang digunakan. Kabarnya menurut orang industri pulp, proses terbaik yang masih mereka pakai adalah pemasakan dengan soda api (NaOH). Continue reading →
Permasalahan pupuk hampir selalu muncul setiap tahun di negeri ini. Permasalahan tersebut antara lain adalah kelangkaan pupuk di musim tanam, harga pupuk yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu, dan beban subsidi pemerintah yang semakin meningkat. Beberapa upaya dan program telah digulirkan oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian RI. Sebagai contoh, subsidi pupuk kimia untuk petani, namun implementasi di lapangan masih banyak penyelewengan yang merugikan petani dan pemerintah.
Alternatif pupuk kimia adalah pupuk organik. Petani di dorong untuk menggunakan pupuk organik sebagai penganti/alternatif pupuk kimia. Baru-baru ini Deptan juga mengeluarkan kebijakan untuk memberikan subsidi pupuk organik. Penyediaan pupuk organik diserahkan kepada BUMN atau perusahaan pupuk besar dengan mekanisme penyediaan yang mirip dengan pupuk kimia. Dikawatirkan masalah yang terjadi pada pupuk kimia akan terulang pada penyediaan pupuk organik granul ini apabila masih melibatkan perusahaan-perusahaan pupuk kimia. Beberapa tahun sebelumnya pemerintah juga pernah mengeluarkan program GO ORGANIK 2010, tetapi gaung program ini seperti kurang terdengar.
Praktek pembuantan kompos jerami oleh H Zaka, Ket. Gapoktan Sulih Asih, Cigombong, Bogor
Penggunaan pupuk kimia secara intensif oleh petani selama beberapa dekade ini menyebabkan petani sangat tergantung pada pupuk kimia. Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia juga menyebabkan kesuburan tanah dan kandungan bahan organik tanah menurun. Petani melupakan salah satu sumber daya yang dapat mempertahankan kesuburan dan bahan organik tanah, yaitu: JERAMI. Pemanfaatkan jerami sisa panen padi untuk kompos secara bertahap dapat mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas padi.
Diperkirakan kandungan bahan organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk terus meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula
Saya pernah membuat brosur tentang padi sehat dan pupuk kompos jerami untuk petani. Brosur ini dulu dibuat untuk program Prima Tani. Brosur ini berisi petunjuk praktis dan singkat tentang budidaya padi sehat dan pengomposan jerami. Cocok untuk dibagikan dan disebarkan ke kelompok tani atau gapoktan. Silahkan saja Anda memakai brosur ini untuk program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Boleh dicopy, boleh diperbanyak, dan boleh disebarluaskan. Beberapa bagian bisa saja disesuaikan, khususnya yang terkait dengan logo dan alamat lembaga.
Semoga bermanfaat.
Beberapa hari lalu aku mendapatkan sebuah naskah pidato pengukuhan professor riset dari Bp. Ir. Kasdi Pirngadi, MS. Beliau adalah peneliti dari Balai Penelitian Padi Sukamandi. Judul orasinya adalah: PERAN BAHAN ORGANIK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL.
Menipisnya pasokan kayu untuk bahan baku pulp mendorong perusahaan pulp dan kertas mencari sumber serat alternatif. Salah satu sumber serat non kayu (non-wood fiber) yang sangat potensial adalah jerami padi. Jerami padi tersedia melimpah, murah, dan dapat diperbaharui. Sebelumnya jerami padi juga sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp,misalnya oleh Pabrik Kertas Padalarang, Jawa Barat.
Saya baca di Sinar Tani Edisi 18 – 24 Juni 2008 No. 3257 Tahun XXXVIII, bahwa Wapres Yusuf Kalla memiliki ide untuk memberikan subsidi pupuk organik. Pernyataan ini disampaikan pada saat meresmikan penggunaan pupuk organik jerami di desa Parak Buruh, Batipuh Panjang, Sumatera Barat. Pemerintah mengalihkan subsidi pupuk anorganik ke subsidi pupuk organik. Misalnya kalau saat ini subsidi untuk pupuk urea Rp. 3000, maka untuk pupuk organik Rp. 1000.
Kalau ide ini benar-benar terealisasikan akan sangat besar sekali dampaknya. Beberapa waktu yang lalu saya juga diminta membuat tulisan singkat untuk rapim badan litbang deptan. Saya cantumkan di situ tentang ide pemberian subsidi untuk pupuk organik.
Hari jum’at, 6 Juni 2008, aku diminta oleh seorang teman untuk menjelaskan kepada petani tentang pentingnya pupuk organik dan pupuk hayati. Kebetulan teman ini mempunyai keinginan untuk membantu petani di sukabumi, desa tepatnya saya lupa, tetapi disekitar Cicurug. Teman ini mengumpulkan beberapa kelompok tani, kira-kira ada 8 kelompok tani dan beberapa petani disekitar Rice Mill. Jumlah mereka tidak banyak, karena ini baru pertemuan awal saja.
Para ketua kelompok tani dan petani yang mengikuti pertemuan
Hari sabtu ini ada sedikit yang istimewa. Dr. Darmono mengajak aku untuk menemani beliau ke tempat Pak Haji Zaka. Kebetulan Ibu Kabulog, Ibu Mustofa Abubakar, sedang ‘jalan-jalan’ ke sukabumi dan kepingin lihat sawah yang sudah menerapkan pertanian organik. Jadilah beliau mampir ke tempat Pak Haji Zaka, kebetulan desa Cigombong satu arah dengan Sukabumi.
Kalau Anda tertarik dengan tulisan di blog ini dan berniat untuk meng-copy-nya serta menyebarluaskannya. Jangan malu-malu, copy aja langsung atau save as lewat menu bar. Boleh diubah, dimodifikasi, dan diperkaya, asal tetap mencantumkan credit-nya dan alamat URL-nya. Diperbolehkan selama untuk tujuan kebaikan, tidak melanggar hukum, norma-norma etika dan kesulilaan, tidak menyinggung SARA, dan BUKAN UNTUK TUJUAN KOMERSIAL. Yang terakhir ini harus bayar Royalti ;). Jika Anda memiliki sesuatu yang ingin ditambahkan, koreksian, komplain, bantahan, protes, gugatan, atau yang lainnya, silahkan masukkan di kolom komentar. Kalau Anda merasa bahwa isi blog bermanfaat, silahkan berbagi dengan yang lain. Silahkan klik icon-icon berbagi yang ada di bawah setiap artikel.